Tujuh Tradisi Unik Menyambut Ramadan Dari Berbagai Daerah
ASKARA – Sebagai negara yang populasi muslimnya sangat besar, kedatangan bulan suci Ramadan tentu memberikan kesan tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Meskipun tradisinya sangatlah beragam, tetapi sebetulnya ada persamaannya juga.
Semua kebiasaan tersebut biasanya dilakukan dengan banyak orang secara serempak, seperti keluarga dan tetangga sekitar. Ini artinya, salah satu tujuannya adalah untuk menjaga kebersamaan dan harmonis
Namun uniknya, di berbagai wilayah di negara kita rupanya juga memiliki beberapa tradisi menarik dalam menyambut bulan suci. Apa aja?
1. Tradisi Meugang
Tradisi meugang di Aceh dimulai sejak tahun 1907, saat Sultan Iskandar Muda memimpin Kerajaan Aceh Darussalam. Meugang adalah tradisi memasak daging sehari sebelum Ramadhan, sebelum Idul Fitri, dan sebelum Idul Adha.
Tradisi warisan Sultan Iskandar Muda itu masih bertahan hingga generasi milenial saat ini. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahkan telah memasukan meugang menjadi warisan budaya tak benda sejak tahun 2016.
2. Tradisi Malamang
Masyarakat Minang di Sumatera Barat, biasa membuat lemang, yaitu makanan dari beras ketan yang dimasukkan dalam buluh bambu beralas daun pisang. Tradisi turun temurun ini, biasanya dibikin saat menyambut hari-hari besar, termasuk Bulan Suci Ramadan.
Dalam bahasa Minang, lemang disebut lamang, sehingga kebiasaan bikin lemang dikenal juga dengan Malamang. Malamang merupakan tradisi turun temurun masyarakat Minang sejak dulu.
Kebiasaan membuat makanan kaya gizi ini sering dilakukan saat acara-acara penting, seperti Lebaran, Maulid Nabi, pengangkatan penghulu adat dan acara besar lainnya.
3. Tradisi Nyorog
Nyorog merupakan cara orang Betawi untuk menghormati orang tua, maupun sanak keluarga yang memiliki usia jauh di atasnya. Biasanya kalangan muda akan menghantarkan berbagai macam barang, termasuk makanan dan buah-buahan.
Beberapa bingkisan yang umum dibawa ke sanak saudara dan keluarga tua yakni kue-kue, bahan makanan mentah berupa gula, susu, kopi, sirup, beras, ikan bandeng dan daging kerbau, termasuk kuliner tradisional Betawi yang dimasukkan ke dalam rantang, misalnya saja sayur gabus pucung.
4. Tradisi Munggahan
Munggahan adalah tradisi masyarakat Islam suku Sunda untuk menyambut Ramadhan. Kata "munggahan" berasal dari bahasa Sunda, yakni "munggah" yang berarti berjalan atau naik.
Dengan demikian, munggahan memiliki makna berjalan atau keluar dari kebiasaan yang kerap dilakukan sehari-hari. Munggahan secara harfiah juga dimaknai sebagai upaya untuk naik ke bulan suci yang derajatnya lebih tinggi.
5. Tradisi Nyadran
Tradisi Nyadran merupakan suatu budaya mendoakan leluhur yang sudah meninggal dan seiring berjalannya waktu mengalami proses perkembangan budaya sehingga menjadi adat dan tradisi yang memuat berbagai macam seni budaya.
Nyadran dikenal juga dengan nama Ruwahan, karena dilakukan pada bulan Ruwah. Tradisi Nyadran berdasarkan sejarahnya merupakan suatu akulturasi budaya jawa dengan islam.
Permohonan maaf disimbolkan dengan kue apem, kudapan khas Jawa yang biasa disajikan pada acara-acara adat. Apem dalam acara megengan ternyata memiliki makna tersendiri. Istilah apem diambil dari kata ngafwan atau ngafwun yang berarti permohonan maaf.
Dalam menjalankannya, umat Islam diminta untuk menahan segala bentuk perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa. Makna lain di balik acara Megengan adalah permohonan maaf bagi sesama.
6. Tradisi Megengan
Kata megengan diambil dari bahasa Jawa yang berarti menahan. Acara ini digelar untuk mengingatkan masyarakat akan datangnya bulan Ramadan. Seluruh umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa.
Dalam menjalankannya, umat Islam diminta untuk menahan segala bentuk perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa. Makna lain di balik acara Megengan adalah permohonan maaf bagi sesama.
Permohonan maaf disimbolkan dengan kue apem, kudapan khas Jawa yang biasa disajikan pada acara-acara adat. Apem dalam acara megengan ternyata memiliki makna tersendiri. Istilah apem diambil dari kata ngafwan atau ngafwun yang berarti permohonan maaf.
7. Tradisi Suru Maca
Suru Maca, tradisi yang masih kental di masyarakat suku Bugis-Makassar menjelang bulan ramadhan. Dimaknai sebagai penghormatan terhadap Tuhan yang maha esa dan mendoakan leluhur mereka.
Bagi masyarakat di sana, rasanya tidak lengkap memasuki ramadhan jika tidak melaksanakan Suru Maca. Maka, banyak rupa makanan yang akan disiapkan dengan senang hati.
Di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, masyarakat setiap tahunnya masih menggelar ritual ini. Biasanya dilakukan enam hari sebelum ramadhan. (@GNFI)
Komentar