Kamis, 02 Mei 2024 | 08:20
OPINI

Dampak dan Pemanfaatan Media Komik di Era Digitalisasi

Dampak dan Pemanfaatan Media Komik di Era Digitalisasi
Komik (Dok Pixabay)

Oleh: Rafli Dwi Prasetya

Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB

ASKARA - Menurut istilah kata komik berasal dari kata Yunani yaitu “komikos” yang artimya lucu atau bercanda. Sementara dalam KBBI komik diartikan sebagai cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau bentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan lucu. Menurut McCloud (1993) mendefinisikan komik sebagai berikut, “komik adalah gambar-gambar dan lambang- lambang lain yang terjukstaposisi (saling berdampingan) dalam urutan tertentu, bertujuan untuk memberikan informasi dan atau mencapai tanggapan estetis dari pembaca.” Secara sederhana komik dapat diartikan sebagai gambar-gambar tidak bergerak yang disusun secara berdampingan dengan tujuan membuat suatu cerita atau penyampaian informasi.

Jika kiata mengacu pada pengertian dari McCloud dan kesimpulan yang diambil, komik sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Namun pada masa itu “komik tidak seperti jaman sekarang yang modern dan tujuan dari pembuatannya pun berbeda. Manusia sudah lama mengenal gambar bahkan sebelum tulisan, mereka menggunakan gambar sebagai bentuk penyampaian informasi yang disusun sedemikian rupa agar dapat dipahami secara berurutan. Kita bisa melihat pada peninggalan prasejarah seperti pada gua prasejarah yang terdapat gambar-gambar dari kisah terdahulu, sampai relief-relief pada dinding candi.

Perkembangan komik dimulai ketika teknologi mesin cetak ditemukan dan dikembangkan di Eropa. Hal ini mengubah posisi seni di Eropa, di mana awalnya seni hanya dapat dinikmati oleh kaum penguasa dan orang kaya, tetapi sekarang dapat dinikmati oleh semua kalangan, termasuk komik. Perkembangan komik di Eropa mencapai puncaknya melalui karya William Hogarth yang berjudul “A Harlot Progress” yang diterbitkan pada tahun 1731. Karya Hogarth ini terkenal karena detailnya yang kaya dan kisahnya yang terinspirasi dari kepedulian sosial. Karya Hogarth awalnya dipamerkan sebagai serangkaian lukisan dan kemudian dijual dalam bentuk karya ukir yang disusun secara berurutan sehingga dapat dibaca sebagai cerita. Setelah “A Harlot Progress,” muncul kelanjutannya yang berjudul “A Rake’s Progress.” Karena popularitas karya ini, undang-undang hak cipta pertama kali disahkan untuk melindungi karya- karya tersebut (Understanding Comics, Harper Perennial, 1993, hal. 16-17).

Ternyata, sejarah dan perkembangan komik memiliki dampak yang signifikan dalam perjalanan manusia. Komik bukan hanya sekadar hiburan semata, tetapi juga merupakan media yang efektif dalam menyampaikan pengetahuan dan informasi. Keunggulan ini bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan pengetahuan secara menarik dan imajinatif, dengan tujuan meningkatkan efektivitas pemahaman masyarakat.

Dalam perjalanannya di zaman dahulu, komik memiliki dampak yang cukup positif terhadap masyarakat. Bentuk komik sebagai media naratif yang menggabungkan gambar dan teks berhasil menarik perhatian pembaca dengan cara yang unik dan menyenangkan. Komik tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga menjadi alat untuk menyampaikan pesan-pesan moral, sosial, dan politik.

Pada masa kini, komik tetap menjadi media hiburan yang diminati oleh masyarakat. Bahkan, popularitas komik terus meningkat seiring dengan perkembangan teknologi dan terjangkaunya akses internet. Banyak platform digital yang menyediakan komik secara online,

Memungkinkan pembaca untuk dengan mudah mengakses berbagai judul komik dari berbagai genre. Salah satu kekuatan utama komik adalah kemampuannya untuk mengembangkan imajinasi pembacanya. Dengan menggabungkan gambar dan teks, komik dapat membawa dunia imajinatif ke dalam kehidupan pembaca. Pembaca dapat melihat karakter-karakter yang menarik, melihat latar belakang yang kaya, dan mengikuti alur cerita yang seru. Hal ini memungkinkan pembaca untuk membayangkan situasi dan peristiwa yang mungkin sulit dipahami melalui kata-kata atau gambar biasa.

Selain itu, komik juga dapat menjadi sumber informasi yang menarik. Komik non-fiksi atau komik berbasis fakta dapat mengangkat berbagai topik, mulai dari sejarah, sains, budaya, hingga politik. Komik ini memberikan pemahaman yang lebih mudah dan menyenangkan bagi pembaca, sehingga informasi tersebut dapat lebih mudah dicerna dan diingat. Tidak hanya itu, komik juga memiliki potensi untuk meningkatkan semangat pembacanya. Melalui karakter- karakter yang inspiratif dan cerita yang menggugah emosi, komik dapat memotivasi pembaca untuk menghadapi tantangan hidup. Kisah-kisah pahlawan super, perjuangan, atau pencapaian yang dihadirkan dalam komik dapat memberikan semangat dan inspirasi bagi pembaca untuk menghadapi kehidupan sehari-hari.

Secara keseluruhan, komik memiliki dampak positif yang signifikan dalam masyarakat. Selain menjadi media hiburan yang diminati, komik juga mampu mengembangkan imajinasi, memberikan informasi, dan meningkatkan semangat para pembacanya. Dengan terus berkembangnya industri komik dan teknologi, kita dapat melihat bahwa komik akan tetap menjadi bagian integral dari budaya dan hiburan di masa depan.

Selain dampak positif yang telah disebutkan sebelumnya, tidak dapat dipungkiri bahwa komik juga memiliki dampak negatif tertentu yang dapat mempengaruhi individu. Salah satu dampak negatif yang sering dikaitkan dengan komik adalah potensi mengurangi produktivitas dan menghambat minat membaca yang lebih luas.

Dalam bukunya yang berjudul Seduction of the Innocent sebagaimana dikutip dalam jurnal Dale Jacobs yang berjudul More Than Words: Comics as Means of Teaching Multiple Literacies. Wertham menyatakan argumen bahwa menurutnya, membaca komik dapat mematikan minat baca pada anak. Fredrick Wertham menyatakan demikian, “Tingkat kesulitan membaca pada anak semakin meningkat.

Penyebab utama yang memiliki pengaruh penting terhadap peningkatan yang terjadi adalah komik. Orang-orang yang membaca komik tidak dapat disebut sebagai pembaca, karena kebanyakan mereka hanya melihat gambar yang ada, dan hanya membaca satu-dua kata di sana-sini. Termasuk dalam kategori pembaca terburuk adalah, orang-orang yang kecanduan membaca komik dengan angka persentase tinggi. Mereka menghabiskan kebanyakan waktunya dengan membaca komik. Mereka adalah kutu buku tanpa buku.”

Wertham menyatakan bahwa orang-orang yang membaca komik tidak dapat dinyatakan benar- benar membaca karena tidak mengaitkan tulisan yang ada di dalam komik untuk mengartikan cerita sesungguhnya yang sudah dikemas. Menurutnya, penggemar komik hanya melihat gambar yang tersaji untuk menghindari proses membaca yang menurut Wertham lebih kompleks, dan juga lebih penting.

Pada era digitalisasi ini, platform digital telah menyediakan akses mudah ke berbagai komik. Kemudahan ini dapat menyebabkan seseorang menjadi terlalu terpaku pada membaca komik, menghabiskan waktu yang berlebihan di depan layar gadget, dan mengabaikan kegiatan yang lebih produktif. Ketika seseorang terlalu fokus pada membaca komik, mereka mungkin mengabaikan tugas-tugas penting, pekerjaan, atau bahkan interaksi sosial yang seharusnya.

Dilakukan. Ini dapat menghambat kemampuan seseorang untuk mencapai potensinya secara penuh. Selain itu, kecanduan terhadap membaca komik juga dapat menghambat minat membaca yang lebih luas. Ketika seseorang terlalu bergantung pada komik sebagai satu- satunya bentuk bacaan yang mereka nikmati, mereka mungkin kehilangan minat untuk membaca buku, artikel, atau karya sastra lainnya yang lebih kompleks. Komik, meskipun mengandung narasi dan gambar, memiliki batasan dalam hal kedalaman cerita dan kompleksitas bahasa. Jika seseorang terlalu terbiasa dengan format yang lebih ringkas dan sederhana ini, mereka mungkin kehilangan minat atau kesabaran untuk membaca materi yang lebih mendalam.

Namun, penting untuk dicatat bahwa dampak negatif ini tidak berlaku untuk semua orang dan tidak berlaku secara mutlak. Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk mengatur penggunaan waktu dan mengimbangi kegiatan membaca komik dengan kegiatan produktif lainnya. Selain itu, penggunaan teknologi dan platform digital juga dapat dimanfaatkan dengan bijak dengan mengatur batasan dan memilih konten yang bermanfaat.

Kesimpulannya, sambil mengakui dampak positif komik, kita juga harus menyadari potensi dampak negatifnya. Penting untuk mengenali penggunaan yang berlebihan dan kecanduan terhadap komik serta berusaha untuk menjaga keseimbangan dengan kegiatan produktif lainnya. Dengan kesadaran dan pengaturan yang tepat, komik dapat tetap dinikmati sebagai bentuk hiburan yang menyenangkan tanpa mengorbankan produktivitas dan minat membaca yang lebih luas.

Pemanfaatan media komik
Cara pemanfaatan komik di beberapa negara berbeda-beda dengan tujuan yang berbeda pula, tingkatan pembaca komik dan dampak yang dihasilkan di beberapa negara juga disebabkan oleh cara memanfaatkan media komik itu sendiri.

Mengutip dari Berita Perpustakaan tahun 2013 “Indonesia Peringkat ke-2 pembaca manga terbanyak di dunia”, saat ini Indonesia menduduki peringkat pembaca manga, atau komik Jepang, terbanyak kedua di dunia setelah Finlandia. Di Finlandia satu orang rata-rata membaca 3,59 atau hampir 4 buku manga. Sedangkan Jepang sendiri hanya di peringkat ke-16, rata-rata per orang hanya membaca 1,57 buku manga.

Jatuhnya peringkat pembaca manga di Jepang karena game dan komputer pribadi, serta aplikasi mobile sudah sangat merakyat di Jepang saat ini. Warga Jepang menikmati waktu santainya ke bidang teknologi tersebut saat ini ketimbang membaca buku manga. Sedangkan manga masih bisa dibaca dalam bentuk digital lewat iPad atau alat digital semacamnya. Bukan lagi dalam bentuk buku atau cetak di kertas.

Lalu mengapa Finlandia banyak sekali pembaca manga? Karena di Finlandia komik digunakan sebagai alat pengajaran untuk murid di sekolah dasar. Sementara penjualan komik Jepang di dalam negeri meningkat 17 kali lipat dibandingkan tahun 2003 (sepuluh tahun sebelumnya). Satu karakter manga yang terkenal di Jepang yaitu Calimero ternyata karakter tersebut berasal mula dari Italia, bukan karakter Jepang, tetapi kini malah terkenal di Jepang. Ada Calimero putih asalnya, tetapi setelah jatuh ke tempat kotor menjadi hitam sehingga kini menjadi Calimero hitam. Bagaimana dengan Indonesia? Ternyata di peringkat kedua, rata-rata seseorang membaca 3,11 buku komik. Atau sekitar 3 buku per orang.

Bisa kita lihat Finlandia sebagai negara dengan pendidikan terbaik di dunia pun memakai komik sebagai media pembelajaran yang efektif. Pemanfaatan media komik dalam pendidikan telah terbukti memberikan dampak positif yang signifikan. Media komik memiliki kekuatan untuk menyampaikan informasi dengan cara yang menarik dan menghibur. Hal ini membantu meningkatkan minat dan keterlibatan siswa dalam belajar. Dalam konteks Finlandia, penggunaan komik dalam pendidikan telah membantu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan mendorong kreativitas serta imajinasi siswa.

Terlebih lagi, dalam era digitalisasi saat ini, media komik dapat dimanfaatkan dengan lebih efektif. Dengan adanya akses mudah ke teknologi dan penyebaran informasi yang cepat, komik dapat diakses secara online dan digunakan sebagai sumber belajar yang interaktif. Ini memungkinkan siswa untuk belajar dengan fleksibilitas dan memperkaya pengalaman belajar mereka melalui penggunaan elemen gambar, teks, dan suara.

Namun demikian, kita tidak boleh mengabaikan dampak negatif yang mungkin timbul dari penggunaan media komik dalam pendidikan. Misalnya, penggunaan komik yang tidak tepat dapat menyebabkan stereotip atau representasi yang tidak akurat. Oleh karena itu, penting untuk membuat rancangan yang baik dan konsisten dalam memanfaatkan media komik dalam pendidikan.

Penerapan media komik dalam pendidikan harus memperhatikan segmentasi dan tujuan yang ingin dicapai. Setiap materi pembelajaran membutuhkan pendekatan yang sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan siswa. Selain itu, tujuan pembelajaran harus jelas dan terintegrasi dengan kurikulum yang ada. Penggunaan media komik harus menjadi bagian dari strategi pembelajaran yang komprehensif dan terencana.

Dalam merancang penggunaan media komik dalam pendidikan, penting untuk melibatkan para pendidik, siswa, dan pakar dalam pengembangan konten yang relevan dan berkualitas. Pelatihan juga diperlukan bagi guru untuk memahami cara efektif menggunakan media komik dalam pembelajaran.

Secara keseluruhan, penggunaan media komik dalam pendidikan dapat menjadi alat yang efektif dan inovatif. Namun, kesuksesan penerapan media komik bergantung pada rancangan yang baik dan konsisten, serta pemahaman yang tepat tentang segmentasi dan tujuan pembelajaran. Dengan pendekatan yang tepat, media komik dapat memberikan pengalaman belajar yang menarik, memperkaya pengetahuan siswa, dan meningkatkan minat mereka dalam belajar.

Komentar