Sabtu, 18 Mei 2024 | 15:33
NEWS

Varian Baru Virus Corona Tak Kenal Musim dan Geografis, Ini Penjelasan Ahlinya

Varian Baru Virus Corona Tak Kenal Musim dan Geografis, Ini Penjelasan Ahlinya
Ilustrasi virus corona (Shutterstock)

ASKARA - Kepala Lembaga Biologi Molekuler, Eijkman Amin Soebandrio mengatakan, varian baru Covid-19 yang mengganas di Inggris tidak mengenal musim dan geografis. 

"Situasi saat ini sudah menjawab. Karena terjadi di Inggris yang dingin saat ini, sekarang sudah terjadi di Australia yang panas, dan Singapura tidak berbeda dengan Indonesia," kata Amin dalam keterangannya, Jumat (25/12).

Amin pun meminta masyarakat tetap waspada dan berhati-hati, tidak panik dan terlalu khawatir. Kehadiran varian baru virus corona itu lebih meningkatkan disiplin protokol kesehatan. 

Serta harus diterjemahkan menjadi upaya dalam meningkatkan, mendeteksi, merespons, dan mencegah agar jangan sampai masuk Indonesia dengan mudah.

Amin menjelaskan, virus memang dengan mudah bisa melakukan mutasi untuk menyesuaikan diri dengan inangnya. 

Dalam mutasi itu, terdapat dua kemungkinan yakni virus tersebut menjadi lemah dan mati atau virus itu menjadi sehat dan bertahan dengan kondisi inangnya tersebut.

Sedangkan mutasi yang terjadi pada virus dan ditemukan di Inggris ini, membuat virus menjadi fit dan menyebabkan lebih cepat menulari ke orang-orang sekitarnya.

"Vaksinasi sejauh ini mutasi di protein S bukan di receptor-binding domain (RBD). Pada mutasi baru ini ada mutasi di RDB, tapi banyak beberapa poin belum sampai ubah struktur yang sifat antigennya. Jadi sejauh ini belum ganggu kinerja vaksin," jelasnya. 

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro, meminta masyarakat tidak mudah terbawa pendapat atau hipotesis bahwa orang tinggal di iklim hangat akan lebih imunnya terhadap virus corona dibandingkan wilayah beriklim dingin. 

"Virus ini gampang bermutasi. Artinya, kita harus selalu mengantisipasi mutasi ini akan selalu terjadi," beber Bambang. 

Varian baru ini bernama SARS-CoV-2 VUI 202012/01 atau B.1.1.7 dan dikenal dengan SARS-CoV-2 varian Inggris. 

Bambang mengatakan, varian baru Covid-19 ini ditemukan pertama kali pada 20 September 2020 yang diidentifikasi di Inggris Tenggara. Sejak pertama kali ditemukan, penularan virus corona menjadi lebih cepat dan masif.

"Penularan terbukti lebih cepat, tapi belum terbukti varian ini menimbulkan tingkat keparahan yang lebih," imbuhnya. 

Varian tersebut bisa ditemukan karena Inggris mempunyai genomic monitoring dan surveillance terbaik. Dugaan mutasi serupa tapi tidak identik juga ditemukan di Afrika Selatan, yaitu dengan penularan lebih cepat.

Komentar