Jumat, 18 Juli 2025 | 17:21
NEWS

World Ocean Forum, Korea

Prof Rokhmin Dahuri Ungkap Kunci Sukses Pembangunan Pesisir dan Laut Atasi Perubahan Iklim Global

 Prof Rokhmin Dahuri Ungkap Kunci Sukses Pembangunan Pesisir dan Laut Atasi Perubahan Iklim Global
Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS

ASKARA – Pakar kelautan dan perikanan, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS memaparkan tren global utama di abad ke-21 dan dampaknya terhadap pesisir dan lautan dunia. Antara lain: Kita hidup di era Revolusi Industri Keempat (Industri 4.0) dan Perubahan Iklim Global yang semakin bercirikan VUCA – Volatile, Uncertain, Complex, dan Ambiguous.

Demikian disampaikan Prof. Rokhmin Dahuri dari akun YouTube World Ocean Forum 2019, dikutip Sabtu (20/7). Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University diundang sebagai keynote speaker pada acara World Ocean Forum ke-13 di Hotel Paradise, Kota Busan, Korea Selatan, 30-31 Oktober 2019.

Ia tampil dua kali di ajang internasional tersebut. Selain keynote speech, Prof Rokhmin juga memaparkan konsep “Sustainable  Coastal and Ocean Development in an Increasingly Crowded, Connected and Warming World” pada Special Session, Kamis (31/10) pukul 14.00 - 16.00 waktu setempat.

World Ocean Forum ke-13 dihadiri oleh sekitar 600 peserta dari 40 negara.  Selain Prof Rokhmin, keynote speakers lainnya adalah: Dr Adjiedj Bakas (futurolog dari Netherland), Prof Lee Jeong-dong (Guru Besar Engineering Economy, Seoul National Universty dan Penasehat Ekonomi Presiden Korsel),  Dr Timothy John Pfeifer (Research Director of Aquaculture Systems Technology, USA), Dr. Henrik Mortensen (Denmark), dan Prof Hiroshi Takahashi (Osaka Univeristy, Japan).

“Dalam dunia yang tidak dapat diprediksi dan penuh kekacauan ini, hanya sedikit hal yang dapat dipastikan,” ujar Prof. Rokhmin Dahuri menyampaikan paparan Ia menyampaikan paparan bertajuk “Enhancing A Mutual Cooperation between Indonesia dan Republic of Korea in an Innovation-Driven Maritime Economy” pada sesi ODA Perikanan Laut untuk Ekonomi Biru dan Kebijakan Baru ke Selatan.

Namun, lanjutnya, ada satu hal yang dapat kita yakini secara relatif: bahwa permintaan yang tidak dapat terpuaskan akan produk dan jasa dengan kualitas lebih tinggi akan terus meningkat, sementara kapasitas Bumi kita untuk menghasilkan sumber daya alam dan jasa lingkungan yang diperlukan untuk memenuhi permintaan tersebut semakin berkurang. atau akan tetap terbatas.

Tuntutan terhadap produk dan layanan berkualitas yang semakin meningkat didorong oleh meningkatnya jumlah populasi manusia, daya beli (disposable income), dan gaya hidup milenial di era digital (industri 4.0).

Permintaan terhadap produk dan jasa tidak hanya mencakup kebutuhan dasar manusia (pangan, sandang, perumahan, pelayanan kesehatan, dan pendidikan) namun juga kebutuhan sekunder dan tersier seperti transportasi, kesehatan, rekreasi, dan pariwisata.

“Menurunnya kemampuan bumi dalam menyediakan sumber daya alam dan jasa lingkungan tidak hanya terjadi pada ekosistem daratan (darat), namun juga ekosistem laut (pesisir dan samudera),” ujar ujar Menteri Kelautan dan Perikanan RI 2001 – 2004 itu.

Menurutnya, faktor-faktor utama yang mengurangi kapasitas keberlanjutan pesisir dan lautan kita dalam memasok sumber daya alam dan jasa lingkungan meliputi: polusi; penangkapan ikan secara berlebihan dan eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya laut lainnya; degradasi fisik ekosistem pesisir (misalnya hutan bakau, terumbu karang, padang lamun, muara, dan Perubahan Iklim Global.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Rokhmin Dahrui mengingatkan, dunia perlu memproduksi setidaknya 50% lebih banyak pangan untuk memberi makan 9 miliar orang pada tahun 2050. Namun perubahan iklim dapat mengurangi hasil panen hingga lebih dari 25%.

Lahan, keanekaragaman hayati, lautan, hutan, dan bentuk-bentuk kekayaan alam lainnya sedang mengalami pengikisan pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Jika kita tidak mengubah cara menanam pangan dan mengelola sumber daya alam, ketahanan pangan  terutama bagi kelompok termiskin di dunia akan terancam,” tegas Ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu.

Dalam forum tersebut, Prof Rokhmin juga memaparkan bagaimana pemerintah Indonesia saat ini dibawah kepemimpinan Jokowi dengan visi poros maritim dunia telah serius membenahi regulasi dan mendorong investasi sektor kelautan melalui pembangunan infrastruktur dan lain-lain.

“Pemerintah Indonesia saat ini serius menjadikan sektor maritim sebagai tumpuan pertumbuhan ekonomi dan terbuka mengembangkan investasi serta kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan,” tegasnya.

Peran, Fungsi, dan Kegunaan Pesisir dan Lautan

Lautan global menyediakan barang dan jasa ekosistem yang penting bagi umat manusia, termasuk pengaturan iklim bumi; sistem penyangga kehidupan, sumber daya alam lainnya, rekreasi, dan nilai-nilai spiritual.

Laut tidak hanya penting bagi perekonomian dunia, namun juga penting bagi keseimbangan lingkungan dan kelangsungan hidup manusia (noone et al, 2013). Sedangkan bumi mempunyai lautan luas yang mempunyai banyak keistimewaan, 1. Samudera Pasifik, 2. Samudera Hindia, 3. Samudera Atlantik, 4. Samudera Arktik, 5. Samudera Antartika.

Laut terhubung dengan danau-danau besar, daerah aliran sungai, dan saluran air karena semua daerah aliran sungai utama di Bumi bermuara ke laut. Jadi, di mana pun Anda tinggal, Anda terhubung dengan satu-satunya samudra global yang luas di dunia!

Lautan adalah fitur fisik yang mendominasi di planet Bumi kita yang meliputi sekitar 72% permukaan planet ini. “Sekitar 72% permukaan bumi ditutupi oleh lautan dengan perkiraan volume sebesar 1,335 miliar km3, terang Prof. Rokhmin Dahuri mengutip Eakins dan Sharman, 2010.

Kehidupan di lautan terdapat mulai dari permukaan hingga wilayah terdalam. Biologi evolusioner telah menunjukkan bahwa lautan memainkan peran utama dalam asal usul dan pembentukan kehidupan di Bumi. 65% populasi dunia tinggal di wilayah pesisir (UNDP, 1998).  Sedangkan, 90% dari total komoditas dan produk yang diperdagangkan secara global diangkut melalui laut dan samudera (UNCTAD, 2012).

Sementara itu, kata Prof. Rokhmin Dahuri, sumber utama antara lain: (1) makanan, khususnya ikan, krustasea, dan moluska; (2) bahan baku industri lain; (3) minyak. Gas, dan energi terbarukan seperti pasang surut air laut, ombak, biofuel dari alga, Konversi Energi Panas Laut (OTEC), tenaga angin, dan energi matahari; (4) mineral dan bahan tambang; (5) transportasi; dan (6) tempat rekreasi dan pariwisata (destinasi).

“Meskipun wilayah pesisir hanya menutupi 10% permukaan bumi, wilayah tersebut menyediakan sekitar 45% sumber daya alam dan jasa lingkungan dunia, katanya mengutip Costanza, 1998.

Meningkatnya Multi-Penggunaan Ruang Pesisir dan Acean: Minyak dan gas, Perkapalan, Perikanan, Budidaya Perairan, Pelabuhan, Penambangan/Pengerukan, Kabel Bawah Laut, Energi Terbarukan Lepas Pantai, Penyerapan Karbon, dll.

Pesisir dan lautan mempunyai peran penting dalam sistem pendukung kehidupan di Planet Bumi termasuk siklus hidrologi, siklus nutrisi, penyerap karbon, dan asimilasi (netralisasi) berbagai limbah (Pawlak, Kullenberg, dan Chua, 2008).

Wilayah pesisir dan lautan juga memainkan fungsi vital dalam strategi keamanan dan pertahanan negara (negara) pesisir (littoral) mana pun di dunia. Kemudian, ekosistem pesisir dan laut merupakan sumber informasi dan materi genetik untuk pembangunan berkelanjutan dan kehidupan manusia di masa depan.

Sejalan dengan pertumbuhan populasi dunia yang terus berlanjut, kebutuhan akan sumber daya alam, ruang hidup manusia (misalnya perumahan, pembangunan perkotaan dan infrastruktur), dan jasa lingkungan lainnya; sementara ketersediaan sumber daya alam dan jasa lingkungan di darat semakin menurun atau sulit dikembangkan.  Peran pesisir dan lautan dalam mendukung pembangunan ekonomi dan kehidupan manusia di masa depan akan semakin penting dan strategis.

Adapun isu, permasalahan, dan tantangan utama dalam mengelola pembangunan pesisir dan laut yang berkelanjutan, yaitu: 1. Sengketa batas laut, 2. Penangkapan ikan berlebihan, 3. IUU Fishing, 4. Polusi termasuk plastik, 5. Hilangnya keanekaragaman hayati, 6. Erosi dan Sedimentasi, 7. Konflik pemanfaatan ruang, 8. Kemiskinan, 9. Pembajakan dan keamanan di laut , 20. Tsunami dan bencana alam lainnya, 11. Perubahan Iklim Global dan dampak yang menyertainya.

Keadaan Perikanan Dunia

Stok ikan yang berharga, serta seluruh kehidupan laut lainnya, sangat terancam oleh penangkapan ikan yang berlebihan, hilangnya ekosistem pesisir, dan polusi.

53% perikanan dunia telah dieksploitasi sepenuhnya, dan 32% dieksploitasi secara berlebihan, terkuras, atau pulih dari penipisan.

Sebagian besar dari sepuluh perikanan laut teratas, yang menyumbang sekitar 30% dari seluruh produksi perikanan tangkap, telah dieksploitasi sepenuhnya atau dieksploitasi secara berlebihan.

Beberapa populasi ikan komersial penting telah menurun hingga ke titik dimana kelangsungan hidup mereka terancam 8 juta metrik ton per tahun sampah plastik memasuki lautan dunia

Kondisi mangrove di kawasan asia timur, dalam 70 tahun terakhir, hampir 70% hutan bakau asli yang berbatasan dengan Laut Cina Selatan telah hancur. Penurunannya dari 6.000 km2 menjadi sekitar 2.000 km2.

"Jika tidak dikelola, laju kerusakan yang terjadi saat ini akan mengakibatkan hilangnya seluruh hutan bakau pada tahun 2030," ungkapnya.

Hutan bakau hilang karena konversi menjadi kolam budidaya, penebangan hutan bakau untuk produksi serpihan kayu dan pulp, pembangunan perkotaan dan pemukiman, serta pemanenan untuk keperluan rumah tangga.

“Sebagian besar permasalahan yang berkaitan dengan pembangunan pesisir dan lautan adalah akibat dari terlalu banyaknya tekanan yang diberikan pada sumber daya pesisir dan lautan yang terbatas, suatu kondisi yang dikenal sebagai melebihi daya dukung,” bebernya.

Tantangan bagi setiap pengelolaan pesisir dan lautan adalah bagaimana memanfaatkan dan mengembangkan ekosistem pesisir dan lautan termasuk sumber daya yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin meningkat, menghasilkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan memberikan kesejahteraan secara berkelanjutan.

Arti Pembangunan Berkelanjutan

Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan, kutip Prof. Rokhmin Dahuri, Pembangunan berkelanjutan adalah paradigma pembangunan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

1. Petunjuk umum

Laju (intensitas) pembangunan (total kebutuhan manusia terhadap sumber daya alam dan jasa lingkungan) tidak boleh melebihi daya dukung suatu wilayah pesisir dan lautan untuk menghasilkan sumber daya alam dan lingkungan hidup tersebut.

Permintaan = f (jumlah penduduk, kebutuhan ruang/kapita, konsumsi sumber daya alam/kapita, produksi sampah/kapita, dan ekspor).

Daya dukung = f (luas wilayah pantai, potensi sumber daya alam terbarukan, sumber daya alam tidak terbarukan, daya asimilasi sampah, fungsi penunjang kehidupan, teknologi, dan impor).

Daya dukung didefinisikan sebagai tingkat maksimum pemanfaatan (konsumsi) sumber daya alam dan pembuangan limbah yang dapat dipertahankan tanpa batas waktu di suatu wilayah tanpa mengganggu produktivitas dan integritas ekologi (Postel dan Ryan, 1991).

Daya dukung suatu wilayah dapat ditingkatkan melalui penerapan teknologi dan impor barang dan jasa.

2. Pedoman Ekologis

Setiap negara harus melaksanakan perencanaan tata ruang terpadu wilayah dataran tinggi-pesisir-samudera.

Tingkat pemanfaatan sumber daya terbarukan pesisir dan laut (misalnya stok ikan, hutan bakau, dan sumber daya hayati lainnya) tidak boleh melebihi kapasitas terbarukan seperti. MSY (Maximum Sustainable Yield) untuk sektor perikanan, dan Total Allowable Harvest untuk hutan mangrove.

Setiap eksploitasi sumber daya tak terbarukan (misalnya minyak dan gas, serta sumber daya pertambangan dan mineral lainnya) harus dilakukan dengan cara yang ramah lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat pesisir, untuk mengembangkan bahan pengganti, dan untuk mengembangkan sumber daya yang berkelanjutan. aktivitas ekonomi.

Tidak boleh ada limbah beracun berbahaya (misalnya logam berat, radioaktif, dan pestisida) yang dibuang atau dibuang ke lingkungan laut. Limbah biodegradable (limbah beracun tidak berbahaya) dapat dibuang ke lingkungan laut yang beban pencemaran totalnya lebih rendah dibandingkan dengan kapasitas asimilasi lingkungan laut. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan: Teknologi Zero-Waste, Teknologi 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah.

Mengembangkan industri budidaya perikanan dan bioteknologi kelautan yang berkelanjutan untuk meningkatkan produksi makanan laut, pangan fungsional, produk farmasi, dan bahan baku berbagai industri.

Setiap sektor (pembangunan) ekonomi pesisir dan laut serta aktivitas manusia harus menghasilkan emisi dan limbah karbon yang rendah, jika memungkinkan, nol karbon (GRK lainnya).

Meminimalkan penggunaan bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas) dan sekaligus menggunakan energi terbarukan, termasuk energi surya, tenaga angin, energi upah, energi non-energi, OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion), dan biofuel (misalnya alga dan lamun).

Prof. Rokhmin Dahuri memaparkan peran dan fungsi konvensional akuakultur menyediakan: (1) protein hewani termasuk ikan bersirip, krustasea, moluska, dan beberapa invertebrata; (2) rumput laut; (3) ikan hias dan biota air lainnya; dan (4) perhiasan seperti tiram mutiara dan organisme air lainnya.

Sedangkan peran dan fungsi akuakultur non-konvensional (masa depan): (1) pakan berbasis alga; (2) produk farmasi dan kosmetika dari senyawa bioaktif mikroalga, makroalga (rumput laut), dan organisme akuatik lainnya; (3) bahan baku yang berasal dari biota perairan untuk berbagai jenis industri seperti kertas, film, dan lukisan; (4) biofuel dari mikroalga, makroalga, dan biota air lainnya; (5) wisata berbasis perikanan budidaya; dan (6) penyerap karbon yang mengurangi pemanasan global.

Budidaya ganggang mikro, ganggang makro (rumput laut), tumbuhan air, dan organisme lain yang dapat menyerap CO2 dan Gas Rumah Kaca (GRK) lainnya dapat menjadi penyerap (sequestrian) GRK yang signifikan untuk memitigasi (menghentikan) Iklim Global Perubahan (Pemanasan Global).

“Sektor kelautan dan perikanan telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi ketahanan pangan dan pembangunan pedesaan Indonesia dimana sejak 2009 hingga saat ini Indonesia telah menjadi penghasil ikan dan hasil perikanan terbesar kedua dunia,” kata Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia MAI) tersebut.

“Singkatnya, jika dikelola dengan baik, akuakultur berpotensi menjadi ‘obat mujarab’ bagi begitu banyak masalah dan tantangan pembangunan ekonomi dan peradaban manusia di abad ke-21,” tuturnya.

Selain itu, Prof Rokhmin Dahuri juga menjelaskan aliran industri Bioteknologi Kelautan, yaitu: Pertama, Ekstraksi senyawa bioaktif dari organisme laut, dan memanfaatkan senyawa tersebut sebagai bahan baku ratusan industri seperti: makanan & minuman, farmasi, kosmetik, lukisan, film, kertas, dan biofuel.

Kedua, Rekayasa genetika (pengurutan DNA dan rekombinan) organisme untuk menghasilkan induk batang dan benih dengan kualitas terbaik (Bebas Patogen Spesifik, Tahan Patogen Spesifik, Cepat Tumbuh, dan sifat lain yang diinginkan).

Ketiga, Bioremediasi  menuju Rekayasa genetika mikroba (bakteri) yang mampu mendegradasi polutan.

3. Pedoman Ekonomi

Pergeseran paradigma dari mania pertumbuhan ekonomi ke pertumbuhan ekonomi yang seimbang dan inklusif, keadilan sosial, dan keberlanjutan ekologis.

Teknologi yang meningkatkan daya dukung wilayah pesisir, dan mengurangi limbah dan emisi gas rumah kaca.

Dalam melakukan Analisis Biaya-Manfaat setiap proyek atau program pembangunan, aliran biaya harus mencakup nilai ekonomi total ekosistem pesisir dan laut.

Perdagangan yang bebas namun adil untuk melindungi masyarakat pesisir dan perekonomian nasional dari perdagangan yang tidak adil dan eksploitasi yang berlebihan.

Menerapkan tunjangan penipisan sumber daya (fee) dari industri pertambangan (kegiatan) untuk diinvestasikan dalam kegiatan ekonomi berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat pesisir.

Meningkatkan akses masyarakat pesisir ke aset ekonomi produktif, mis. modal, pinjaman lunak, teknologi, infrastruktur, pasar, dan informasi.

Kebijakan ekonomi politik (fiskal dan moneter) harus kondusif bagi pembangunan pesisir dan laut yang berkelanjutan.

Konservasi keanekaragaman hayati pada tingkat genetik, spesies, dan ekosistem melalui teknologi in-situ dan ex-situ.

Kegiatan perancangan dan konstruksi di wilayah pesisir dan samudera harus sesuai dengan struktur, karakteristik, dan dinamika setiap unit wilayah pesisir dan lautan.

Langkah-langkah mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim global, tsnumani, badai, dan bencana alam lainnya.

4. Pedoman Sosial

Menjamin bahwa setiap anggota masyarakat pesisir harus dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, yang meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan keamanan.

Setiap anggota masyarakat pesisir dapat menikmati kebutuhan sekunder (misalnya kulkas, TV, handphone, mobil, dan rekreasi) berdasarkan prestasinya sendiri dan tidak berlebihan.

Peningkatan kapasitas dan karakter masyarakat pesisir.

Kerukunan beragama dan budaya.

Jaring pengaman sosial.

5. Pedoman Kelembagaan

Pelaksanaan pemerintahan yang baik.

Indikator kinerja (keberhasilan) tidak hanya didasarkan pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pemerataan pemerataan sosial dan kelestarian lingkungan.

Semua proses perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan harus didasarkan pada informasi ilmiah (sains berbasis perencanaan dan proses pengambilan keputusan).

Penguatan dan pengembangan R&D untuk inovasi, penguasaan dan aplikasi teknologi mutakhir.

Penyelenggaraan event internasional yang berlangsung pada 25-29 Oktober 2022 di Kabupaten Tangerang dihadiri oleh 140 delegasi pemerintah daerah dari 9 negara di lingkup Asia Timur. Negara tersebut di antaranya yaitu delegasi dari Malaysia, Filipina, Kamboja, Timor Leste, Korea Selatan, Jepang, China, Vietnam, dan Indonesia.

PEMSEA adalah organisasi kemitraan lintas pemerintahan dalam pengelolaan lingkungan hidup pesisir dan lautan di Asia Timur.

PEMSEA sendiri merupakan singkatan dari Partnerships in Environmental Management for The Seas of East Asia. Forum jaringan pemerintah daerah (kabupaten/kota/provinsi) dari negara-negara anggota PEMSEA mengadakan pertemuan tahunan dengan nama PNLG Forum. Kini dalam PNLG tergabung 53 pemerintahan daerah (local government) dari 11 negara anggota dan 3 mitra di Asia Timur.

Komentar