Minggu, 19 Mei 2024 | 05:54
COMMUNITY

Penunggu Curug Bonosari

Penunggu Curug Bonosari
(Jelajah Kebumen/Machmud Khadim)

ASKARA - Saat itu tahun 2000, aku masih duduk di bangku SMA. Biasa kalau aku lagi bolos sekolah selalu ke tempat-tempat tenang dan sejuk ketimbang ke kota, mall ataupun tempat hiburan seperti bilyard dan PS.

Ke sana aku sendirian masih mengenakan seragam sekolah, saat itu masih jam 10.00 AM. Aku naik angkot untuk menuju lokasi tersebut lalu setelah turun dari angkot aku harus jalan kaki menuju lokasi tersebut melewati hutan-hutan pohon pinus dan jati.

Lalu sampailah aku ke TKP, lalu aku langsung buka sepatu juga baju seragamku, sampai aku hanya tinggal menggunakan celana dalam. Kemudian aku langsung nyebur ke kolam curug itu. Tidak lupa aku memanjat curug itu lalu terjun melompat dengan beberapa banyak free style dari salto hingga gaya loncat indah.

Kemudian aku melipir ke batu tempatku menaruh seragam dan tas sekolah sambil duduk menikmati pemandangan sekelilingku yang masih banyak pohon-pohon tinggi, kemudian aku mengambil sebungkus rokokku yang berada di dalam tas. 

Saat sedang menikmati suasana aku mendengar suara orang melangkah di belakangku lalu aku menoleh ke belakang, ooohh...ternyata seorang wanita menggunakan seragam SMA sendirian hingga aku godain sambil memanggil "Hai...cewe...mau ngapain? kok sendirian, boleh dong saya temanin" diriku sambil nyengir-nyengir. 

Tapi herannya tuh cewe bener-bener nyamperin ane... lalu dia ngomong "Lah..mas'e bae lagi ngapa nang kene, dewek'an maning? (Lah.. masnya aja lagi ngapain di sini, sendirian lagi)".

Lalu dia menghampiriku dan duduk di batu yang ada di depanku lalu ane ngomong "Mbak apa ora isin ndelok aku sing hanya mengenakan kolor? (Mbak apa tidak malu lihat aku yang hanya menggunakan kolor)".

Lalu cewe itu menjawab "Oralah mas, jeneng'e bae sampean lagi berenang (Tidaklah mas, namanya aja anda lagi berenang)". 
Lalu aku jawab "Ooolaaah...maaf yah mbak" lalu aku langsung mengambil celana panjang SMA ku kemudian kukenakan kembali.
Lalu kami pun ngobrol-ngobrol ngalor ngidul ora genah (ngobrol-ngobrol gak jelas). Lalu aku bertanya kepadanya "Loh...mbak sekolah di mana?" tapi dia gak menjawab, tapi malah dia yang tanya balik ke ane "Lah emang mas sekolah di mana?" ane jawab "SMA Negeri 1 Karanganyar, loh mbak di sini sama siapa?" lalu dia menjawab "Aku tinggal dekat-dekat daerah sini mas, emang kenapa?" lalu aku jawab "yah gak apa-apa mbak, yang saya takut mbaknya lagi nyasar nyari-nyariin temen-temennya mbak". 

Lalu dia menjawab "Lah kan mas tahu ndewek nek aku meng ngeneh dewek'an (Lah kan mas tahu sendiri kalau aku ke sini sendirian)" lalu kujawab "Oooh" lalu kami pun ngobrol panjang lebar hingga berjam-jam, azan Dzuhur pun sampe lewat, karena memang lokasi tersebut di dalam hutan jadi gak kedengeran suara azan di musolah-musolah setempat.

Lama-lama kami pun ngobrol semakin akrab hingga tuh cewe menghampiriku lalu duduk di sebelahku. Ngobrol-ngobrollah lagi kami sampai saling lupa untuk memperkenalkan diri. Lalu saking terpesonanya aku melihat wajahnya yang cantik dengan rambut panjangnya sepundak, badannya yang hampir sempurna, terutama kulitnya yang putih, aku pun menyodorkan bibirku ke bibirnya, herannya dia pun gak menolak untuk aku cium dan hingga aku.....ke dia lalu......nyampe kami jalan ke atas curug itu yang ternyata lebih indah lagi posisinya karena seperti goa yang ada curugnya serta batu yang lumayan panjang di bawah curugnya.

Gak berasa sudah jam 02.00 PM yang kulihat di jam tanganku Gforce. Lalu kami kembali ke bawah tempat curug yang semula, dan cewe itu pun mengecup dahiku lalu pergi. Aku hanya bisa melamun saat dia menjauh pergi, dalam hatiku "Wahai gerangan, siapakah namamu?" sambil bergeming "Udah kayak lagunya Koes Plus yang judulnya Diana, di gunung tinggi kutemui gadis cantik entah anak siapa". 

Akhirnya aku pun langsung mengenakan baju, sepatu dan langsung meranjak pulang dari TKP.

Satu minggu kemudian, aku bolos lagi dan menuju ke curug itu lagi, lalu berjalan melewati hutan-hutan pinus kemudian aku berpapasan dengan seorang ibu-ibu sambil membawa kayu bakar di atas kepalanya lalu berkata "Mas...mas".
Lalu aku jawab "Iya ada apa bu?" lalu dia membalas "Mas...mas mau ketemu Nyai yah?" ujarku dalam hati "Maksudnya apa?"

Lalu aku menjawab "Loh maksud ibu gimana?".
Lalu si ibu jawab "Loh bukannya minggu lalu mas ketemu Nyai yang pakai seragam sekolah?" 
Lalu ane keheran-heranan "Maksud ibu gimana, saya gak ngerti".
Lalu ibu itu hanya menjawab "Mas kalau mau ketemu Nyai itu harus nganggo dina mas (harus pakai hari mas)". 
Jujur aku pun masih bingung, lalu si ibu itu pun berjalan pergi menuju ke bawah. Lalu aku hanya geleng-gelang kepala sambil kebingungan.

Setelah aku pulang dari curug tersebut dan balik menuju rumah pamanku di Desa Wanasigra. Malamnya setelah sholat Isya, pamanku lagi ngumpul-ngumpul di teras rumah dengan perangkat-perangkat desanya yang sedang ngeronda. 

Lalu aku tanyakan hal yang aku alami di Curug Bonosari, lalu mereka tertawa dan pamanku ngomong "Yah ora apa-apa, sing penting kowe esih bisa balik mbok (Yah gak apa-apa, yang penting kamu masih bisa pulang kan)?" 
Lalu aku menjawab "Iya sih tapi Amud masih penasaran aja". 
Lalu salah satu dari perangkat-perangkat desa itu menyambungkan omongan pamanku "Lah kowe termasuk sing esih beruntung iso nemuin Nyai penunggu nang kono, malah wong Gombong bae ora ana sing tahu petukan karo Nyai (Lah kamu termasuk yang masih beruntung bisa ketemu Nyai penunggu di sana, malah orang Gombong saja tidak ada yang pernah ketemu dengan Nyai)". 

Lalu aku menjawab "Maksud'te kuwi Nyai DEMIT apa pak (Maksudnya Nyai itu HANTU apa pak)?" sontak mereka pada ketawa saat aku menanyakan hal tersebut. Lalu pamanku ngomong "Yoo...wis di dadi'na pengalamanmu bae, nek meng endi-endi yah kudune ngo salam ndisit kalo meng tempat-tempat anyar sing kowe arep dolani (Yah...sudah dijadikan pengalamanmu saja, kalau ke mana-mana ya harus pakai salam dulu ke tempat-tempat baru yang ingin kamu mau mainin)". 

Lalu aku hanya berdiam diri sambil menikmati rokok 76 yang kuhisap lalu di dalam hati aku hanya bisa bergeming "Astagfirullahaladzim.. Alhamdulillah yaaa.. Allah masih memberikanku jalan pulang hingga kini". Amin...

Itulah pertama kalinya aku menemui/menjumpai "mereka" di dalam hidupku hingga kini... Ini yang benar-benar terjadi, ini yang benar-benar aku alami.

Machmud Khadim
(Karyawan swasta, tinggal di Jakarta)

Baca juga: 
Wanita Bergaun Merah yang Penuh Dendam dan Amarah

Komentar