Pembentukan Provinsi Cirebon Raya Kembali Bergema di Acara Halal bi Halal Dulur Cirebonan Ciayumajakuning
ASKARA - Dulur Cirebonan Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) menggelar acara Silaturahmi dan Halal Bihalal (HB) di Aula Masjid Baiturrahman DPR/MPR RI pada Sabtu 27 April. Acara tersebut menghadirkan Dr. KH. Hamid Husain, LC, MA dengan shohibul bait Dr. Dave Akbarshah F. Laksono.
Sedangkan para tokoh yang hadir, antara lain: Dr. HR. Agung Laksono (Anggota Dewan Pertimbangan Presiden), Laksamana TNI AL, Dr. Ade Supandi, (Mantan KASAL/Kepala Staf Angkatan Laut), H. Satori, S.Pd.I., M.M., (Anggota DPR RI), Dr. Kardaya Warnika, (Anggota DPR RI), Ibu Selly Gantika (Anggota DPR RI), Ir. Ateng Sutisna, Prof. Komarudin Said, (Rektor Universitas Negeri Jakata (UNJ), Prof. Triyuni, (Mantan Rektor IIP, Direktur Program Pasca Sarjana, Universitas Mustofo Beragama).
Ketum Dulur Cirebon, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS mengatakan, acara yang diselenggarakan ini, selain sebagai acara saling memaafkan juga saling silaturrahim. “Kita sebagai umat, anak bangsa harus rujuk dan rukun,” ujarnya, disela-sela acara.
Selanjutnya, kata Prof. Rokhmin Dahuri, saling tolong menolong. Maka dengan saling bertemuan ada saja informasi yang bisa dikerjasamakan. “Untuk itu, kalau ada jabatan yang bisa diisi oleh anak cucu atau keponakan yang hadir tapi dengan syarat tidak ada unsur nepotisme,” kata Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020 – Sekarang.
“Dengan acara ini, diharapkan mayoritas anggotanya semakin maju, makin sejahtera dan semakin berkontribusi untuk kemajuan daerah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan,” sambunngya.
Terkait usulan terbentuknya Provinsi Cirebon Raya, Prof. Rokhmin Dahuri mendukung karena sudah memenuhi segalanya, mulai dari ekonomi, manusia, dan kesiapan SDM nya.
“Kita akan mengikuti air mengalir karena sebenarnya Provinsi Cirebon Raya itu sudah dirintis sejak 10 tahun lalu. Akan lebih aktraktif dan lebih menjual kalau namanya Provinsi Cirebon Raya,” ucap Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University itu.
Dulur Cirebonan yang berdiri sejak tahun 70-an merupakan wadah yang digunakan oleh seluruh masyarakat asal Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan yang berada di Jakarta, untuk saling berbagi dan saling tolong-menolong. “Karena itu, silaturahmi tidak boleh putus,” tandasnya.
Prof. Rokhmin Dahuri yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan ini menyampaikan bahwa Cirebon butuh sosok pemimpin yang memenuhi tiga kriteria. Yakni memiliki integritas, kapasitas, serta networking atau jaringan yang baik.
”Mudah-mudahan banyak tokoh muda dari wilayah Kabupaten Cirebon maupun Kota Cirebon yang bermunculan untuk berkompetisi secara sehat dan profesional untuk menjadi wali kota dan bupati,” imbuhnya.
Ditempat yang sama, Rektor Universitas Negeri Jakarta, Prof. Dr. Komarudin, M.Si menyatakan, kegiatan ini sangat baik dalam membangun silarurahmi. Saling mendorong, saling menguatkan keluarga wilayah Ciayumajakuning yang ada di Jakarta dan sekitarnya.
“Harapan kita saling menguatkan, saling membesarkan untuk kita semua, dan saya mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan oleh Dulur Cirebonan dibawah pimpinan Kang Rokhmin Dahuri,” ujarnya.
Terkait dibentuknya Provinsi Cirebon Raya, Prof. Komarudin mengatakan bahwa usulan terbentuknya Provinsi Cirebon Raya sudah lama, bahkan sebelum Provinsi Banten terbentuk semua ada isu-isu. “Kalau sekarang muncul lagi gagasan itu, saya sangat setuju dan mendukung, apalagi Pak Agung Laksono sudah memperkuat inisasi ini,” katanya.
Pemikiran-pemikiran ini, sambungnya, perlu dikembangkan. Dan dia sepakat dengan sebuatan Cirebon Raya daripada CIayumajakuning. Karena Cirebon ini, ungkapnya, mempunyai nilai sejarah yang kuat sebagai kota wali, sebagai pusat penyebaran Islam.
“Sehingga kalau dimunculkan Cirebon, maka dukungan secara sosiohistoris, sosioantropologis sangat kuat sekali. Saya berharap mudah-mudahan ini terus bergulir, berkembang dan tujuan utamanya tiada lain untuk mempercepat kemajuan di wilayah itu dan kesejahteraan masyarakannya,” terangnya.
“Karena tadi seperti dikatakan Kang Rokhmin kemiskinan ekstrim di wilayah Cirebon itu masih banyak termasuk di Indramayu. Maka perlu upaya-upaya yang luar biasa tidak hanya upaya-upaya yang biasa saja,” sambungnya.
Dr. HR. Agung Laksono menjelaskan kembali terbentuknya Provinsi Cirebon Raya. Meski moratorium pemekaran daerah masih berlaku, ide-ide untuk memekarkan daerah terus bermunculan. Tidak hanya Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan atau Ciayumajakuning, beberapa daerah sekitar seperti Tegal, Brebes, dan Pemalang juga bisa bergabung menjadi satu provinsi baru.
“Mungkin fisik di moratoriumkan, tapi pikiran tidak bisa dimoratoriumkan, tetap berkembang terus. Sehingga ide Provinsi Cirebon Raya tidak keliru, utamanya di daerah dengan jumlah penduduk tinggi seperti Jawa Barat. Bahkan teman-teman dari Tegal, dari Brebes, ingin bergabung,” tegasnya.
Menurutnya, ide pemikiran menjadikan Cirebon sebagai Provinsi baru adalah pemikiran yang baik. “Apalagi jika landasannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan pembangunan daerah,” katanya.
Lanjutnya, Pemerintah Pusat sudah membangun infrastruktur yang baik di wilayah Cirebon dan sekitarnya. Bahkan, waktu tempuh dari Jakarta ke Cirebon maupun sebaliknya tidak lebih dari tiga jam.
“Jika proyek kereta api cepat terus dikembangkan dan Cirebon menjadi salah satu titik persinggahan, saya yakin pantai utara (Pantura) Jawa akan semakin maju. Belum lagi proyek strategis lain seperti pembangunan Giant Sea Wall dari Banten sampai Madura,” kata tokoh senior Dulur Cirebonan ini.
Dengan rencana pembangunan yang sudah disusun oleh Pemerintah Pusat, Agung menilai ide menjadikan Cirebon dan sekitarnya sebagai provinsi baru di Jawa sangat rasional. "Sehingga ide provinsi itu tidak keliru kalau dihidupkan kembali," imbuhnya.
Agung berharap, ada kerja sama antara lembaga eksekutif dengan lembaga legislatif bisa menghadirkan something new untuk warga Cirebon. “Antara lain bisa meningkatkan kesejahteraan dengan mengurangi angka kemiskinan," bebernya.
Anggota DPR RI, H. Satori, S.Pd.I., M.M., menyatakan Cirebon Raya bisa menjadi provinsi baru. Tidak hanya Jakarta dan sekitarnya yang disebut Jakarta Raya, Bogor dan sekitarnya dengan sebutan Bogor Raya, serta Bandung dan sekitarnya yang dikenal sebagai Bandung Raya. “Cirebon dan sekitarnya juga bisa menjadi Cirebon Raya,” sebutnya.
Sementara itu, tokoh Cirebon, Brigjen (Purn) Temas mendukung usulan tersebut. Namun, dia mengingatkan hal itu tergantung bagaimana komitmen, perjuangan masyarakat mempersiapkan diri bagaiman strukturnya, anggaran dsb. “Kita harus bersatu padu mengusulkannya, kemudian pemerintah mengabulkannya,” kata Brigjen (Purn) Temas.
Temas berharap, dengan terbentuknya Provinsi Cirebon Raya, masayarakat bisa mandiri, menciptakan masyarakat adil dan makmur. Kemudian, bagaimana menjalan pemerintahan yang amanah. “Sehingga terciptakan provinsi baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur (sebuah negeri yang mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya),” katanya.
Laksamana Cheng Ho di Cirebon
Laksamana TNI AL, Dr. Ade Supandi menceritakan saat menjadi Komandan KRI Malahayati mendapat perintah Prof. Rokhmin Dahuri ketika menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan melalui Kasal untuk menghancurkan rumpon. Lalu, Ade Supandi mempelajari tentang rumpon.
“Ternyata negara Philipina dan China berusaha mengalirkan ikan (migrasi) menuju perairan Indonesia yang kaya akan plankton. Ikan beranak pinak lalu keluar mencari daerah panas. Nah, rumpon sama Philipina dibelokkan ke wilayah timur sehingga mengakibatkan ikan di Indonesia hilang,” jelasnya.
Akhirnya, rumpon sebanyak 75 buah bisa dihancurkan selama waktu satu bulan setengah, dengan cara mengikat rumpon dengan tali tambang lalu diangkat ke permukaan laut.
Kemudian, Ade Supandi mengungkapkan pada saat menjadi Kasal mencoba menggali pengembangan daerah Cirebon dengan menggeser Hari Nusantara ke Cirebon pada tahun 2017.
“Namun sambutannya kurang sehingga tujuan menjadikan Hari Nusantara untuk membangkitkan motivasi dan kreatifitas rakyat tidak tampak,” jelasnya.
Kemudian, Ade Supandi menguraikan bahwa Cirebon itu pusat pengembangan awal daerah. Tujuan pertama orang masuk ke Nusantara melalui Cirebon. Dalam rangkaian ekspedisi besarnya ke Asia Tenggara hingga Afrika Timur, Laksamana Cheng Ho adalah penjelajah yang turut singgah di tanah Cirebon. Laksamana Cheng Ho bersama 23 ribu pasukannya mendarat di Cirebon pada tahun 1415. Selama tujuh hari tujuh malam menetap di Cirebon untuk menyebarkan agama Islam, ia dan pasukannya telah membuat banyak perubahan.
“Makanya Laksamana Cheng Ho pernah ke Cirebon lebih lama disbanding ke Semarang. Kalau di Semarang kita masih bertanya-tanya tempat Cheng Ho itu semua Muslim. Tapi di Cirebon semua nyata Cheng Ho itu Muslim,” bebernya.
Kedua, pengembangan Pelabuhan Patimbang tidak sampai menutup perkembangan Cirebon sebagai pelabuhan perikanan. “Saat ini tidak jelas pelabuhan perikanan itu di Cirebon atau Semarang,” katanya.
Dalam sambutannya, Shohibul Bait, Dr. Dave Akbarshah F. Laksono menerangkan, bagaimana pemerintah melakukan mitigasi, penyesuaian dengan DPR, memastikan regulasi dan peraturan. jangan sampai menghambat masyarakat.
Lalu, di era informasi terbuka ini kita bisa meyaring informasi-informasi yang palsu agar tidak terjadi pemicu perpecahan. “Dengan silaturahmi Dulur Cirebonan ini bisa merajut kembali kebersamaan kita untuk menghadapi hari-hari yang indah di masa depan,” ujarnya.
Komentar