Jumat, 17 Mei 2024 | 02:46
OPINI

Mitos Sate Gagak Bakar, Ritual Panggil Genderuwo Hingga Nomor Togel

Mitos Sate Gagak Bakar, Ritual Panggil Genderuwo Hingga Nomor Togel
KRH Aryo Gus Ripno Waluyo

Oleh: KRH Aryo Gus Ripno Waluyo, SE, SP.d, S.H, C.NSP,C.MP *)

Mitos Burung Gagak masih melekat kuat dalam masyarakat tradisional. Lalu, bagaimana cerita mitos Burung Gagak si pembawa pesan kematian ini dengan ritual untuk ngalap berkah atau pesugihan?

Hal unik yang terjadi dalam ritual pemanggilan Genderuwo dengan menggunakan Burung Gagak, salah satunya adalah permintaan untuk menyebutkan “nomor jitu” dan dilakukannya tawar menawar seperti layaknya jual beli pedagang di pasar.

Konon setelah mendengar rapalan mantra berikut bau daging gosong Gagak terpanggang, Genduruwo akan keluar dari sarangngnya. Untuk itu praktisi spiritual harus secepatnya meminta apa yang mereka inginkan sebelum Genderuwo mencuri atau memakan umpan Sate Burung Gagak.Sebab, bila genderuwo sudah kenyang dia akan segera menghilang pergi tanpa mau memberikan jawaban yang diinginkan pelaku ritual.

Mitos dalam ritual pemanggilan Genderuwo yang lengkap dengan segala sesajinya untuk perjudian banyak dilakukan orang, terutama yang berkepercayaan tradisional di Pulau Jawa. Hal ini berkaitan dengan maraknya judi Togel yang dulu tenar dengan istilah “nomor buntut” atau “nomor jitu“.

Para pelaku perjudian melalui praktisi spiritual mempercayai bahwa dengan mengundang Genderuwo, maka hajat untuk mendapat nomor keberuntungan dapat terpenuhi tentunya dengan bermodal sedikit keberanian, keuntungan besar bakal gampang mereka peroleh.

Banyak yang mempercayai salah satu cara untuk memanggil Gendruwo adalah dengan membakar Sate Gagak, sebab Burung Gagak konon adalah makanan kesukaan dan binatang peliharaan Gendruwo. Membakar Burung Gagak di lokasi kuburan yang angker bisa mengundang berbagai macam makhluk halus dan arwah penasaran.

Cara melakukan Ritual Pesugihan “Sate Gagak”, cukup memanggang daging Gagak di sekitar lokasi kuburan yang angker, tak lama kemudian arwah-arwah orang yang meninggal karena penasaran akan menghampiri bau harum sesajen tersebut, lengkap dengan keadaan fisik mereka waktu meninggal.

Berbagai kepercayaan Orang Jawa, ketika ada orang yang menderita sakit lalu terdengar suara Burung Gagak Hitam, itu menandakan orang yang sakit akan segera menjemput ajalnya. Orang yang menjelang ajal itu memang sudah menebarkan aroma khas bau mayat.

Konon Gagak mempunyai insting dan penciuman yang sangat tajam, bahkan radiusnya bisa ribuan km, dan Burung Gagak dalah salah satu burung pemakan bangkai. Ada pula kepercayaan yang menghubungkan Sate Gagak sebagai sarana pemanggil Genderuwo.

Jika hendak melakukan ritual ini, Kita harus punya keberanian dan mental yang kuat. Hantu Genderuwo Genderuwa (dalam pengucapan Bahasa Jawa: “Genderuwo“) adalah mitos Jawa tentang sejenis bangsa jin atau makhluk halus yang berwujud manusia menyerupai kera dengan postur besar dan kekar dengan warna kulit hitam kemerahan, badannya tertutup rambut lebat yang tumbuh pada sekujur tubuh.

Genderuwa dikenal paling banyak dalam masyarakat di Pulau Jawa. Orang Sunda menyebutnya “gandaruwo” dan orang Jawa umumnya menyebutnya “gendruwo“. Habitat hunian kegemarannya adalah batu berair, bangunan tua, pohon besar yang teduh atau sudut-sudut yang lembab sepi dan gelap. Mitos Genderuwo sebagai makhluk gaib sendiri diduga berakar dari mitos kuno Persia, Gandarewa.

Dalam mitos Persia, Gandarewa adalah siluman air Persia yang terus-menerus mencoba melahap hal-hal baik yang tercipta dalam mitos penciptaan Persia dan akhirnya akan dikalahkan oleh pahlawan Keresaspa. Genderuwa dipercaya bisa berkomunikasi dan menjalin kontak langsung  dengan manusia. Berbagai legenda mengatakan kalau genderuwa dapat mengubah penampakan dirinya mengikuti wujud fisik seorang manusia untuk menggoda sesama manusia. Genderuwa dipercaya sebagai sosok makhluk yang iseng dan cabul, karena kegemarannya menggoda,

Genderuwa konon suka menepuk pantat perempuan, membelai tubuh perempuan ketika sedang tidur, bahkan sampai memindahkan pakaian dalam perempuan ke orang lain. Kadang Genderuwa nampak dalam wujud makhluk kecil berbulu yang bisa tumbuh membesar dalam sekejap, Genderuwa juga gemar melempari rumah orang dengan batu kerikil di malam hari.

Salah satu hoby Genderuwa yang paling dominan yaitu menggoda istri-istri kesepian yang ditinggal suami atau para janda, bahkan tidak jarang Genderuwa bisa sampai melakukan kontak badan/hubungan seksual dengan mereka.

Tapi biasanya wanita korban yang disetubuhi oleh Genderuwa tidak menyadari sedang bersetubuh dengan Genderuwo karena Genderuwo akan menyamar sebagai suami atau kekasih korban dalam melakukan hubungan seks.

Disebutkan pula jika Genderuwa memiliki libido dan gairah seksual yang besar dan jauh di atas manusia, itu sebabnya ia amat mudah terangsang ketika melihat kemolekan tubuh perempuan dan itu pulan yang membuatnya menjadi makhluk yang senang menggoda perempuan.

Dalam kepercayaan Jawa, tidak semua Genderuwa bersifat jahat, konon ada pula Genderuwa memiliki sifat baik. Genderuwa yang bersifat baik ini dipercaya biasanya menampakkan wujudnya sebagai seorang kakek tua berjubah putih yang kelihatan amat berwibawa.

Genderuwa yang baik tidaklah cabul seperti saudara sebangsanya yang mempunyai sifat jahat. Genderuwa yang baik acapkali membantu manusia seperti menjaga tempat gaib atau rumah dari orang yang berniat tidak baik, bahkan perampok.

Bahwa Genderuwa yang bersifat baik kadang-kadang membantu menyunat anak-anak dari keluarga tidak mampu yang saleh beribadah.

 

*) Tokoh Spiritualis, Budaywan, Penulis, Advokat Peradi Perjuangan

Komentar