Kamis, 25 April 2024 | 18:55
COMMUNITY

Teladan Ibnu Sina Dan Diamnya Anies Baswedan

Teladan Ibnu Sina Dan Diamnya Anies Baswedan
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan

ASKARA -  Sambil mencari hikmahnya, Anies Baswedan bercerita tentang perlunya diam disaat menghadapi orang-orang yang bodoh. “Sebelum memulai cerita, seperti biasanya, beliau menyeruput kopi susu kesukaannya. Lalu pak Anies Baswedan bertanya, tahukah kalian siapa Ibnu Sina?” tulis Khaeruddin Safri, juru foto Anies Baswedan lewat akun Facebook nya, Jumat (24/9)

Dalam tulisan awalnya, Safri mengaku dia menemukan tulisan Gubernur DKI Jakarta di timeline medsos lagi. “Saya jd berminat untuk ikut meng copy paste cerita hikmah ini, saya pun tak tahu sumber aslinya siapa penuturnya, terima kasih atas hikmah tertulisnya,” tuturnya.

“Sekalian menuangkan dokumen poto bulan lalu ini, diruang yang penuh buku-buku pemikiran pun sejarah,” sambungnya.

Adalah tahun 980 sampai 1037 ada seorang mumpuni bernama Ibnu Sina. Seorang filsuf, penulis, ahli obat dan pengobatan, juga ilmuwan yang cukup handal. Adapun karyanya yang tersohor adalah al-Qanun fi at-Tibb tentang ilmu obat dan pengobatan.

Suatu hari Ibnu Sina melakukan perjalanan dengan kuda kesayangannya. Pada suatu tempat yang dianggap nyaman, ia berhenti beristirahat. Kuda diikat ditempat yang sedikit teduh. Diberi makan jerami dan dicampur rumput pilihan. Ibnu Sina tahu binatang itu tidak boleh dimusuhi bahkan disiksa. Harus disayang karena membantu manusia.

Ibnu Sina duduk ditempat lebih teduh tak jauh dari kuda, sambil menikmati bekal yang dibawanya.

Tiba-tiba datang seseorang menunggang keledai. Ia turun dan mengikat keledai berdekatan dengan kuda milik Ibnu Sina. Dengan maksud supaya keledainya bisa memakan jerami dan rumput pilihan. Dan orang tersebut pun duduk dengan Ibnu Sina berada.

Ketika ia duduk dan ikut makan, Ibnu Sina mengingatkan, "Keledaimu jauhkan dari Kudaku supaya tidak dislentak/ditendang." Orang yang diajak bicara itu tersenyum sambil menoleh ke kuda dan keledai.

Namun plak. Si keledai ditendang kuda hingga terluka cidera.

Pemilik keledai marah-marah kepada Ibnu Sina dan meminta tanggung jawabnya. Ibnu Sina diam saja. Sampai kemudian si pemilik keledai mendatangi hakim dan meminta agar Ibnu Sina membayar atas luka cidera keledainya.

Saat ditanya oleh hakim pun Ibnu Sina terdiam.

Hakim kemudian berkata kepada orang yang mengadu, "Apakah ia bisu.....?" Orang itu menjawab, "Tidak, tadi dia bicara padaku." Hakim bertanya lagi, "Apa yang ia katakan.....?" Orang itu kembali menjawab, "Jangan dekatkan Keledaimu nanti ditendang Kudaku." Setelah mendengar jawaban itu, sang Hakim tersenyum dan berkata kepada Ibnu Sina, "Anda ternyata pintar. Cukup diam dan kebenaran terungkap."

Sambil tersenyum Ibnu Sina berkata kepada Hakim, "Tidak ada cara lain untuk menghadapi orang bodoh adalah dengan diam." Dan kebenaran akan menunjukkan jalannya sendiri.

“Itulah kenapa sebabnya kenapa saya memilih diam.,” kata Anies Baswedan.

Komentar