Jumat, 19 April 2024 | 22:44
NEWS

Kader PDIP Jabar Tersinggung dengan Arteria Dahlan, Pamit ke Megawati Sebagai Anggota

Kader PDIP Jabar Tersinggung dengan Arteria Dahlan, Pamit ke Megawati Sebagai Anggota
Kartu Anggota Sachrial, Kader PDIP

ASKARA - Seorang anggota PDI Perjuangan memilih mundur lantaran merasa tersinggung dengan pernyataan Anggota DPR RI, Arteria Dahlan yang meminta Jaksa Agung memecat seorang kajati yang berbahasa Sunda saat rapat. 

"Saya Sachrial Kader PDI Perjuangan, 32.04.28.005120671.1460. (no anggota,red), dengan ini secara bulat mundur sebagai Kader PDI Perjuangan," ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (21/1). 

Sachrial mengaku pernah menjadi calon anggota legislatif di Jawa Barat 2 kali dan aktif di Satgas Cakra Buana. Selain itu, Sachrial mengaku pernah menjadi tenaga ahli 2 anggota DPRD Jawa Barat. 

Dia juga mengaku pemegang Sertifikat TOT Saksi Kelas Nasional, Sekjen Bamusi dan aktif dalam pemenangan pilkada hingga pilpres di Jawa Barat, serta menjadi Ketua Komando Revolusi Mental (KOREM).

"Pernyataan seorang Arteria Dahlan sungguh menampar paradigma partai yang menjungjung tinggi pada 4 Pilar Kebangsaan yang digagas secara gigih oleh Alm Taufik Kiemas yang juga sebagai tokoh Partai PDI Perjuangan," ucapnya.

"Arteria Dahlan tentu sangat paham betapa besar anggaran 4 Pilar. Bila tak paham saya sebutkan angka sosialisasi 4 Pilar sebesar lebih dari Rp600 miliar. Di dalamnya berbicara Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Kebhinekaan. Seakan angka miliar itu tak ada gunanya bagi anggota dewan yang terhormat. Tak berbekas sosialisasi 4 pilar," lanjutnya.

Dikatakan Sachrial, anggaran besar untuk sosialisasi 4 pilar itu tak membuat otak dan mulut menjadi bijak dan santun. 

"Atau karena angka uang bernilai miliar dan nopol kendaraan yang sama. Hingga menjadi dirinya tak menghormati bahasa ibu," cetusnya.

Menurut Sachrial, warga Jawa Barat tak mengenal siapa kajati dan tak ambil pusing. 

"Tapi, saat ada pejabat menggunakan bahasa ibu apakah menjadi kehinaan, kejahatan (meminjam istilah Mantan Ketua PDI Perjuangan TB.Hasanudin). Apa iya, kajati yang menggunakan bahasa ibu lantas harus dipecat, apa kajati melakukan extra ordinary." 

"Toh, apa kewenangan Ateria meminta dipecat. Kan dia pasti sudah tahu apa saja kewenangan sebagai anggota dewan. Pengawasan pada pemerintahan memang wewenangnya tapi alasan pemecatan harus jelas. Jangan sampai seperti Naga Bonar yang bisa memecat dan mengangkat begitu saja. Ini sungguh memalukan," tegasnya.

Sachrial berpandangan, PDI Perjuangan telah gagal memilih kader yang pas dan sejalan menurut apa yang dikata Soekarno satunya kata dengan perbuatan. Hingga akhirnya partai harus menerima beban berat apa yang telah dikatakan oleh sang Naga Bonar.

"Ateria Dahlan telah menyulut permusuhan. Dimana kita tahu siapa saja yang mempertentang SARA ada hukumannya. Maka salah juga bila warga Jawa Barat menyuruh Ateria meminta maaf atas segala perbuatannya. Biarkan hukum yang menindak atau tak ada tindakanpun cukuplah sangsi sosial Jawa Barat menjadi tanah haram untuk diinjak Ateria," kata Sachrial.

Bahasa Sunda, kata Sachrial, telah dihina. Dia juga menyamakan, ketika Ibunda Arteria Dahlan dihina di bandara.

"Karena bahasa ibu itu sama dengan ibu. Bahasa komunikasi batin saat lahir, menjelaskan individu itu dari mana asalnya. Bahasa ibu adalah identitas terjadinya NKRI. Berdasar badan bahasa Kemendikbud bahasa ibu ada pada angka 652. Bahasa Ibu Sunda salah satu dari 10 bahasa yang banyak digunakan. Perlu juga diketahui bahasa ibupun diperingati setiap tanggal 21 Februari," jelasnya.

Sachrial mengaku, tersiksa batin dengan Ateria Dahlan. Dia bahkan menyebut, otak dan mulut Arteria bertuah perpecahan dan telah merusak partai yang memperoleh suara di Jabar lebih 3,5 juta dan membuat warga Jawa Barat gaduh. 

"Ingat jangan minta maaf pada Ateria Dahlan. Biar saja saya yang keluar dari partai ini yang katanya menjunjung tinggi 4 Pilar. Maka dengan ini, saya meminta pada Ibu Megawati ajarkan anak-anak ibu ber 4 pilar dengan jujur dan adil," ujarnya.

"Saya Pamit Bu, Saya tetap hormat pada Ibu. Hati-hati bu, jangan sampai anak-anak ibu pada nakal hingga akhirnya merusak cita-cita Indonesia," pungkasnya.

Komentar