Sabtu, 20 April 2024 | 08:56
JAYA SUPRANA

Democracy Quo Vadis

Democracy Quo Vadis
Demokrasi (Dok Jaya Suprana)

Pada masa resesi ekonomi akibat nyaris setahun dirundung pagebluk Corona diperparah gejolak sosio-politik menjelang Pilkada, berbagai pihak mengeluh bahwa demokrasi sudah tidak ada lagi di Indonesia. Namun bukan hanya di Indonesia saja, sebab ternyata di masa kini berbagai pihak di berbagai negara demokratis juga menyatakan bahwa demokrasi sudah mati atau minimal pingsan. 

Demokrasi

Misalnya di Amerika Serikat, para pendukung Trump apalagi Trump sendiri menganggap demokrasi sudah mati akibat sangat amat terlalu tidak puas atas keputusan KPU Amerika Serikat memenangkan Biden. Hungaria dan Polandia merupakan dua negara di Eropa yang sengaja atau tidak sengaja malah membunuh demokrasi di negeri masing-masing. Petahana PM India sedang sistematis berupaya menjadikan negerinya menganut sistem satu parpol yang jelas bukan ciri negara demokratis. Brasilia juga sedang asyik mengejawantahkan berbagai kebijakan dan ketidak-bijakan yang sulit dianggap sebagai demokratis. Yunani yang dianggap sebagai negara asal demokrasi kini masih sibuk mencari sistem demokrasi yang bagaimana yang paling cocok untuk negeri kelahiran Platon itu.  Warga Hongkong yang masih mendambakan demokrasi harus siap setiap saat ditangkap polisi bahkan diculik kemudian dilenyapkan oleh entah siapa. Demokrasi di Rusia, RRChina, Singapura memang tidak mati sebab demokrasi memang tidak pernah hidup di negara otokratis . 

Non-Demokratis

Sementara negara-negara monarkis yang tidak layak disebut demokratis seperti misalnya Brunei Darussalam, Oman, Uni Emirat Arab, Bahrain, justru terkesan tata-tenteram-kerta-raharja tanpa kegelisahan sosial padahal tidak berfalsafah Pancasila. Fakta membuktikan secara tak terbantahkan bahwa negara-negara non-demokratis itu justru bukan sekedar sesumbar slogan namun secara nyata mewujudkan sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab serta Keadilan Sosial Untuk Seluruh Rakyat benar-benar menjadi kenyataan. Kerajaan-kerajaan tanpa label demokrasi justru secara nyata mempersembahkan kesejahteraan kepada rakyat demi mewujudkan cita-cita terluhur suatu bangsa yaitu masyarakat adil dan makmur. Segenap fakta situasi-kondisi sosial itu membuktikan bahwa pada hakikatnya bagi rakyat sama sekali tidak penting sistem atau ideologi yang dianut oleh pemerintahnya. Yang maka utama didambakan rakyat bukan politik apalagi politik kekuasaan demi kepuasaan segelintir mereka yang disebut sebagai kaum elit. Pembangunan infra struktur tetap dijaga agar tetap bertahan pada fungsi sejatinya yaitu  sekedar alat. Bukan tujuan.

Kesejahteraan

Makna sejati demokrasi adalah dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat maka kepentingan rakyat wajib diletakkan di atas segala-galanya. Pada hakikatnya memang keliru  demokrasi yang sekedar alat sebagai tujuan. Setiap negara punya hak asasi untuk menentukan demokrasi yang tepat bagi diri sendiri. Jangan jiplak demokrasi negara lain! Yang penting maka utama didambakan rakyat adalah pemerintah yang rame ing gawe, sepi ing pamrih mempersembahkan kesejahteraan dalam bentuk lapangan kerja, pendidikan, pelayanan kesehatan serta perumahan yang terbagi secara adil dan merata kepada rakyat demi mewujudkan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab serta Keadilan Sosial Untuk Seluruh Rakyat bukan sebagai slogan mempertahankan kekuasaan namun benar-benar nyata sebagai kenyataan.

Komentar