Kamis, 25 April 2024 | 11:11
COMMUNITY

Perempuan Disabilitas Merayakan International Women's Day dengan Menyelam

Perempuan Disabilitas Merayakan International Women's Day dengan Menyelam
Memperingati International Womens Day 2020 dengan menyelam (Foto: NAUI)

ASKARA - Memperingati International Women's Day (IWD) yang jatuh pada 8 Maret 2020 kemarin, Komunitas Penyelam Profesional Perempuan Indonesia (KP3I) bersama kaum disabilitas perempuan dari berbagai komunitas untuk mencoba sensasi menyelam. 

Kegiatan yang bertajuk "Trial Scuba with Difabel Community" ini juga menggaet sejumlah scuba diving instructor dari Nasional Association of Underwater Instructors (NAUI), yang memberikan dukungan pendampingan. 

Sebanyak 10 orang perempuan dalam kondisi tubuh terbatas mendapatkan kesempatan menyelam hingga kedalaman 2,5 meter di Kolam Renang Pertamina Simprug, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Minggu kemarin (8/3).

Ketua Umum KP3I, Mimi Amalia mengatakan, sesuai dengan tema IWD tahun ini yakni, "An Equal World is an enabled world" yang menandakan perempuan mampu menjadi profesional di lingkungan kegiatan ekstrem. Hal itu juga upaya menginspirasi para perempuan lain menjadi diri sendiri, serta mau mencoba hal-hal baru yang non-stereotipe. 

Untuk perempuan disabilitas, kegiatan ini juga menandakan bahwa mereka bisa merasakan menjadi penyelam. Di mana mereka turut merasakan kebahagiaan dan pengalaman baru sehingga menyelam tidak hanya dilakukan pada manusia dengan tubuh yang normal.

"Kegiatan ini juga merupakan salah satu kegiatan teurapeutik yang dapat digunakan sebagai perawatan untuk melatih kekuatan otot tubuh dan rentang gerak, memperkuat sistem kekebalan tubuh, mengurangi tingkat stres, memperbaiki sirkulasi dan aliran darah, melatih pola pernafasan dan dapat membantu untuk meningkatkan kepercayaan diri," ungkap Mimi.

Sementara itu, Scuba Diving Instructor NAUI, Hendraya Yudha mengatakan, kegiatan membongkar stigma bahwa para disabilitas juga ternyata bisa menyelam.

"Karena hambatannya kan kalau difabel wah orang difabel ya, akhirnya mereka mencoba untuk menyelam. Mereka yang datang ada yang kakinya terbatas seperti nggak bisa gerak, ada low vision, yang nggak lihat itu kalau nggak salah tiga orang jadi kita bawa ke sini," ujar Hendrata.

Salah satu syarat diving adalah harus mendapatkan bersertifikat. Namun, dalam kegiatan ini para disabilitas dilatih agar bisa bernafas dengan nyaman di bawah air. Mereka dibantu dengan alat bernama scuba unit seperti tanki udara, hingga regulator untuk menyalurkan udara dari tanki.

Mereka yang disabilitas ada yang menggunakan fins adapun yang tidak, bagi yang menggunakan fins bisa untuk disabilitas yang memiliki satu kaki, sementara fins tidak bisa digunakan bagi yang lumpuh (paralyzed). 

Untuk kaum disabilitas yang mengalami kebutaan sebelumnya dilatih  berkomunikasi dengan belajar isyarat sentuhan tangan. 

"Untuk pertama kita tuntun, kita kasih dia supaya dia bisa bernafas begitu dia oke, dia coba berjalan ke tempat yang kedalaman sekitar 2,5 meter, mereka keliling kolam dan balik lagi, maksimal 10 menit satu orang," kata Hendrata. 

Dalam prosesnya, 10 orang perempuan disabilitas bergantian untuk menyelam yang dibagi dua sesi, yang masing-masing sesi sebanyak lima orang.

"Saya salut banget bahwa mereka masih punya keinginan untuk masuk ke dalam air. Ini kan olah raga rekreasi ada risiko dan mereka sadar sekali itu, dan ketika kembali ke atas mereka mengaku senang, bahkan ada yang mau berlanjut belajar diving," tuturnya. 

Menurut Hendrata, semua perempuan termasuk yang disabilitas memiliki kesetaraan dan mampu mendapatkan hak-haknya. Terlebih dalam kegiatan ini leadernya adalah perempuan.

"Ke depan saya rasa semua perempuan harus bisa melihat, dia bukan melihat sebagai perempuan quote and quote dia makhluk lemah, tapi dia punya kesetaraan mampu melakukan itu," ujarnya.

"Saya di sini fungsinya membantu, leadernya perempuan semua mereka dive pro, kita laki-laki membantu (perempuan disabilitas) menyelam," tambahnya. 

Johanna Caroline, seorang perempuan disabilitas mengaku senang turut dalam kegiatan menyelam, terlebih kegiatan ini menjadi pertama kalinya dilakukan. 

"Ini menyenangkan sekali, karena sebelumnya hanya berenang, kalau berenang itu nggak bisa nge-dive ke bawah dan sekarang sudah nyoba sampai bisa ke bawah itu menyenangkan banget," ujarnya.  

Johanna berharap, bisa menyelam di laut untuk menyaksikan keindahan terumbu karang dan ikan secara langsung.

"Tapi sayangnya masih di kolam nggak ada yang bisa dilihat jadi pengen banget buat ambil license dan coba buat berenang di laut," harapnya. 

Pesannya, semua perempuan disabilitas untuk tidak patah semangat mencoba hal-hal baru. 

"Khususnya untuk perempuan-perempuan disabilitas jadi jangan takut mencoba, karena banyak kesempatan yang bisa kamu temui sekali kamu mencoba, itu dimulai dari diri sendiri," kata dia. 

10 perempuan disabilitas yang kegiatan IWD 2020 yaitu, Elih, Nadhifa Ramadhani, Mahretta Maha, Andira Pramatyasari, Cucu Saidah, Rade Ratu Bunga, Dany Raditya, Faisal Rusdi, Johanna Caroline, dan Arya Prasetyo Habibi. 

Komentar