Rabu, 15 Mei 2024 | 22:38
NEWS

Sekelumit Dinamika Komunikasi Publik Selama 2 Bulan Pandemi Corona

Sekelumit Dinamika Komunikasi Publik Selama 2 Bulan Pandemi Corona
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Widodo Muktiyo (Dok BNPB)

ASKARA - Selama masa pandemi virus corona (Covid-19) mengelola komunikasi menjadi hal yang tidak mudah. Namun tetap harus dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat. 

Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Widodo Muktiyo mengatakan, hal yang menjadi kendala salah satunya faktor geografi Indonesia. Terdiri dari banyak pulau dan ragam kebudayaan tiap wilayahnya.

“Ada yang di kota ada yang di pelosok sampai pada yang terpencil,” ujar Widodo Muktiyo di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (13/5).

Hal itu mempengaruhi penyampaian dan penerimaan informasi di tengah masyarakat. Sehingga melahirkan berbagai bentuk respons di tengah masyarakat.

Berbagai bentuk respons yang muncul itu dari yang belum tahu menjadi belum percaya kemudian memicu kepanikan hingga pada akhirnya mengubah perilaku masyarakat dan berujung stres.

“Paniknya tidak hanya ada di dalam diri kita, tapi paniknya sampai pada perilaku ekonominya. Ada panic buying, dibeli macam-macam itu,” jelas Widodo.

Ia memahami timbulnya stres itu disebabkan suatu keadaan masyarakat yang ‘dipaksa’ mengubah pola kehidupan sehari-hari, yang awalnya berjalan normal, menjadi dibatasi dan diatur ruang geraknya.

“Ini kan gaya hidup baru dipaksa harus ikut, setelah (masyarakat) tahu. Di situlah terjadi satu situasi yang di dalam keluarga itu menjadi sesuatu yang baru, dipaksa, punya implikasi yang lebih luas lagi,” terangnya. 

Dalam kurun waktu dua bulan sejak dibentuk Media Komunikasi Publik Gugus Tugas, masyarakat juga kembali bereaksi ketika pemerintah memberlakukan aturan untuk tidak mudik.

“Dalam dirinya ada suatu keinginan tetapi kemudian harus (dipaksa) mengerti bahwa situasi ini akan merugikan semua,” ucap Widodo.

Komentar