Sabtu, 20 April 2024 | 06:49
NEWS

Indonesia Butuh Payung Besar Undang Undang Keamanan Nasional

Indonesia Butuh Payung Besar Undang Undang Keamanan Nasional
Diskusi Strategi Institute (Dok Istimewa) 2

ASKARA - Seri Diskusi Kebangsaan SI ke-I dengan tema “Pancasila dalam Tindakan: Membangun Ekosistem Keamanan Nasional Mewujudkan Indonesia Tangguh,” digelar Strategi Institute, Rabu (30/6). 

Acara yang digelar secara hybrid ini dihadiri para narasumber yakni, mantan Kabareskrim Polri, Komjen (Pur) Nurfaizi Suwandi; Guru Besar Universitas Padjadjaran, Profesor Muradi; Sekretaris Dewan Nasional Setara Institute dan Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Antonius Benny Susetyo; pengamat politik Bony Hargens dan Deputi Bidang Pengkajian dan Materi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, FX Adji Samekto yang hadir secara Daring. 

Direktur Strategi Institute, Ronald Loblobly menyatakan, merayakan Bulan Pancasila (Bulan Juni, red) dan menyambut Hari Bhayangkara pada 1 Juli pihaknya memandang perlu digelar diskusi tersebut untuk menemukan solusi dan menciptakan sistem keamanan yang tangguh di Indonesia yang didasari oleh Pancasila. 

Sementara, Komjen (Purn) Nurfaizi Suwandi mengatakan, Pancasila merupakan jawaban atas banyak masalah, aset terbaik serta kebanggaan bangsa Indonesia. 

"Hal ini terbukti dengan pernyataan dari beberapa pemimpin negara-negara Arab yang menyatakan bahwa konsep Pancasila sebagai peredam gesekan. Karena perbedaan multi dimensi di Indonesia dianggap efektif," ungkap mantan Dubes RI untuk Mesir itu. 

Negara-negara di Arab, kata Nurfaizi, mengalami perbedaan yang sedikit namun gagal meredam konflik dengan damai.

Namun demikian, kata Nurfaizi, kehebatan konsep ideologi Indonesia tersebut belum diikuti dengan sistem informasi yang mumpuni dan terintegrasi. Untuk itu, pihak yang berkepentingan harus dapat bersinergi dan bergerak bersama untuk mewujudkan sebuah konsep "Great Wall of Information Technology". 

Konsep ini diharapkan dapat menjaga Indonesia serta membendung serangan yang terkait teknologi informasi seperti pencurian data rahasia, baik milik negara maupun milik masyarakat secara individu. 

"Sinergi teknologi informasi yang dijiwai oleh semangat gotong royong Pancasila ini diharapkan dapat menjaga Indonesia dari gangguan baik dalam maupun luar  Negeri," ujarnya.

Menurut Nurfaizi, sinergi sekaligus sosialisasi Ideologi Pancasila harus selalu dilakukan walaupun dalam keadaan pandemi. 

"Hal ini dilakukan karena Pancasila merupakan jati diri bangsa dan satu-satunya yang dapat menyatukan bangsa Indonesia adalah Pancasila,” tandasnya.

Sedangkan, Prof Muradi mengatakan sistem integritas keamanan nasional yang Indonesia miliki belum sempurna, ada hal yang perlu diperjelas dan dipertegas mekanismenya seperti seperti perlindungan terhadap data base kependudukan warga negara Indonesia, serta sanksi terhadap pelaku serta mereka yang memperjual belikan data tersebut. 

"Masalah ini dan masalah krusial lain seperti pencurian rahasia negara perlu dilindungi dalam satu payung besar Undang-undang Keamanan Nasional," tegasnya.

Para aktor penjaga keamanan, kata Muradi, harus aktif  membuat ekosistem yang terintegrasi demi menjaga keamanan nasional. 

"3 pihak dan aktor tersebut yaitu intelejen, polisi dan militer harus dapat memperjelas sinergi dan tata kelola serta menjaga sarana dan prasarana. Jika ketiga komponen keamanan tersebut sudah bersinergi niscaya kita hanya tinggal merasakan manfaat dari ekosistem tersebut," kata Muradi.

Komentar