Sabtu, 27 April 2024 | 20:39
LIFESTYLE

Kerja Sama Pintu Incubator dan Prancis Perkuat Industri Fesyen Indonesia

Kerja Sama Pintu Incubator dan Prancis Perkuat Industri Fesyen Indonesia
Jakarta Fashion and Food Festival

ASKARA - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki meyakini kerja sama inkubator fesyen pertama di Indonesia, Pintu Incubator, dengan industri fesyen Prancis akan mampu mendorong dunia fesyen tanah air menjadi semakin kuat. 

"Ini menjadi satu tahap bagi industri fesyen kita menuju pasar dunia," ucap MenKopUKM Teten Masduki pada acara konferensi pers Jakarta Fashion and Food Festival (JF3) di Summarecon Mall Kelapa Gading, Jakarta, Senin (24/7).

Menteri Teten menambahkan, kolaborasi dengan industri fesyen Prancis menjadi peluang yang sangat baik karena sampai saat ini Prancis masih menjadi kiblat fesyen dunia. "Di sisi lain, para desainer Prancis juga melihat Indonesia memiliki kekayaan wastra-wastra berbasis kebudayaan. Ini yang bisa mereka manfaatkan untuk perkembangan produk fesyennya," ucap MenKopUKM.

MenKopUKM mengakui, untuk bisa masuk ke pasar dunia khususnya Eropa, pelaku UKM wastra (kain) perlu ada pendampingan, khususnya kepada para desainer Indonesia, agar bisa memanfaatkan keunggulan wastra-wastra agar memenuhi standar pasar Eropa. "Jadi, perlu semacam kemampuan untuk beradaptasi dengan pasar di sana," ucap Menteri Teten.

Oleh karena itu, MenKopUKM mengapresiasi eksistensi Pintu Incubator dalam mendampingi para pelaku fesyen dalam negeri untuk go global. "Karena, tidak mudah, misalnya untuk bisa tampil di Trade Show di Paris. Harus tahu persis trade fesyen dunia, juga harus tahu persis apa keunggulan kita," ucap Menteri Teten.

Sehingga, kata MenKopUKM, Indonesia bisa memanfaatkan pasar global menjadi bagian dari UKM dalam mendorong dan meningkatkan kualitas produk fesyen sesuai dengan perkembangan global. 

Misalnya, narasi sustainable atau bahan ramah lingkungan, serta eksplorasi Wastra Nusantara sebagai keunggulan domestik. "Itu dari sisi market demand-nya," ucap  Menteri Teten.

MenKopUKM pun mengapresiasi keberadaan lembaga-lembaga inkubator swasta seperti Pintu Incubator, untuk memperkuat fondasi industri fesyen Indonesia.

Namun Menteri Teten berharap pelaku industri fesyen lokal juga menggarap pasar domestik dan tidak semata fokus pada pasar di luar negeri. Sebab, market nasional juga merupakan pasar yang cukup besar. Apalagi, perkembangan kelas menengah di Indonesia juga tumbuh dengan pesat.

"Bahkan, saat ini, kekuatan ekonomi dunia tengah bergeser ke Asia. Jadi, brand-brand lokal mestinya menjadi pemain utama di pasar Asia, selain tentunya di dalam negeri," kata Menteri Teten.

Sementara Chairman JF3 Soegianto Nagaria menyebutkan, JF3 2023 bukan merupakan ajang kompetisi, melainkan wadah untuk memajukan brand-brand fesyen lokal dan nasional untuk dipromosikan hingga ke pasar global.

"Seiring dengan perkembangan industri mode global yang terus bergerak maju pascapandemi, JF3 mengajak seluruh pihak untuk turut memberikan kontribusi dan aspirasi menentukan arah baru, akan dibawa kemana industri fesyen Indonesia," kata Soegianto.

Dalam kesempatan yang sama, Advisor JF3 dan inisiator program Pintu Incubator Thresia Mareta menjelaskan bahwa Pintu Incubator adalah kolaborasi antara JF3, Lakon Indonesia, dan Kedutaan Besar Prancis, melalui Institut Francais d'Indonesie (IFI), yang sudah memasuki tahun kedua. 

Lebih dari 500 brand lokal telah melakukan registrasi untuk mengikuti program Pintu Incubator 2023. Setelah melalui proses kurasi, terpilih sebanyak 12 brand yang akan mengikuti proses inkubasi selanjutnya. 

Program tersebut tidak hanya melibatkan mentor dari para profesional di Indonesia, tapi juga pakar mode dan pelaku bisnis mode dari Prancis. "Ada tujuh desainer asal Prancis yang sedang highlight di negerinya, hadir di JF3," kata Thresia Mareta.

Dengan begitu, kata Thresia Mareta, diharapkan terjadi transfer pengetahuan dan bisa saling belajar antara desainer fesyen Indonesia dan Prancis. "Hubungan kolaborasi yang saling menguntungkan, karena mereka juga tertarik untuk mempelajari keunikan ragam fesyen di Indonesia," katanya.

Lebih dari itu, Thresia Mareta menekankan juga bahwa para desainer Indonesia butuh banyak masukan terkait ekosistem pasar global. Mulai dari produk standar internasional, hingga seperti apa sosok industri dan bisnisnya.

Melalui kerja sama ini, Thresia meyakini akan memiliki kesempatan bekerja sama dengan ekosistem mode global, seiring dengan membawa JF3 berkembang lebih profesional menjadi bagian dari ekosistem industri mode global. "Dan pada saat yang bersamaan, kita bisa saling mempromosikan karya, sekaligus memperkenalkan perajin, pelaku UMKM mode Indonesia," ujar Thresia. 

Komentar