Selasa, 21 Mei 2024 | 08:15
OPINI

Hidup dengan Gaji Besar dari Sedekah Orang Kecil

Hidup dengan Gaji Besar dari Sedekah Orang Kecil
Aditya Nugroho dan Dilla Putri Tanjung (ist)

Oleh: Aditya Nugroho, Founder dan CEO di Akademi Pengusaha

ASKARA - "Mas, saya pernah ngobrol sama salah satu advertiser perusahaan filantropi. Budget ads nya per bulan 18 Milyar," beliau membuka pembicaraan.

Hah?! Saya kaget sekali. Serius. Perusahaan filantropi sampai sedemikian seriusnya menggarap FB ads dan IG ads, sampai budget nya belasan milyar gitu.

"Dari iklan itu, sebulan dia dapat 45 Milyar mas,"  wow. Karena semua orang yang nyumbang, kan itu profit. tidak pake hpp. Menggerakkan hati untuk bersedekah dengan biaya cost per closing nya, misal di angka 20rb, tapi yang di sedekahkan bisa ratusan ribu hingga tak terhingga.

Saya masih diam mendengar. Menyimak. Karena ini hal baru bagi saya. Oh iya, demi menjaga kode etik, saya tidak akan spill nama perusahaan, kota dll yah. Biar ini jadi history percakapan kami.

"Itu baru dari satu provinsi saja mas, belum provinsi lain yang diserang pakai budget ads besar. Makanya tidak heran, kalau perusahaan nya besar sekali," lanjut nya.

"Tapi ya begitu mas, kalo yang tertuang jelas berapa bagian yang boleh diambil dari keseluruhan dana terkumpul itu zakat aja. Dibagi 8 asnaf, dibagi 8 kelompok. Salah satu nya Amil, atau pengelola. Jika 100% dibagi 8, maka kurleb per golongan dapet 12.5%," lanjutnya

"Kalau sedekah?" tanya saya..

"Tidak ada mas, kewajiban pembagian nya berapa persen. Karena itu, di perusahaan yang itu, dia mengalokasikan 40-50 % untuk operasional kantor, iklan, gaji karyawan dll, sisanya baru disalurkan."

Itu bagian yang di sunat besar sekali. Ibarat kita nyumbang 1 juta buat biaya makan fakir miskin, eh 500rb nya diambil sama yang kita minta tolong untuk menyalurkan, pedih sekali saya dengarnya.

Bahkan dulu, sempet muncul dan heboh di berita, ada satu perusahaan filantropi yang mengumpulkan dana sedekah dan direktur nya gajinya setengah milyar.

Itu, orang kecil, menyisihkan duit 10rb, 20rb, berharap bisa menolong orang orang fakir miskin, yatim piatu, janda yang ditinggal mati suaminya, anak terlantar, termasuk untuk nebus obat agar bisa keluar dari rumah sakit, eh malah duitnya kok besar sekali yah untuk gaji.

Ini namanya, gaji besar direktur di dapatkan dari sedekah orang kecil. Yang tiap hari "nekat" membagi alokasi uangnya untuk hal lain agar bisa menolong orang lain yang kekurangan, eh malah disunat sedemikian rupa.

Sejak berita itu mencuat, saya pribadi, mungkin anda beda yah, saya pribadi gak mau lagi nyalurin sedekah lewat pihak ketiga.

Saya dan istri, lebih senang ngebungkusin nasi rames sendiri atau beli nasi kotak sendiri, lalu dibagikan ke orang orang di jalanan.

Sasaran kami, biasanya pemulung dan tukang becak. Pengemis? Skip. Biasanya tidak. Karena sudah banyak berita orang yang mengemis, ternyata rumahnya gedongan.

Kami lebih mencari orang yang memulung, tukang sampah, atau tukang becak, yang masih mengeluarkan keringat untuk mendapatkan uang dengan bekerja, daripada orang yang hanya sekedar menunggu diberikan uang dengan tangan di bawah.

Bahkan, dulu ketika saya  bangkrut, 2013, saya sudah hafal, setiap hari Minggu pagi, ada orang yang berprofesi sebagai tukang ngemis.

Target marketnya adalah orang yang belanja di pasar kaget Minggu pagi. Trayek mereka jam 6.30 sampe jam 10.30. biasanya jam 6 pagi mereka udah di lokasi. Dan itu rutin setiap Minggu, selama 3 tahun saya jualan dimsum di pasar kaget Minggu pagi.

Apapun, semoga Allah membalas niat baik kita untuk tetap menolong orang lain.

Komentar