Syarat Wajib Main di Gunung
ASKARA - Seberat-beratnya barang bawaan, sekarang sudah zamannya tersedia porter yang bisa membantu bagi seseorang yang mampu membayar.
Pernah pada suatu perjalanan pendakian Gunung Lawu di bulan Juni tahun lalu, memang saat itu ada momen acara besar yang kami ikuti dengan peserta begitu banyak. Salah satu teman memang punya masalah pada punggungnya, dokter pribadinya memberikan pesan boleh mendaki tapi tidak boleh membawa beban dan kebetulan mampu untuk menyewa tenaga seorang porter.
Kami perempuan bertiga yang selalu berjalan bersama dalam satu kelompok. Saya dan Hilda membawa barang bawaan secara mandiri, Rency hanya membawa daypack berisi air minum dan snack karena yang lain sudah dibawa porter.
Sebagai titik berkumpul untuk semua peserta sebelum summit berada di daerah Hargo Dalem. Menjelang sore pukul 17.00 kami bertiga sampai di lokasi, dingin sekali. Esok pagi baru dilakukan summit bersama peserta yang lain, ada sekitar 100 orang. Memang disediakan 1 rumah kayu untuk kami. Tapi kami memutuskan membawa satu tenda untuk bertiga. Beberapa peserta juga memutuskan hal yang sama.
Seperti kita tahu gunung Lawu memang dingin luar biasa mungkin diseputaran 5-10 derajad. Karena di basecamp Cemoro Sewu saja suhu berada pada 12-15 derajad. Saya dan Hilda mulai mengganti baju yang basah dengan keringat, serta segera menggunakan jacket. Segera memasang kompor untuk bikin sesuatu yang hangat.
Sedangkan Rency tidak bisa berbuat apa-apa karena ternyata porter belum sampai, dimana tidak tahu. Alhasil dirinya kedinginan luar biasa. Beruntung Hilda masih punya sisa baju dan raincoat. Diberikanlah itu pada Rency, untuk menahan dingin sementara waktu. Runyamnya, tenda juga kami titipkan pada porter. Kebayangkan, bagaimana tersiksanya. Rumah kayu itu juga sangat dingin, karena lantai kayu dengan banyak celah berada diatas tanah, begitu juga dengan dindingnya.
Akhirnya, yang kami tunggu muncul juga, porter baru tiba dua jam lebih setelah kami, sekitar pukul 19.30-an.
Apa yang terjadi padanya, kenapa begitu lambat?
Ternyata saat dalam perjalanan dia bertemu seorang perempuan yang kelelahan saat hari mulai gelap tanpa teman, dan dia berusaha menolongnya. Itulah kenapa datang sangat lambat, padahal dia sudah punya tanggung jawab membawa barang Rency.
Dalam kondisi seperti ini, sulit untuk mengatakan apa yang dilakukannya salah atau benar, dimana yang porter lakukan juga demi kemanusiaan yang membuat dia lupa bahwa Rency yang sudah membayarnya menjadi kedinginan.
Situasi yang sulit, selain menerima dan memakluminya. Marah juga percuma, karena tidak akan merubah apapun, hanya akan menorehkan luka pada masing-masing hati.
Dari pengalaman-pengalaman tak terduga semacam ini, kita bisa belajar untuk lebih mempersiapkan diri. Karena barang dibawakan orang lain (bisa porter ataupun teman), ada beberapa barang yang "wajib" kita bawa secara pribadi. Jangan keenakan bawa daypack tanpa perhitungan.
Sekecil apapun daypack yang kita bawa, syarat utama dan wajib haruslah berisi:
1. Air minum
2. Snack (camilan)
3. Raincoat atau Poncho
4. Jacket
5. Obat-obatan pribadi
6. Alat survival
(pisau, senter, peluit, fire starter, tali phrusik, kompas, cermin)
7. Kantong sampah
Semua ini demi berjaga-jaga untuk keselamatan diri, antisipasi atas sesuatu yang tidak pernah kita duga, namun bisa saja terjadi.
Syarat ini juga berlaku bagi pendakian yang sekarang marak yaitu tektok, tanpa camp di gunung. Jangan pernah meremehkan walau hitungan naik turun merasa kuat atau berangkat dengan banyak teman.
Tetap bekali diri dengan sebaik-baiknya, di gunung apapun bisa terjadi diluar yang kita perkirakan. Terutama bagi perempuan yang kadang atau lebih sering barang-barangnya dibawakan atau dititipkan teman-teman lelakinya.
Bisa saja tiba-tiba badai angin datang, atau kita tertinggal jauh dibelakang, atau justru kecepetan dan harus lama menunggu teman, atau yang tidak bisa diprediksikan adalah tiba-tiba kehilangan orientasi dan tersesat terpisah dari rombongan, atau terkilir dalam perjalanan, dan banyak lagi kemungkinan-kemungkinan lainnya.
Meski semua orang berharap tidak akan pernah mengalaminya, nyatanya bisa menimpa siapa saja. Paling tidak, sudah menyiapkan diri untuk hal terburuk. Sedia payung sebelum hujan, itu lebih baik daripada basah kuyub karena kurang persiapan padahal tahu itu kita butuhkan.
Semua musibah berawal dari ketidaksiapan, dan berlanjut pada kepanikan. Maka jangan pernah meremehkan hal sekecil apapun. Apalagi mainnya di gunung.
Bekali diri dengan syarat bawaan wajib itu, dan tambahkan dengan pengetahuan untuk bertahan hidup yang sering kita kenal dengan istilah survival.
Bermain dan belajarlah di gunung dengan cara aman dan nyaman. Jangan lupa untuk menjaga kebersihan, jangan tinggalkan apapun selain mantan.
Komentar