Rabu, 15 Mei 2024 | 17:40
OPINI

Metafora Mimpi Hidup Seribu Tahun Lagi Chairil Anwar

Metafora Mimpi Hidup Seribu Tahun Lagi Chairil Anwar
Chairil Anwar (indohome)

Oleh: Jacob Ereste

ASKARA - Dia juga melihat sejumlah banyak orang bolak-balik dari Klinik Onkologi ke Laboratorium Patologi Klinik hingga antrean menebus resep dokter di apotik rumah sakit setempat. Kerumunan diantara banyak orang itu ada juga yang asyik menguraikan  riwayat sakit yang dideritanya. Diantara kerumunan banyak orang itu ada juga anak remaja yang dibawah umur sedang didorong oleh anggota keluarganya di atas kursi roda. Sedangkan Ibu yang tampak renta itu,  menuntun suaminya jalan tertatih-tatih, sehingga tak jelas siapa yang menuntun dan siapa yang dituntun. Tapi kemesraan diujung senja itu jadi menarik perhatian beberapa orang.

Diantara wajah mereka itu ada juga yang tampak membersitkan raut kecemburuan. Mungkin juga dia sedang membayangkan, apakah mungkin di masa tuanya kelak, kemesraan dirinya pun bisa seperti itu adanya. Sebab dera dan derita yang paling menyedihkan adalah, bukan menyaksikan kematian orang yang paling kita cintai, karena menurut seorang sufi yang sejak lama telah memiliki banyak pengikut maupun pengagumnya dan pemujanya itu, adalah saat kematian dirinya sendiri yang cuma dihadiri oleh segelintir orang. Sehingga untuk mengusung jenazah dirinya pun menjadi masalah yang merepotkan. Yang lebih sial lagi saat do'a kubur hendak dilakukan. Sebab tidak ada seorang pun yang bisa memastikan satu  do'a yang paling tepat dan terbaik diberikan pada penguburan jasadnya. Karena hampir semua yang hadir di pemakaman itu juga didera kesangsian dan keraguan yang hampir sama arti dan maknanya.

Maka itu, diam-diam dia mulai menyadari betapa nikmat dan mahalnya nilai kesehatan yang telah diberikan Tuhan selama ini. Karena itu tak lagi ada alasan untuk tidak berterima kasih dan memberi puja dan puji bagi Allah SWT yang sungguh pengasih dan penyayang bagi manusia seperti aku yang cukup beruntung hingga berumur  panjang untuk menikmati hidup bersama anak dan cucu yang cantik dan cerdas.

Sementara di rumah sakit aku menyaksikan orang yang tengah antrean, tak hanya cemas menebus obat yang mahal, tetapi seakan-akan tengah membayangkan akhirat yang sebelumnya tidak pernah mereka  percaya. Mimpi dari penyair Chairil Anwar pun yang pernah berteriak kepada Tuhan ingin hidup seribu tahun lagi itu sesungguhnya cuma mengingatkan saja bila hidup ini sungguh indah. Sebab mimpi manusia hari ini untuk bisa hidup seribu tahun itu cuma sekedar metafora semata. Sebab usia seribu tahun itu hanya pernah dianugerahkan Tuhan kepada para Nabi-Nya semata.

Metafora hidup seribu tahun lagi yang didedahkan Penyair Chairil Anwar pembuktian hidup di dunia sungguh indah. Tapi toh, lebih banyak orang yang percaya bila hidup di akhirat sana lebih indah lagi dibandingkan hidup di bumi. Demikianlah keyakinan dan kepercayaan para spiritualis yang tidak mungkin bisa dicerna secara ilmiah, sebab luasan wilayah jelajah spiritualisme sungguh tidak terbatas. Persis seperti Sang Maha Pencipta yang meliputi bumi dan langit. Kalau pun dunia ini sendiri sudah dipercaya penuh misteri, maka langit sebagai habitatnya para Malaikat, wajar bila langit itu acap disebut oleh kaum sufi sebagai gudang dari miliaran misteri.

Komentar