Jumat, 26 April 2024 | 08:01
JAYA SUPRANA

Kreatifitas Wayang Purwa

Kreatifitas Wayang Purwa
Wayang Purwa (Dok Jaya Suprana)
Sebelum wayang orang lelakon Banjaran Gatotkaca ditampilkan di atas panggung utama Sydney Opera House dimulai, saya memberikan penjelasan kepada para penonton mancanegara bahwa kisah Wayang Purwa berakar pada Mahabharata. 
 
Seusai pergelaran, seorang dari ribuan penonton ragawi terkesan keturunan India protes terhadap saya sebab di dalam kisah Mahabharata tidak ada tokoh punakawan yang terdiri dari Semar, Petruk, Gareng, Bagong.
 
Punakawan
 
Saya membenarkan protes warga India tersebut sebab Wayang Purwa memang tidak mentah-mentah menelan Mahabharata namun kreatif mengembangkannya menjadi versi Nusantara sendiri. Maka di Mahabharata memang tidak ada Punakawan. 
 
India tidak punya Mpu Kanwa maka tidak punya tokoh antagonis bernama Niwatakawaca yang dibunuh oleh Arjuna di ujung akhir kisah Arjuna Wiwaha.  
 
Di dalam serial kisah Wayang Purwa tampil tokoh Arjuna Sasrabahu serta Sumantri dan Sukrasana yang sengaja dihadirkan demi menjembatani Ramayana dengan Mahabharata sehingga antara lain Hanuman dikaitkan dengan Bima sebagai sesama titisan Batara Bayu yang samasama memiliki kuku Pancanaka. 
 
Di Mahabharata Drupadi merupakan istri Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa sementara di Wayang Purwa , Drupadi bersuami cukup hanya Yudistira seorang diri saja demi tidak membakar amarah para istri fundamentalis monogamis. 
 
Di Mahabharata, Srikandi hermafrodit agar bisa membunuh Bisma Dewabrata yang dilindungi para dewa sehingga tidak bisa dibunuh oleh lelaki mau pun perempuan. 
 
Di Wayang Purwa, Srikandi perempuan murni cantik sejati maka juga diperistri oleh Arjuna yang memang hiperpoligamis alias womanizer tak kenal batas maksimal. 
 
Di Wayang Purwa, Gatotkaca kesatria berkumis malang-melintang seperti lazimnya Jendral Polisi gagah perkasa sakti mandraguna bisa terbang sementara di Mahabharata, Gatotkaca raksasa gundul tanpa bulu yang tidak bisa terbang. 
 
Di Mahabharata, Bima beristri Hadimbi di samping Drupadi sebagai istri kolektif Pandawa Lima. Sementara di Wayang Purwa Wekudara idak kalah bergaya playboy ketimbang Arjuna maka istrinya buanyuak sebuanyuak kehendak sang dalang. 
 
Bharatayuda
 
Menarik bahwa di dalam Bharatayuda versi Wayang Purwa, para Punakawan tidak ikut bertempur. Secara andaikatamologis andaikata para Punakawan yang notabene merupakan para titisan dewa sakti mandraguna ikut bertempur maka dikhawatirkan tidak ada manusia mampu melawan para titisan dewa sehingga kisah Wayang Purwa malah menjadi kurang seru akibat Bharatayudha tidak pernah terjadi akibat Kurawa ketakutan melawan para Punakawan. 
 
Unsur andaikatamologis pada Punakawan tidak ikut bertermpur di Bharatayuda merupakan bukti penegasan bahwa bangsa Indonesia memang kreatif sedemikian kreatif namun juga mampu tetap jihad al nafs mengendalikan diri dalam mengumbar kreatifitas agar jangan terlalu merusak tata-pakem akar budaya yang dikembangkan. 
 
 

Komentar