Jumat, 19 April 2024 | 07:02
COMMUNITY

Mengenal Jun Kitazawa Pencinta Indonesia

Mengenal Jun Kitazawa Pencinta Indonesia
Jun Kitazawa (Dok Pribadi)

ASKARA - Jun Kitazawa lahir di Tokyo pada 1988. Dia menyelesaikan program doktoralnya di Tokyo University of the Arts. Saat ini, KITAZAWA tercatat sebagai dosen tamu di Departemen Antropologi, Universitas Gajah Mada. 

Sebagai seniman, Kitazawa juga sering terlibat dalam berbagai kerja lapangan, baik di dalam maupun di luar Jepang. Fokus utamanya adalah membangun masyarakat imajiner dengan mengemas kerja-berbasis-proses sebagai pendekatan artistik. Proyek-proyek yang ia kerjakan seringkali melibatkan orang-orang dari berbagai macam latar belakang sebagai mitra kolaborasi. Di tahun 2016, Kitazawa masuk ke dalam 30 Under 30 Asia yang digagas oleh Majalah Forbes dan menjadi anggota Japan Foundation Asian Center. 

Semua proyek Kitazawa dari akhir tahun 2000-an hingga 2010-an, sebagian besar berlatar belakang daerah lokal di Jepang, bersifat jangka panjang. Misalnya, di Sun Self Hotel, yang berlangsung dari tahun 2012 hingga 2017, kamar-kamar kosong di lantai atas blok apartemen umum yang menampung sekitar 2.000 rumah tangga diubah menjadi 'hotel imajiner'. 'Hotel' ini dikelola oleh anggota penghuni blok apartemen, yang membuat segala sesuatu mulai dari kamar hingga makanan dan berbagai layanan, dan energi yang digunakan selama menginap dikumpulkan dan digunakan oleh para tamu sendiri dengan menggunakan panel surya bergerak.

Pada malam kemunculan hotel, para penghuni dan tamu bersama-sama melambungkan 'matahari malam' di atas perumahan. Gempa Bumi Besar Jepang Timur tahun 2011 telah membuat masyarakat Jepang mempertanyakan dasar-dasar infrastruktur yang ada, seperti ruang hidup yang disediakan dan sumber daya energi. Hotel, yang menciptakan kembali masyarakat dan hubungan manusia dengan tangannya sendiri, mewujudkan proyek Kitazawa untuk menciptakan 'masyarakat imaginer' melalui praktik artistik. 

Sejak tahun 2016, Kitazawa telah mendirikan basis di Indonesia dan mengembangkan praktiknya melalui perspektif yang melintasi kedua negara. Dengan membawa berbagai hal yang mengingatkan kita pada kehidupan sehari-hari di Indonesia, seperti gerobak, sangkar burung, dan pasar, ke Jepang, Kitazawa berusaha menciptakan kembali kreativitas kehidupan sehari-hari yang hilang dari masyarakat Jepang, sekaligus melibatkan masyarakat dalam prosesnya.

Di Nowhere Oasis, kios-kios jalanan yang dikenal sebagai 'angkringan', yang menghiasi jalan-jalan di Yogyakarta, dibawa ke Tokyo dan muncul di sana-sini di jalanan. Di warung-warung yang dibuka bersama dengan orang Indonesia yang tinggal di Tokyo, para pengunjung bingung karena bahasa Jepang tidak digunakan atau menu-menunya tidak dimengerti. Namun, ketidaknyamanan ini sama dengan ketidaknyamanan yang dibebankan masyarakat Jepang kepada para pendatang dari luar negeri, hanya saja terbalik. Pada paruh kedua periode proyek, Angkringan dipenuhi oleh orang Indonesia yang tinggal di Jepang. Dalam masyarakat di mana 'Oasis is Nowhere', proyek ini menciptakan waktu di mana 'Oasis is Now here' bagi mereka. 

Kitazawa saat ini tinggal di Yogyakarta, jauh dari Jepang. Ketertarikannya pada pengaruh masa penjajahan Jepang, berdasarkan kehidupannya sendiri dan pengalamannya bertemu dan berbincang-bincang dengan para lansia dari seluruh Jawa, telah membawanya untuk menyusun dan merealisasikan sebuah proyek baru, 'FRAGILE GIFT'.

Komentar