Jumat, 03 Mei 2024 | 19:06
OPINI

Ditengah Hujatan, Ternyata PDIP Lebih Mengerti dan Mendukung Bangsa Palestina

Ditengah Hujatan, Ternyata PDIP Lebih Mengerti dan Mendukung Bangsa Palestina
Bendera Palestina (int)

Oleh: Agusto Sulistio *)

ASKARA -;Setiap partai politik memiliki pandangan dan strategi politik yang berbeda-beda, dan kita harus menghormati keputusan yang diambil oleh setiap partai tersebut. 

Terkait itu kita harus menghormati sikap politik PDIP dengan memberikan kebebasan menentukan kebijakan dan sikap politiknya, termasuk dalam hal menolak kehadiran timnas sepakbola Israel U-20 ke Indonesia.

Sikap PDIP yang menolak kehadiran timnas Israel ke Indonesia dapat dilihat sebagai partai penerus dari pemikiran Bung Karno yang selalu memperjuangkan kepentingan dan martabat bangsa-bangsa yang masih terjajah. Dalam hal ini dapat dipahami sebagai bentuk penghormatan PDIP terhadap hak-hak rakyat Palestina yang selama ini terus terzalimi oleh tindakan penjajahan Israel. 

Dalam sikap politiknya PDIP ternyata secara konkrit telah tegas keberpihakannya terhadap Palestina. PDIP terbukti lebih peka dan reaktif sikap solidaritas dan keberpihakannya kepada bangsa-bangsa terjajah seperti yang telah disampaikan dan dipikirkan oleh Bung Karno.

Disisi lain kita bertanya-tanya kepada partai diluar PDIP yang selama ini mengklaim sebagai bagian dari perjuangan bangsa Palestina, namun terkesan pasif atas rencana kehadiran timnas Israel ke Indonesia.

Secara tidak langsung, terkait ini PDIP terkait telah menempatkan Presiden RI Joko Widodo keposisi yang benar dan terhormat. Terlepas dari apapun konsekwensi politik yang akan diterima oleh PDIP atas sikapnya menolak timnas Israel. Secara konkrit PDIP telah mendorong Presiden RI Joko Widodo dan bangsa ini ke posisi yang bermartabat, bahwa dengan menolak kehadiran timnas Israel, tanpa disadari telah membawa Indonesia dimata dunia sebagai negara yang konsisten berpihak kepada bangsa-bangsa terjajah yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. 

Sikap PDIP tersebut telah mengembalikan citra Indonesia dimata dunia, sebagaimana saat itu Bung Karno bersama para pemimpin bangsa Asia Afrika dalam Konferensi Asia Afrika mendobrak dunia untuk menghapuskan segala bentuk imperialisme, diskriminasi dan penindasan dengan memberi kebebasan bangsa-bangsa terjajah untuk menentukan nasibnya sendiri. 

Keadaan politik negara kita akan semakin kacau menjelang pilpres 2024 dan Jokowi akan masuk ke dalam posisi yang lebih terjerumus jika membiarkan timnas Israel hadir ke Indonesia. Jokowi akan menjadi sasaran yang tepat untuk dimakzulkan dari kelompok tertentu. 

Justru dengan sikap politik PDIP menolak timnas Israel maka terselamatkanlah kita dari bertambahnya kekacauan politik kita, padahal begitu banyak persoalan bangsa ini yang belum tuntas. Disinilah sikap politik dewasa dan kelegowoan hati Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum PDIP terhadap Presiden Jokowi, walau berbeda pandangan dalam soal kandidat capres dan berbagai hal kebijakan politik namun Megawati tetap proporsional dalam sikap politiknya dan tak serta merta menyerang dengan fikiran dan emosi yang gelap.

Megawati melalui Hasto sekjen PDIP pun sebelumnya telah melakukan pengamatan serta berbagai kajian dan konsultasi terkait perkembangan timnas Israel dengan Lemhanas, Menlu dll. Sehingga mengerti betul kapan harus menentukan sikap politiknya terkait timnas Israel diwaktu yang tepat dan bertambahnya kekeruhan politik dalam negeri.

Namun disisi lain bukan berarti persoalan Jokowi atas beberapa kebijakannya yang dianggap telah membawa penderitaan rakyat dan menyimpang dari konstituensi serta merta terhapuskan oleh batalnya timnas datang ke Indonesia. Persoalan yang muncul dari sebab kebijakan Jokowi yang dinilai tak berpihak pada wong cilik akan tetap menjadi catatan tersendiri dan biarkan rakyat yang akan menuntukan sikapnya. 

Terkait sikap Indonesia terhadap Israel, dalam sejarah Nasional Indonesia, Presiden Pertama Indonesia, Ir. Soekarno, telah tegas mendukung perjuangan bangsa Palestina dan penentangannya terhadap kebijakan Israel terhadap rakyat Palestina. Bung Karno melihat pendirian Israel pada tahun 1948 sebagai tindakan agresi dan ketidakadilan terhadap rakyat Palestina dan menyerukan pembentukan negara Palestina merdeka. 

Pada tahun 1960-an, Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel dan mendukung Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Soekarno mengagas Konfrensi Asia Afrika (KAA) juga berperan aktif dalam Gerakan Non-Blok (GNB), yang menentang dominasi negara adidaya dan mendukung hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri, termasuk rakyat Palestina.

Secara keseluruhan, sikap politik Bung Karno terhadap Israel adalah mendukung perjuangan Palestina dan menentang kebijakan Israel terhadap rakyat Palestina. Pandangannya tentang masalah ini terus mempengaruhi politik Indonesia hingga saat ini.

*) Pendiri The Activist Cyber, Mantan Kepala Aksi dan Advokasi PIJAR Semarang era 90an.

Komentar