Rabu, 15 Mei 2024 | 21:30
NEWS

Wabah Covid-19 Melahirkan Revolusi Cuci Tangan

Wabah Covid-19 Melahirkan Revolusi Cuci Tangan
Ilustrasi mencuci tangan. (Shutterstock)

ASKARA - Setiap kejadian selalu ada hikmah yang di baliknya. Termasuk pandemi virus corona (Covid-19) yang mendera dunia saat ini. 

Salah satu hikmahnya ialah memunculkan kesadaran baru hidup bersih dengan kebiasaan cuci tangan.

Anggota Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) Dr. Tuswadi mengatakan, perilaku ini mendadak bukan topik pembicaraan di tengah masyarakat melainkan menjadi kebiasaan baru yang secara massif dilakukan. 

Maka itu, tantangan ke depan ialah menjadikan wabah Covid-19 sebagai momentum untuk membangun generasi baru menjadikan hidup bersih sebagai pola hidup yang melekat bahkan karakter berbangsa. 

"Sulit disangkal pandemi Covid-19 menghadirkan dampak besar di berbagai sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Di sisi lain, pandemi ini dengan gamblang juga mengingatkan kita tentang betapa pentingnya hidup bersih," jelas Dr. Tuswadi kepada media, Sabtu (18/4).

Kini di sejumlah tempat terpasang sarana cuci tangan lengkap dengan sabun. Semisal hendak masuk dan ke luar dari tempat layanan publik seperti bank, balai desa hingga pusat perbelanjaan harus cuci tangan dahulu. 

"Covid-19 telah melahirkan satu fenomena baru revolusi cuci tangan," kata peneliti kebencanaan itu.

Secara klinis, air dengan cara cuci tangan yang tidak menyeluruh belum sepenuhnya menghilangkan kuman atau bakteri. Namun dengan sabun dan mencuci tangan yang benar bisa menghilangkan kuman di tangan. 

Para ahli menyebutkan bahwa virus corona bisa menyebar dari satu orang ke orang lain, salah satunya melalui tangan yang bersentuhan dengan droplet dari batuk atau bersin. Kemudian tangan yang terkontaminasi menyentuh mulut, hidung atau mata sehingga virus masuk ke dalam tubuh dan menyerang. Di sinilah, cuci tangan menjadi langkah sederhana namun penting guna mencegah penularan virus.

"Sayangnya selama ini masyarakat kita belum terbiasa cuci tangan. Sehingga pemerintah memerlukan energi cukup besar untuk mengampanyekan gerakan cuci tangan dengan sabun demi antisipasi penularan Covid-19," ujar Dr. Tuswadi. 

Membudayakan kebiasaan cuci tangan secara disiplin butuh waktu yang tidak sebentar. Ini semua memerlukan strategi yang rapi dan terstruktur, termasuk melalui jalur pendidikan selama bertahun-tahun. 

Menurut Dr. Tuswadi, sekolah di Tanah Air hingga kini belum memberikan fasilitas kebersihan memadai, seperti toilet dengan air mengalir dan sabun untuk mencuci tangan. 

Jadi, bagaimana mungkin sekolah-sekolah di Indonesia bisa melahirkan generasi yang bersih dan cinta kebersihan.

"Kebiasaan cuci tangan memakai sabun yang tak terpupuk dengan baik sedari anak-anak melahirkan bangsa yang abai terhadap kebersihan diri," tutur Dr. Tuswadi yang menghabiskan tujuh tahun untuk studi dan riset di Hiroshima.

Dia mencontohkan, Jepang sebagai salah satu negara maju terkenal dengan pola hidup bersih dan menanamkannya ke dalam sistem pendidikan sejak dini. 

Sekolah-sekolah di Negeri Sakura baik PAUD, TK, SD maupun SLTA mempunyai fasilitas toilet yang jumlah dan kelengkapannya sangat memadai dengan kondisi yang selalu bersih dan rapi, air mengalir lancar, terdapat tisu, dan sabun cair. 

"Anak-anak sekolah tidak hanya memakai kesadaran yang ditumbuhkembangkan setiap hari melalui pembiasaan melainkan juga merasa wajib menjaga kebersihan," demikian Dr. Tuswadi.

Komentar