Kamis, 25 April 2024 | 17:59
NEWS

Kajian Tematik At Taqwa Centre Cirebon

Prof. Rokhmin Dahuri: Pemimpin Akan Sukses Jika Ikuti Pedoman Allah SWT

Prof. Rokhmin Dahuri: Pemimpin Akan Sukses Jika Ikuti Pedoman Allah SWT
Ptof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MA (ist)

ASKARA - Guru Besar Manajemen Pembangunan Pesisir dan Lautan – IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS menyampaikan, suatu ciptaan (makhluk) hanya akan sukses, bila ia menjalankan kehidupannya berdasarkan pada pedoman (manual, guidelines) yang dibuat oleh penciptanya (Allah SWT, Tuhan YME).

"Maka, seorang pemimpin akan sukses memimpin anggota (rakyat) nya, bila ia mengikuti pedoman dari Allah SWT, yakni kepimimpinan model Rasulullah Muhammad saw," ujar Prof. Rokhmin Dahuri pada Diskusi Ba’da Shalat Subuh di Mesjid At-Taqwa, Cirebon, Minggu, 23 Oktober 2022.

Dalam.paparannya bertema "Prinsip Kepemimpinan Untuk Menatap Masa Depan", Prof. Rokhmin Dahuri mengutip testimoni para ilmuwan dan pakar kelas dunia:

Dr. Zuwaimer (Orientalis Kanada) dalam bukunya ”The East and its Tradition” menyatakan ‘Tidak diragukan lagi bahwa Muhammad adalah pemimpin agama terbesar yang paling sukses. Bisa juga dikatakan bahwa dia adalah seorang tokoh reformis, mumpuni, fasih, pemberani, dan pemikir yang agung’.
 

Michael Hart dalam bukunya “ The 100 a Ranking of The Most Influential Persons in History “ salah satu alasannya ialah “Nabi Muhammad mampu membawa Arab dari wilayah yang “terbelakang” sampai menjadi wilayah yang “berperadaban”.

Ketika suatu Negara atau Kumpulan Negara-Negara dipimpin oleh Pemimpin yang melaksanakan Islam secara kaffah dan ‘itibba (Rasulullah Muhammad saw, Khulafah Rasyidin, Umar bin Abdul Azis, Harus Al-Rasyid, Muhammad Al- Fatih, dan lainnya; sejak Fatukh Makkah 650-an M s/d Abad-18); Negara atau Kumpulan Negara-Negara itu menjadi Maju, Makmur-berkeadilan, Berdaulat, dan Diberkahi Allah Azza wa Jalla.



Masa Kejayaan Umat Islam

Pada kesempatan itu, Anggota Dewan Pakar ICMI Pusat 2022 – 2026 itu memaparkan, potret kondisi kehidupan masyarakat dunia yang maju, adil-makmur  di zaman keemasan umat islam (The Golden Age Of Moslem), yaitu sejak Fathu Makkah (630 M/Abad-7) sampai Abad-18.

Konsepnya, kata Prof. Rokhmin Dahuri, mirip dengan peradaban bangsa berbasis Pancsila: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Ketika umat Islam melaksanakan Islam secara kaffah dan itibba’ (Fatukh Makkah s/d sebelum Revolusi Industri)  Umat Islam menguasai IPTEK, maju, hidup sejahtera dan berkeadilan, dan menguasai 2/3 wilayah dunia.
Saat itu, Umat Islam menjadi pusat keunggulan (center of excellence) IPTEK dunia, dan para ilmuwan dan teknolog dari seluruh penjuru dunia belajar kepada ilmuwan dan teknolog muslim secara gratis (tidak perlu hak paten).
 

Perguruan Tinggi pertama dan terbaik di dunia adalah Bayt Al-Hikmah di Baghdad pada 832 M di masa Khalifah Al-Mansur (754 – 775 M) dan Al-Ma’mun (813 – 833 M), Kekhilafahan Abasyiah. Oxford University dan Sorbone University meniru Bayt Al-Hikmah (Wallace-Murphy, 2017).

"Perekonomian; pendidikan; interaksi sosial, politik, dan budaya berjalan atas dasar persaudaraan karena Allah, Tuhan Pencipta Alam Semesta," tuturnya. Disamping itu, lanjutnya, Agama, keyakinan, jiwa, harta, dan hak-hak sipil warga non-muslim dilindungi oleh Negara Islam.


Kehidupan sosial berlangsung secara harmonis, anak-anak yatim dipelihara, yang kaya membantu dan memberdayakan (empowering) yang miskin, yang miskin tidak iri terhadap yang kaya dan bekerjasama dengan yang kaya dengan mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
 

Ekonomi dan perdagangan diatur dalam koridor efisiensi dan keadilan, tidak ada kecurangan serta penipuan karena masyarakatnya memahami dan mentaati hukum Allah dan Rasul Nya secara istiqamah.
 

Masyarakatnya mencintai dan gemar menuntut IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), dan pemerintahnya mendorong serta memfasilitasi aktivitas penelitian, pengembangan, penguasaan, dan penerapan IPTEK dalam segenap aspek kehidupan.
 

"Para pemimpinnya (Kepala Negara, Menteri, Gubernur, dan lainnya) hidup sederhana dan sangat mencintai rakyatnya," kata Wakil Ketua Dewan Pakar MN KAHMI ini.

Selanjutnya, Prof. Rokhmin Dahuri memberiksn contoh akhlaq dan perilaku pemimpin Muslim:

“Kalian memilihku sebagai khalifah, tetapi aku bukanlah yang terbaik diantara kalian. Oleh karena itu, turutilah aku sepanjang sesuai aturan Allah SWT dan Rasulullah SAW (Al-Qurán dan Hadits), kalau tidak tinggalkan aku” (Khalifah Abu Bakar Ashidiq)
 

“Kalau rakyatku kelaparan, aku ingin orang pertama yang merasakannya.  Kalau rakyatku kekenyangan, aku ingin orang terakhir yang menikmatinya” (Khalifah Umar bin Khattab)

Hasilnya, pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul Azis, Harun Al-Rasyid, Muhammad Al-Fatih, dan lainnya, tidak ada satu pun penduduk Khilafah (Negara) Islam yang miskin.  Bahkan, zakat, infaq, shodaqoh, dan IPTEK pun diekspor ke seluruh penjuru dunia.

Hampir seluruh IPTEK modern dari zaman Revolusi Industri sampai sekarang berasal dari karya-karya monumental Ilmuwan Muslim di era Kejayaan Umat Islam (Wallace-Murphy, 2007; Qureshi, 2007).



Keberhasilan dan Kegagalan Kapitalisme

Secara makroekonomi, jelas Ptof. Rokhmin Dahuri, Kapitalisme mampu memacu pertumbuhan ekonomi global (dunia) rata-rata 3,4% per tahun, dari PDB (Produk Domestik Bruto) Global hanya sebesar US$ 0,45 trilyun pada 1753 (awal Revolusi Industri-1) menjadi US$ 100 trilyun pada 2019 (Sach, 2015; World Bank, 2020).
 

Kapitalisme pun berhasil melahirkan berbagai macam IPTEK dalam 4 gelombang Revolusi Industri. Kemajuan yang pesat di bidang IPTEK telah membuat kehidupan umat manusia lebih sehat.

"Namun, Kapitalisme gagal mengentaskan kemiskinan, kelaparan, dan tuna wisma global," tandas Menteri Kelautan dan Perikanan 2001 - 2004 itu.
 

Selain itu, sambungnya,  Kapitalisme telah mengakibatkan ketimpangan kaya vs miskin semakin melebar, dan kerusakan lingkungan serta Perubahan Iklim Global (Global Warming) yang telah mengancam kapasitas keberlanjutan (sustainable capacity) bumi di dalam mendukung pembangunan ekonomi, bahkan kehidupan manusia.
 

"Kapitalisme pun telah mengakibatkan kehidupan sosial-budaya dan politik mengalami dekadensi dan menuju kehancuran," katanya.

Sekitar 1,3 miliar penduduk dunia tidak memiliki akses listrik, 900 juta tidak memiliki akses ke air bersih, 2,6 miliar tidak memiliki akses ke sanitasi yang sehat, dan sekitar 800 juta penduduk pedesaan tidak memiliki akses ke jalan raya yang tahan cuaca dan terputus dari dunia pada musim hujan (IEA, 2016).

Di antara 194 negara di Perserikatan Bangsa-Bangsa, hanya 55 negara (28%) yang telah mencapai status negara berpenghasilan tinggi (kaya). 103 negara (53%) adalah negara berpenghasilan menengah, dan 36 negara (19%) masih miskin (Bank Dunia dan UNDP, 2018).

Dalam 250 tahun terakhir, ekonomi dunia tumbuh sangat tidak merata. Misalnya, pada tahun 2010, orang terkaya di dunia dari 388 orang memiliki lebih banyak kekayaan daripada seluruh separuh bawah populasi dunia (3,3 miliar orang). Pada tahun 2017, kelompok terkaya yang memiliki kekayaan melebihi separuh populasi dunia terbawah telah menyusut menjadi hanya 8 orang.



Ketimpangan kekayaan yang begitu tinggi telah terjadi tidak hanya antar negara, tetapi juga di dalam negara (Oxfam International, 2019). Saat ini, negara maju (kaya) dengan populasi hanya 18% dari populasi dunia mengkonsumsi sekitar 70% dari energi dunia, yang sebagian besar (87%) berasal dari bahan bakar fosil, yang merupakan faktor utama penyebab Pemanasan Global (IPCC, 2019).

Pertumbuhan ekonomi global selama 250 tahun terakhir juga telah menyebabkan degradasi lingkungan besar-besaran yang didorong oleh kegagalan pasar dan kebijakan yang buruk.

Hampir semua negara di dunia mengalami skala penipisan sumber daya alam, pencemaran lingkungan, dan dampak negatif dari Pemanasan Global. Perubahan Iklim Global secara langsung dapat merugikan ekonomi dunia sebesar US$ 7,9 triliun pada pertengahan abad karena meningkatnya kekeringan, gelombang panas, wabah penyakit, banjir, dan gagal panen menghambat pertumbuhan dan mengancam infrastruktur (EIU, 2019).

Jika suhu Bumi meningkat lebih tinggi dari 1,50C dari pengukuran dasar, maka dampak negatif Pemanasan Global tidak dapat dikendalikan (IPCC, 2019). Di seluruh dunia, terutama di daerah perkotaan, terjadi peningkatan tingkat stres, ketegangan dan perselisihan dalam urusan manusia, disertai dengan dan peningkatan semua gejala anomie (penyakit sosial), seperti frustrasi, kejahatan, alkoholisme, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, perceraian, pemukulan anak, penyakit mental dan bunuh diri, semua menunjukkan kurangnya kepuasan batin dalam kehidupan individu (Brown, 2003; Chapra, 1995).

Ketidakadilan ekonomi, pengangguran, kemiskinan absolut, dan diskriminasi politik telah banyak terjadi. dilaporkan dan diyakini sebagai akar penyebab radikalisme dan terorisme (Cavanagh dan Mander, 2004).

Pandemi Covid-19 menelanjangi kedok kemunafikan negara-negara maju kapitalis dengan cara memproduksi dan menimbun vaksin jauh melebihi dari kebutuhannya.  Sementara, negara-negara berkembang (miskin) sangat kekurangan vaksin (Sundaram and Chowdury, 2021).
 

Prof. Rokhmin Dahuri mencontohkan,  Uni Eropa menimbun 3 milyar dosis vaksin (6,6 dosis/orang); AS punya 1,3 milyar dosis vaksin (5 dosis/orang); Kanada memiliki 450 juta dosis vaksin (12 dosis/orang); Inggris punya 500 juta dosis vaksin (8 dosis/orang); dan Australia mengamankan 170 juta dosis vaksin (7 dosis/orang).
 

Pada 7 Juli 2021; lebih dari 3,32 miliar dosis vaksin telah diberikan, dengan 85% ditujukan ke negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas, dan hanya 0,3% ke negara berpenghasilan rendah. Tingkat vaksinasi Afrika (sejauh ini 4%) adalah yang paling lambat dari semua benua, dengan beberapa negara belum memulai, sementara tingkat infeksi meningkat dengan cepat.

Karena tingkat vaksinasi yang jauh lebih tinggi (> 60% total populasi, persentase minimum untuk membangun komunitas kawanan), korban kematian di negara maju (kaya) turun dari 59% total dunia pada Januari menjadi 15% pada Mei 2021.

Kematian akibat pandemi di negara-negara berkembang sekitar 85%, tetapi tetap meningkat pesat (WHO, 2021 dalam The Jakarta Post, Kamis 15 Juli 2021, hlm.7).

Akibatnya, pertumbuhan ekonomi negara-negara maju pada 2021 ini akan meningkat, dari 5,1% menjadi 5,6%. Sebaliknya, di negara-negara berkembang menurun dari 6,7% menjadi 6,3% (IMF, 2021) Ketimpangan kaya vs. miskin akan semakin melebar.

Pertama kali dalam sejarah NKRI Pada tahun 2019 angka kemiskinan lebih kecil dari 10%. "Namun, dampak dari pandemi Covid-19, pada 2021 tingkat kemiskinan meningkat lagi menjadi 10,2 % atau sekitar 27,6 juta orang," jelas anggota Dewan Pembina Baitul Muslimin Indonesia ( BAMUSI ) ini.

Demikian pula data World Digotal Competitiveness, yakni  penilaian adopsi teknologi untuk peningkatan ekonomi dan efisiensi di berbagai bidang diukur dari faktor pengetahuan, teknologi, dan  kesiapan adopsi teknologi untuk masa depan. 

“Pada 2021, pada Juli 2021, Indonesia turun kelas kembali menjadi negara menengah bawah. Indonesia menduduki peringkat-99 dari 167 negara,” paparnya. 

Ada 10 Permasalahan & Tantangan Pembangunan Indonesia: Antara lain, 1. laju pertumbuhan ekonomi rendah (< 7% per tahun); 2. Pengangguran & Kemiskinan; 3. Ketimpangan Ekonomi Terburuk Ke-3 Di Dunia; 4. Disparitas Pembangunan Antar Wilayah; 5. Fragmentasi Sosial-Politik Yang Mengancam Persatuan Dan Kesatuan Bangsa;

Selanjutnya, 6. Deindustrialisasi; 7. Kedaulatan Pangan, Farmasi, Dan Energi Rendah; 8. Inovasi, Daya Saing & IPM Rendah; 9. Kerusakan Lingkungan & SDA; 10. Volatilitas & Disrupsi Global (Perubahan Iklim, China Vs AS, Rusia Vs Ukraina, Industry 4.0,  Pandemi Covid-19), Ancaman Hankam & Kedaulatan.
Perhitungan angka kemiskinan atas dasar garis kemiskinan versi BPS    (2019), yakni pengeluaran Rp 420.000/orang/bulan. Garis kemiskinan = Jumlah uang yang cukup untuk seorang memenuhi 5 kebutuhan dasarnya dalam sebulan.
 

Menurut garis kemiskinan Bank Dunia (2 dolar AS/orang/hari atau 60 dolar AS (Rp 840.000)/orang/bulan), jumlah orang miskin pada 2019 sebesar 100 juta jiwa (37% total penduduk).

Yang memprihatinkan Indonesia menduduki peringkat ke-3 sebagai negara dengan tingkat kesenjangan ekonomi tertinggi (terburuk) di dunia. Menurut laporan Credit Suisse’s Global Wealth Report 2019, 1 persen orang terkaya sama dengan 45 persen kekayaan Negara , sementara 10% orang terkaya menguasai 74,1%.

“Ketimpangan sosial ini, akan berdampak buruk terhadap kohesifitas sosial, stabilitas politik, dan akhirnya mengguncang iklim investasi dalam negeri,” kata Duta Besar Kehormatan Kepulauan Jeju dan Kota Metropolitan Busan, Korea Selatan itu.

Menurut Oxfam, kekayaan 4 orang terkaya (US$ 25 M = Rp 335 T) sama dengan total kekayaan 100 juta orang termiskin (40% penduduk) Indonesia.
 

Sementara itu, 10% orang terkaya Indonesia menambah tingkat konsumsi mereka sebesar 6% per tahun. Sayangntlya, 40% rakyat termiskin, tingkat konsumsinya hanya tumbuh 1,6% per tahun. Bank Dunia mengungkapkan, total konsumsi dari 10% penduduk terkaya setara dengan total konsumsi dari 54% penduduk termiskin.

Selain itu, KPA memyebutkan, sekitar 0,2% penduduk terkaya Indonesia menguasai 66% total luas lahan nasional. “Sekarang, menurut Institute for Global Justice, 175 juta ha (93% luas daratan Indonesia) dikuasai oleh para konglomerat (korporasi) nasional dan asing,” tuturnya.

Yang sangat mencemaskan adalah bahwa 30% anak-anak kita mengalami stunting, 17,7% bergizi buruk, dan 10,2% berbadan kurus akibat kurang makanan bergizi (Kemenkes dan BKKBN, 2022).

"Apabila masalah krusial ini tidak segera diatasi, maka generasi penerus kita akan menjadi generasi yang lemah fisiknya dan rendah kecerdasannya (a lost generation)," ujar Ketua Dewan Pakar Ikhwanul Mubalighin itu.

Padahal, kata Prof..Rokhmib Dahuri, perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia (human basic needs) yang dijamin dalam Pasal 28, Ayat-h UUD 1945.
Indeks Pembangunan Manusia Hingga 2019, Indonesia berada diurutan ke-107 dari 189 negara, atau peringkat ke-6 di ASEAN. Total potensi ekonomi sebelas sektor Kelautan Indonesia: US$ 1,4 triliun/tahun atau 7 kali lipat APBN 2021 (Rp 2.750 triliun = US$ 196 miliar) atau 1,2 PDB Nasional 2020.



Penyebab Ketertinggalan Indonesia

Penyebab ketertinggalan Indonesia secara internal, kata Prof. Rokhmin Dahuri, antara lain:

1. Belum ada “Road Map Pembangunan Nasional yang Komprehensif, Tepat, dan Benar” yang dilaksanakan secara berkesinambungan; 2. Kualitas SDM (knowledge, skills, expertise, etos kerja, nasionalisme, dan akhlak) relatif rendah;

Lalu, 3. Sistem politik demokrasi liberal (Kapitalisme) yang sarat dengan politik uang dan kemunafikan, lemahnya dan ketidakadilan penegakkan hukum , dan KKN massif; 4. Belum ada pemimpin yang capable, negarawan, IMTAQ kokoh, dan ikhlas membangun bangsa.

Sedangkan secara eksternal yaitu: 1. Keserakahan bangsa-bangsa maju dan kapitalisme cenderung menjajah secara politik-ekonomi negara berkembang; 2. Disrupsi akibat kemajuan IPTEK yang sangat pesat, Pandemi, dan konflik geopolitik ; dan 3. Pertarungan ideology.

Selain itu, sambungnya, Nasionalisme rendah di kalangan pengusaha: (1) berubah dari industriawan menjadi importir, (2) nyimpan uang > 80% di LN, (3) gaji karyawan rendah, dan (4) R & D serta daya saing rendah (‘jago kandang’).

"Keserakahan bangsa-bangsa maju dan kapitalisme cenderung menjajah secara politik-ekonomi negara berkembang Disrupsi akibat kemajuan IPTEK yang sangat pesat dan Pandemi Pertarungan ideologi," sebutnya.

Selain itu, Nasionalisme rendah di kalangan pengusaha: (1) berubah dari industriawan menjadi importir, (2) nyimpan uang > 80% di LN, (3) gaji karyawan rendah, dan (4) R & D serta daya saing rendah (‘jago kandang’).
 

Sayangnya, hampir semua indikator yang terkait dengan dengan kapasitas IPTEK, Riset, Inovasi, dan Kualitas SDM kita bangsa Indonesia, itu masih rendah (tertinggal).
 

Prof Rokhmin Dahuri menyebutkan, jumlah wirausahawan Indonesia terendah di Asia Tenggara. Singapura angkanya 8 persen, artinya jumlah wirausahawan di negara tersebut mencapai 8 persen dari jumlah penduduk. Disusul Malaysia 5 persen, Thailand 4 persen, dan Indoesia 3,1 persen.

“Global Entrepreneurship Index, hingga 2019, Indonesia berada di urutan ke-75  dari 137 negara  atau peringkat ke-6  di ASEAN,” ungkap ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia itu
 

Implikasi dari rendahnya kualitas SDM, Kapasitas Riset, Kreativitas, Inovasi, dan Entrepreneurship adalah: Proporsi ekspor produk manufaktur berteknologi dan bernilai tambah tinggi hanya 8,1%; selebihnya (91,9%) berupa komoditas (bahan mentah) atau SDA yang belum diolah. 


Sementara, Singapura mencapai 90%, Malaysia 52%, Vietnam 40%, dan Thailand 24%. (UNCTAD dan UNDP, 2021).
 

Karakter dan Kepribadian Pemimpin Islami 
 

Prof. Rokhmin Dahuri mengingatkan, Karakter Pemimpin yang sukses harus seperti Rasulullah Muhammad saw. "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." QS. Al-Ahzab (33) Ayat-21:

Pujian atas kemuliaan pribadi (akhlak) Rasulullah saw telah ditegaskan oleh Allah SWT dalam QS. Al-Insyirah [94]: 4. Artinya : “Kami telah meninggikan bagimu sebutan (nama) mu”.

Sayyid Quthb menafsirkan Firman Allah diatas: “meninggikan nama Rasulullah saw di alam yang tinggi, di muka bumi, di alam semesta, dan di setiap kali bibir manusia mengucapkan kalimat ‘La ilaha illallah, Muhammad Rasulullah’. 

Di atas itu tidak ada lagi kedudukan setinggi itu. Ini adalah kedudukan yang hanya diberikan oleh Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad saw.” (FiZhilal al-Qur’an, 688/6).

Berikutnya, Prof. Rokhmin Dahuri menerangkan karakter Rasulullah saw sebagai pemimpin, antara lain: IMTAQ kepada Allah SWT, Jujur (Shidiq), Dapat dipercaya (Amanah), Kompeten, cerdas, dan visioner (Fathonah), Mampu menyampaikan dengan hikmah (Tabligh), dan Sabar.

Meskipun kaya raya, hidup sederhana  harta dan ilmu nya untuk kemaslahatan umat manusia dan alam semesta, menyayangi Umat (rakyat) nya lebih dari mencintai diri, keluarga, apalagi kelompoknya. Pertama, Berdasarkan pada Al-Qur’an, Hadits, dan Ijma para Ulama Husnul Khatimah (Syariah Islam), serta Pancasila, ia menyusun dan melaksanakan konsep pembangunan seutuhnya: (1) Ekonomi, (2) Sosbud (SDM), (3) Lingkungan Hidup, dan (4) POLHUKAM (lihat Diagram dibawah ini).

Supaya Negara menjadi “Baldatun Toyyibatun Warrobun Ghofur” (Maju, Adil-Makmur, Berdaulat, dan Diberkahi Allah) dengan 11 IKU (Indikator Kinerja Utama = Key Performance Indicators).

Kedua, Melindungi warga negara non-muslim dzimi dari ketidak-adilan dan kedzaliman.

Transformasi Struktural Ekonomi (TSE) adalah proses peralihan kehidupan suatu bangsa, dari karakter masyarakat berbasis ekonomi tradisional menuju ke karakter masyarakat berbasis ekonomi modern (Jhingan, 2002).
 

TSE merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi, dari dominasi sektor primer ke dominasi sektor sekunder (> 50% PDB, serapan NAKER > 40%) dan sektor tersier (30% PDB, NAKER 30%) secara proporsional (UNDP, 2008).

TSE sebagai suatu proses perubahan struktur ekonomi, dari sektor tradisional dengan produktivitas, daya saing, dan sustainability yang rendah ke struktur ekonomi dengan produktivitas, daya saing tinggi, dan sustainability yang tinggi (Szirmai et al., 2012).

Ciri ekonomi modern: (1) ukuran unit usaha memenuhi economy of scale, (2) menerapkan ISCMS (Integrated Supply Chain Management System), (3) menggunakan teknologi mutakhir pada setiap mata rantai the Supply Chain System, dan

(4) mengikuti prinsip-prinsip Sustainable Development (RTRW, Optimal and Sustainable Utilization of Natural Resources, Zero Waste and Emission, Biodiversity Conservation, dan Design & Construction with Nature) (Dahuri, 2015).

Dari dominasi eksploitasi SDA dan ekspor komoditas (sektor primer) dan buruh murah, ke dominasi sektor manufaktur (sektor sekunder) dan sektor jasa (sektor tersier) yang produktif, berdaya saing, inklusif, mensejahterakan, dan berkelanjutan (sustainable).

Modernisasi sektor primer (kelautan dan perikanan, pertanian, kehutanan, dan ESDM) secara produktif, efisien, berdaya saing, inklusif, ramah lingkungan dan berkelanjutan. 

Revitalisasi industri manufakturing yang unggul sejak masa Orba: (1) Mamin, (2) TPT (Tekstil dan Produk Tekstil), (3) Elektronik, (4) Otomotif, (5) Pariwisata, dan lainnya.

Pengembangan industri manufakturing baru: EBT, Semikonduktor, Chips, Baterai Nikel, Bioteknologi, Nanoteknologi, Kemaritiman, Ekonomi Kreatif, dan lainnya.

Percepatan pembangunan ekonomi, industri, infrastruktur, dan SDM di luar Jawa dan wilayah perdesaan supaya disparitas pembangunan antar wilayah yang sangat ‘njomplang’ dapat direduksi secara proporsional. From Java centric to Indonesia centric.

Semua pembangunan ekonomi (butir-1 s/d 4) mesti berbasis pada Pancasila/Islam (pengganti Kapitalisme), Ekonomi Hijau (Green Economy), dan Ekonomi Digital (Industry 4.0).


Ketiga, Melindungi Islam dan Umat Islam dari setiap gangguan dan ancaman, baik yang datang dari internal negara maupun dari bangsa asing.

Rasulullah saw sebagai Kepala Negara memerangi dan mengusir Yahudi Bani Qainuqa, karena mereka melecehkan kehormatan seorang muslimah dan membunuh seorang pedagang muslim.

"Beliau juga mengusir Yahudi Bani Quraizhah, karena mereka bersekongkol dengan kaum musyrik Quraisy menyerang kaum Muslim. Keduanya melanggar perjanjian damai bersama," ungkapnya.

Keempat, Menjalin hubungan luar negeri (internasional).

Sejak masa Rasulullah saw, Khulafah Rasyidin, Khilafah Umayah, Khilafah Abasyiah sampai Khilafah Utsmaniyah; pemerintahan Islam menjalankan hubungan dengan negara-negara lain di dunia, baik untuk misi dakwah menyebarkan Islam maupun kerjasama di berbagai bidang kehidupan.

Rasulullah saw mengutus Abu Sufyan dengan membawa surat beliau kepada Heraklius, Kaisar Romawi; Abdullah bin Hudzafah As-Sahmi kepada Kaisar Kisra, Persia; Amr bin Umayyah kepada Raja Najasyi, Habasyah; para kaisar, raja, dan pembesar itu masuk Islam secara damai. Bukan untuk menjajah, seperti negara-negara Barat terhadap negara-negara di Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Australia.

Selanjutnya, Prof. Rokhmjn Dahuri menyatakan  yang harus Umat Islam lakukan, yakni:

1. Melaksanakan Islam secara kaffah (keseluruhan) dan ‘itibba (menurut cara-cara Rasulullah Muhammad saw, para  Sahabat Nabi saw, dan Ulama yang benar).

2. Senantiasa meningkatkan IMTAQ kepada Allah SWT.

3. Menjadi muslim dan muslimah dengan IMTAQ yang kokoh dan akhlak mulia.
4. Menuntut, Menguasai, dan Mengamalkan IPTEK.
5. Perkuat dan kembangkan Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathoniah, dan Ukhuwah Basariyah.
6. Dakwah bil Hikmah seperti Rasulullah saw
7. Waspada dengan istijraj.

“ Istijraj” adalah suatu keadaan seorang yang tidak beriman kepada Allah dan kelakuannya maksiat bahkan melawan Allah, tetapi kehidupan dunianya nampak sukses: jabatan tinggi, harta melimpah, keturunan banyak, popularitas menjulang tinggi, dan kesenangan duniawi lainnya.

Godaan setan: hal-hal yang dilarang Allah seolah indah dan benar, sebaliknya yang perintah Allah seakan buruk, beban, dan memberatkan.

"Dunia itu fana dan sandiwara belaka.  Sedangkan, akhirat itu kekal, kehidupan sejati, surga bagi muslim yang beriman dan takwa, dan neraka bagi orang kafir, munafik serta pendosa yang belum sempat bertobat," ucapnya.

Komentar