Kamis, 16 Mei 2024 | 14:01
NEWS

Harga Batubara Dunia Meroket, Pengusaha Untung Melejit Rakyat Menjerit

Harga Batubara Dunia Meroket, Pengusaha Untung Melejit Rakyat Menjerit
Batu bara (int)

ASKARA – Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto prihatin melihat ketimpangan yang terjadi akibat kenaikan harga jual batubara di pasar internasional. 

"Dengan kenaikan harga ini para pengusaha dapat keuntungan ratusan triliun sementara pemerintah daerah penghasil batubara hanya mendapat royalti sebesar puluhan miliar," kata Mulyanto kepada para wartawan, Senin (2/1).

Salah satu contohnya, sebut Mulyanto, adalah peningkatan kekayaan pengusaha batubara Low Tuck Kwong. 

"Kekayaannya langsung bertambah ratusan triliun akibat kenaikan harga batubara internasional. Sementara nasib rakyat di lokasi tambang milik Low Tuck Kwong masih memperihatinkan," ungkap Wakil Ketua F-PKS Bidang Industri dan Pembangunan ini.

Mulyanto khawatir ketimpangan ini akan menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan masyarakat daerah tempat perusahaan tambang batubara tersebut berada. 

Karena itu, Mulyanto mendesak pemerintah menata ulang semua aturan bisnis batubara ini dengan baik.

"Jangan sampai aturan  yang ada hanya menguntungkan dan melindungi segelintir pengusaha saja. Sementara pemerintah daerah hanya mendapat remah-remah hasil penjualan sumber daya alam miliknya. Kejadian ini tentu akan melukai rasa keadilan masyarakat," tegas Mulyanto.

Mulyanto meminta pemerintah meningkatkan pajak progresif dan menerapkan pembagian royalti yang lebih proporsional dan adil kepada daerah. 

"Hal tersebut sangat logis karena pemerintah daerah yang akan menanggung semua dampak kerusakan lingkungan atas eksploitasi batubara yang dilakukan para pengusaha," jelas Mulyanto.

"Dengan booming harga batubara dunia, secara langsung melejitkan saham dan kekayaan pengusaha batubara. Sementara dampak lingkungan dan sosial bagi masyarakat sekitar tambang malah membuat mereka menjerit," sambung Anggota Baleg DPR RI ini.

Mulyanto pun meminta pemerintah segera mengatasi ketimpangan ini sebelum masalahnya melebar ke urusan yang lebih luas. 

Mulyanto mengingatkan, urusan royalti ini sangat sensitif karena terkait dengan kepentingan dan kesejahteraan masyarakat di daerah-daerah penghasil sumber daya alam. 

"Belum lama ini kita dikejutkan dengan pernyataan keras Bupati Kepulauan Meranti, Riau, yang tidak puas dengan besaran bagi hasil ini. Ia mengeluhkan minimnya dana bagi hasil (DBH) batubara yang dianggapnya tidak sepadan dengan kerusakan lingkungan yang diderita. Karena itu ia menggugat pemerintah pusat bahkan mengancam akan mengangkat senjata atau ikut pindah ke negara lain," ungkap Mulyanto. 

Menanggapi hal seperti ini, legislator asal Dapil Banten 3 ini meminta pemerintah jangan santai, karena bukan tidak mungkin perasaan yang sama dialami oleh kepala daerah lainnya. 

"Sebaiknya Pemerintah jangan menunggu mereka bersuara. Bila tidak, bukan hanya batubara, tetapi juga nikel, bauksit, timah dan sumber kekayaan alam indonesia yang melimpah lainnya benar-benar hanya memakmurkan segelintir orang, bahkan perusahaan asing. Bukan sepenuhnya dimanfaatkan bagi kemakmuran rakyat sesuai dengan amanat konstitusi," pungkas Mulyanto.

Komentar