Jumat, 26 April 2024 | 06:47
JAYA SUPRANA

Hidup Sehari Hanya Untuk Reproduksi

Hidup Sehari Hanya Untuk Reproduksi
Lalat Sehari (Dok Net-Jaya Suprana)

Para ilmuwan senirupa sengit berdebat mengenai apa sebenarnya satwa serangga kecil mungil yang berada di sudut bawah kanan mahakarya <i>engraving</i> yang digarap pada sekitar tahun 1495 oleh Albrecht Duerer. 

Ada yang bilang bahwa serangga mungil itu adalah capung alias <i>odonata</i> namun ada pula yang menegaskannya sebagai kupu-kupu (lepidoptera) sebagai lambang <i>resureksi</i> serta pengampunan dosa pada sosok bayi Jesus yang dipangku Bunda Maria. 

Di samping ada yang meyakininya sebagai belalang (acrididae) atau belalang sembah (mantodea). Berdasar fakta sosok tubuh memanjang, saya menganggap sosok serangga mungil yang ditampilkan Duerer itu adalah <i>Mayfly</i> yang lazim mewabah pada sekitar bulan Mei di kawasan empat musim.

Purba

Para entomologis menyatakan bahwa Mayfly sudah eksis jauh sebelum kaum dinosarus berkeliaran di planet bumi. Mayfly merupakan jenis serangga purba yang mampu terbang dengan tubuh yang panjang dan rentangan sayap tunggal tidak berlipat. 

Akibat tidak memiliki organ pencernaan, Mayfly dalam bentuk imago alias dewasa praktis tidak makan makanan apa pun maka memiliki daur-usia sangat singkat sekitar hanya beberapa jam saja untuk menunaikan utama utama dan satu-satunya yaitu berkembang biak. 

Setelah membuahi sang betina, langsung sang jantan meninggalkan dunia fana dengan terkapar di permukaan air untuk secara leluasa dilahap oleh para predator mulai dari ikan, udang sampai burung yang sangat menggemari Mayfly sebagai santapan penuh nutrisi.  

Saya tidak tahu apakah manusia makan Mayfly namun banyak nelayan menggunakan Mayfly sebagai umpan pancing demi memancing ikan. Bahkan para pemancing kreatif membuat Mayfly palsu sebagai umpan sebab bentuk Mayfly memang sangat menarik perhatian para satwa air. 

Entomologis

Mahaguru Entomologi saya merangkap mahaguru Ekologi-Evolusi Departemen Proteksi Tanaman IPB, Prof. DR. Damayanti Buchori menegaskan bahwa Mayfly juga ditemukan di Indonesia dan disebut lalat sehari meski secara taksonomi sebetulnya bukan lalat namun memang serangga dewasa yang hidupnya cuma 1 hari dan sekian lama hidup sebagai larva serta muncul dewasa hanya untuk kawin/mating lalu bertelur dan mati. 

Maka mulut Mayfly dewasa juga secara evolusioner sangat tereduksi karena tidak perlu makan. Serangga unik ini dapat didayagunakan sebagai indikator alami bagi kebersihan air karena hanya bisa hidup di air jernih dan bersih

Misteri Kehidupan

Kehidupan Mayfly yang memang unik sempat menarik perhatian Aristoteles dan Plinus Senior. 

Seperti kupu-kupu, Mayfly mengalami masa proses metamoforsa mulai dari telur ke larva yang hidup di sebagai satwa akuatik lalu menjadi subimago sebelum terbang meninggalkan air sebagai imago selama maksimal sehari untuk berkembang-baik sebelum meninggalkan dunia fana. 

Proses metamorfosa ajaib Mayfly menyebabkan masyarakat Abad Pertengahan menganggap Mayfly sebagai mahluk lambang resureksi alias kebangkitan kembali dari ajal. Pelambangan yang dapat disimak pada bagian sudut kanan bawah   satu di antara beberapa <i>engraving Die Heilige Familie</i> mahakarya Albrecht Duerer. 

Kehadiran Mayfly di planet bumi selama hanya sehari hanya untuk menunaikan tugas reproduksi merupakan fenomena keanekaragaman hayati marcapada yang layak direnungkan oleh manusia yang mau dan mampu merenungkan misteri kehidupan. 

Komentar