Selasa, 21 Mei 2024 | 22:35
NEWS

DPR Minta Kementan Siapkan Langkah Strategis Hadapi Ancaman El Nino

DPR Minta Kementan Siapkan Langkah Strategis Hadapi Ancaman El Nino
Anggota Komisi IV DPR RI, Ravindra Airlangga (dok askara)

ASKARA -  Dalam upaya menghadapi dampak El Nino, Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mempersiapkan berbagai langkah mitigasi, terutama dalam hal produksi pangan.

Anggota Komisi IV DPR RI, Ravindra Airlangga mengatakan, ancaman El Nino di Indonesia ini berpotensi mengakibatkan penurunan produksi pangan hingga mencapai 20 persen.

“Penurunannya itu berkisar antara 9-20 persen. Ini tentu akan sangat merugikan para petani, untuk itu perlu ada mitigasi dari Kementan,” kata Ravindra di depan komisi IV DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (30/8).

Politisi Milenial ini menyampaikan bahwa fenomena El Nino di Indonesia diperkirakan akan berlangsung hingga Oktober mendatang. Namun, prediksi secara global, justru baru akan berakhir hingga Februari 2024.

Maka dari itu, ia meminta Kementan melakukan upaya mencegah kekeringan yang sudah terjadi di sejumlah wilayah. Salah satunya, yakni di Papua yang kini mengalami kekurangan pangan.

“Misalnya, mekanisasi pompa air, pembuatan irigasi, embung, bibit yang mempunyai daya tahan terhadap cuaca kekeringan air. Sehingga memiliki daya tahan terhadap ancaman El Nino itu,” tandasnya.

Selain mewaspadai ancaman el nino, indonesia juga harus segera menyiapkan langkah strategis dalam menyiapkan pemenuhan stok pangan. Terlebih, salah satu eksportir beras dunia yakni India telah mengambil kebijakan menyetop ekspor beras mulai 20 Juli 2023.

Merespon kebijakan itu, Ravindra menyampaikan bahwa Indonesia tak bergantung pada pemenuhan stok beras dari India. Menurutnya, Pemenuhan cadangan beras pemerintah (CBP) diprioritaskan bersumber dari dalam negeri.

Kendati demikian, untuk mengantisipasi ketidakpastian produksi dan terjadinya kurangnya stok. Ia meminta pemerintah agar mulai melakukan komunikasi dengan negara-negara penghasil beras.

"Harus mengutamakan dari dalam negeri. Namun bila kejadian (kurang stok) itu benar-benar terjadi. Maka harus memulai komunikasi dengan negara-negara lain seperti vietnam. Ini (dilakukan) untuk mengcover (kebutuhan) bila peristiwanya benar-benar terjadi," beber dia.

Komentar