Rabu, 24 April 2024 | 08:53
OPINI

Cinta Tak Mengenal Kasta

Cinta Tak Mengenal Kasta
(Ist)

Cinta, cinta dan cinta tak akan lekang untuk dibicarakan sepanjang masa dari abad apapun. Cinta bisa bikin bahagia juga menderita, dari zaman batu juga begitu. 

Cinta akan benar-benar bahagia bila tanpa harap balasan, tanpa pamrih terselubung di belakang. Bisakah dilakukan?

Nyatanya tidak semudah yang dikatakan bahwa "Tidak masalah tidak bisa memilikimu asalkan engkau bahagia." Itu yang biasa kita dengar dari sepasang laki-laki dan perempuan yang tidak direstui atau karena cinta bertepuk sebelah tangan. 

Sakit sekecil apapun akan tersisa menyayat hati, begitu mudahnya hati ini terluka. Sayat-sayat tipis tergores begitu saja layaknya dalam perjalanan di hutan belantara saat berjalan di antara ilalang. Bila tidak melakukan persiapan dengan menggunakan baju lengan panjang maka kulit tangan atau kaki akan mudah tergores baret-baret meninggalkan pedih setelahnya. Semudah itu juga hati kita terluka.

Hanya bagi orang-orang dengan tingkatan tertentu akan bisa memberikan cinta tanpa mengharap balasan tapi sangat jarang. Bisa jadi hanya satu orang dari sejuta bahkan mungkin di antara puluhan juta lainnya. Tapi benarkah ada?. Dalam hati siapa yang tahu kecuali dirinya sendiri, mungkin juga tidak ada seorang pun.

Sangat manusiawi, dan inilah memang hidup manusia. Mudah terombang ambing keraguan karena perasaan dan pikiran yang melekat padanya. Ada nafsu, ada rasa, ada cipta dan karsa. Dan semua orang memilikinya tanpa terkecuali baik dari ras, suku, bangsa  maupun agama apapun, dari yang tubuhnya normal sampai yang menyandang cacat sekalipun. Cinta tidak kenal kasta, tak peduli siapa kamu.

Yang membedakan dari tingkah laku tiap orang adalah bagaimana orang menyikapi apa yang dihadapi. Seberapa besar kontrol emosinya, sudut pandang mana yang dia gunakan untuk bisa menjaga hati dan rasa cintanya.

Cinta itu memang indah, membahagiakan, membuat bersemangat, membuat orang berani berjuang penuh harapan hingga ada istilah "tai kucing pun rasa coklat," saking cintanya bisa membutakan. Bila salah maka berujung pada penderitaan, merana menyebabkan stres, bunuh diri bahkan tega membunuh siapapun. 

Segala sesuatu memang layaknya keping uang dengan dua sisi. Pada contoh sederhana sebuah pisau, di tangan orang yang tepat akan menghasilkan karya-karya indah seperti patung pahatan, kreasi makanan yang cantik dan sebagainya tapi pada tangan yang salah pisau menjadi alat menyakiti dan membunuh. 

Jangan salah mengartikan cinta juga kasih sayang. Seringkali juga kita ketahui, seorang ayah atau ibu yang selalu siap siaga membantu anak-anaknya katanya demi cinta dan kasih sayang mereka supaya anaknya tidak mengalami kesulitan dan bahagia. Tanpa sadar membuat anak tidak mandiri dan tidak tahu diri. 

Memang sulit untuk membedakan apakah itu cinta sejati atau cinta diri yang berujung pada sifat posesif dan terlalu protektif. Benangnya sangat tipis.

Tiap tindakan baik ada keburukan di belakangnya, begitu juga sebaliknya. 

Jadi, cinta mana yang kita pahami? Perlu kehati-hatian tingkat tinggi. Cinta memang berawal dari hati maka perlu sangat "hati-hati."

Komentar