Kamis, 02 Mei 2024 | 05:03
OPINI

Mang Ucup: Perempuan Itu Tidak Pernah Puas

Mang Ucup: Perempuan Itu Tidak Pernah Puas

Oleh: Mang Ucup *)

Tuhan merasa sangat puas sekali dengan hasil ciptaan-Nya dimana Tuhan menciptakan Adam dan Hawa. Namun disisi lain perempuan itu sendiri merupakan makhluk ciptaan-Nya yang tidak akan pernah bisa merasa puas.

Tuhan menganugerahkan perempuan dengan rambut yang indah: namun setiap minggu harus tetap dikoreksi ulang di salon; mulai dipotong s/d merubah warnanya.

Bukan hanya sekedar warna hitam saja bahkan warna hijau maupun ungu. Alis mata yang begitu indah harus dicukur dan diganti dengan bentuk dan warna baru.

Kuku harus dipotong dengan bentuk baru dan dicat dengan biaya yang tidak murah misalnya untuk potong kuku saja di salon biayanya bisa mencapai Rp 500.000.

Operasi Plastik dari mata sampai ke buah dada maupun perut. Puasa dengan menahan siksaan lapar.

Padahal yang bikin perut jadi gendut dan tidak sehat itu, karena ulah dan kesalahan diri sendiri yang grages dan rakus.

Yang paling penting dari kehidupan perempuan itu disainnya. Kuku yang indah harus dipotong dan dipoles dengan warna bukan hanya sekedar warna merah saja: bahkan warna ungu maupun hijau.

Hawa terjatuh dalam dosa, karena pertama melihat warna dan bentuknya buah yang terlarang.

Bentuk tubuh yang indah harus dibungkus ulang setiap hari dengan biaya jutaan rupiah berupa pakaian. Minimum harus dua kali ganti.

Diberi tempat tinggal di Taman Firdaus dengan makanan sudah siap saji namun masih saja tergiur ingin makan buah yang terlarang.

Warna mata yang hitam diganti dengan yang biru. Operasi Plastik mulai dari mata sampai buah dada maupun perut. Begitu Hawa diusir keluar dari Taman Firdaus; hal yang pertama dan paling utama dibutuhkan adalah pakaian (Fashion).

Makanan bagi perempuan tidak cukup hanya sekedar siap saji saja; harus digarnir terlebih dahulu agar indah kelihatannya.

Hidup perempuan menjadi mahal bukan karena godaan lidah melainkan, karena godaan mata.

Perempuan di surga tidak akan pernah bisa bahagia karena harus hidup tanpa pakaian = no fashion.

Saya yakin banyak rekan-rekan yang tidak sependapat dengan apa  yang Mang Ucup paparkan disini.

Oleh sebab itu saya mohon dikoreksi maupun ditambah. Maturnuwun.

*) Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar