Sabtu, 27 April 2024 | 19:01
NEWS

Impor KRL Bekas, Pemerintah Dinilai Kurang Perhatian dan Salah Prioritas

Impor KRL Bekas, Pemerintah Dinilai Kurang Perhatian dan Salah Prioritas
Impor KRL Bekas (int)

ASKARA– Terkait polemik impor kereta rel listrik (KRL) bekas dari Jepang, anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto menuding sistem perencanaan pemerintah terkait pengelolaan dan pengembangan perkeretaapian kacau. 

"Pemerintah malas mengkaji dan memperkirakan jumlah kebutuhan rangkaian kereta api nasional. Akibatnya pemerintah selalu mengandalkan impor untuk pengadaan kereta. Padahal di dalam negeri ada industri pembuatan kereta api yang perlu didukung dan dikembangkan juga," kata Mulyanto kepada para wartawan, Senin (6/3).

Mulyanto mengimbau, seharusnya ada perencanaan yang matang berupa roadmap kebutuhan kapasitas KRL dan kemampuan pengadaannya secara domestik sehingga match antara kebutuhan PT KCI dengan kemampuan produksi PT INKA.

"Menteri BUMN jangan impor minded. Sayang kalau devisa kita terkuras terus dan kapabilitas industri dalam negeri tidak dioptimalkan," tegas Wakil Ketua F-PKS Bidang Industri dan Pembangunan ini.

Mulyanto menuturkan dari kasus impor KRL ini terlihat betapa perhatian pemerintah terhadap peningkatan kualitas layanan transportasi publik masih minim. 

"Selama ini tugas peningkatan layanan transportasi publik dibebankan kepada pemerintah daerah dan swasta. Akibatnya kondisi transportasi publik di beberapa daerah tidak standar dan sangat memprihatinkan," tutur Mulyanto.

"Perhatian pemerintah pada peningkatanan kualitas layanan transportasi publik masih lemah. Ini bisa kita lihat dari postur APBN kita yang lebih banyak digunakan untuk mensubsidi pemilik kendaraan pribadi daripada untuk memperbaiki jumlah dan kualitas layanan transportasi publik," sambung Anggota Baleg DPR RI ini.

Legislator asal Dapil Banten 3 ini pun membandingkan perhatian pemerintah terhadap infrastruktur KRL dengan subsidi mobil listrik atau kereta cepat Jakarta-Bandung. 

"Harusnya kan pemerintah lebih memperhatikan kualitas layanan transportasi publik, ketimbang subsidi untuk pembelian mobil listrik pribadi bagi orang yang mampu," tandas Mulyanto.

Komentar