Jumat, 17 Mei 2024 | 17:23
OPINI

Negara Kebangsaan

Negara Kebangsaan
Ilustrasi Pancasila (Dok Pribadi)

Seingat saya Teks Proklamasi itu tak pernah diamandemen. Entah kalau luput dari perhatian saya. Dalam teks itu sangat jelas dikatakan "Atas Nama Bangsa Indonesia, Soekarno-Hatta". Itu artinya Negara Republik Indonesia dilahirkan oleh Bangsa Indonesia.

Tak cukup jelas apakah yang dimaksud Bangsa Indonesia pada waktu itu? Apakah manusianya saja? Setahu saya, budaya menunjukkan bangsa. Satu kesatuan manusia dan buminya. Satu kesatuan etos dan mitos. Satu kesatuan sistem nilai, keyakinan, sistem sosial dan sistem kerja. Itulah budaya sebagai eksistensi bangsa yang proven. 

Adalah wajar jika kemudian negara Republik Indonesia didirikan dan dijalankan dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Tetapi apakah seperti itu pada kenyataannya?

Ketika dinyatakan Indonesia adalah Nation State (Negara Bangsa) berbentuk Republik, sebenarnya negara ini berkeinginan dibangun dengan 2/3-nya oleh budaya dan hanya 1/3-nya dari hasil pertarungan politik/kekuasaan. 

Tetapi hari ini, negeri ini menjadi negeri yang dibangun dengan 100 persen hasil pertarungan politik. Hari ini hampir tak ada institusi negara dan instrumen negara yang dihasilkan oleh suatu keinsyafan kehidupan bersama bagi tujuan bersama melalui suatu orkes simphony musyawarah mufakat. Semuanya merupakan hasil pertarungan politik.

Dalam alam pertarungan politik, setiap langkah adalah siasat dari ramuan strategi dan taktik. Semua cara dan alat dimungkinkan untuk tujuan. Tak peduli dalam keadaan dan situasi apapun. Bahkan "musibah" yang saat ini melanda republik, dianggap sebagai matangnya kondisi objektif untuk menumbangkan kekuasaan.

So, jangan jadi heran-heran jika dalam kondisi musibah seperti saat ini, para elite politik justru sibuk untuk saling menjatuhkan bahkan menghancurkan.

Buat para pejuang politik dan simpatisan politik, bergembiralah dengan keadaan ini. Sebab inilah kehidupan mereka.

Hanya pejuang budaya dan pejuang bangsa yang patut prihatin. Melihat betapa compang-campingnya perpolitikan ini negeri. Kita jauh meninggalkan diri kita sebagai sebuah bangsa. Seperti sekumpulan manusia satu dimensi: mahluk politik yang hanya mengorientasikan diri pada materi.

 

Smile Arif Suryopranoto
Pengamat Sosial Budaya

Komentar