Rabu, 24 April 2024 | 13:00
LIFESTYLE

Sebuah Refleksi: Percakapan Antara Aku dan Laptopku

Sebuah Refleksi: Percakapan Antara Aku dan Laptopku

LUMAJANG: Komputer adalah sebuah alat yang dapat memudahkan kegiatan manusia. Seperti mengetik, mengedit, memprogram, mendata, dan lain sebagainya. Hal ini terjadi sebagai salah satu bukti nyata kecanggihan pikiran manusia untuk mengejawantahkan dalam bentuk canggihnya teknologi informasi. Bahkan dalam masyarakat kita alat satu ini telah menjadi sebuah media yang "harus" ada dalam beberapa bidang tertentu. Seperti halnya aku pribadi, hampir setiap hari tidak dapat dipisahkan dengan adanya alat ini.

Hari Kamis 16 Januari 2020, menurutku adalah masa di mana aku harus merelakan diri kepada sesuatu yang sulit. Ketika harus melaksanakan rutinitas menulis tidak menggunakan laptop, namun mengggunakan media seluler. Benar-benar berbeda, akan tetapi apalah daya, jika kepala memaksa untuk mengejawantahkan kata-kata, sedangkan medianya terbatas. Lagi-lagi "Kekurangan bukanlah alasan untuk tidak berkarya. Disinilah aku pribadi merasa tertantang. Mengapa malah merasa tertantang?

Pertama, istikamah berkarya. Ketika media tidak mampu mendukung, menurutku diri sedang ditantang, apakah benar istikamah untuk terus menulis? Sedangkan si-laptop sedang sakit. Biasanya ketika media tidak ada bagi beberapa orang menjadi tameng dan menggeliat untuk tidak menulis. Padahal masih banyak cara, meski tidak harus menggunakan laptop.

Kedua, melatih sabar. Ya, ini merupakan salah satu media belajar sabar terhadap keadaan. Biasanya menulis langsung menggunakan laptop, kini hanya menggunakan seluler saja. Dengan layar kecil dan tus-tusnya terbatas. Namun di sinilah diri menyadari bahwa menjadi sabar tidaklah mudah. Sejauh manakah sabar terpatri dalam diri ini?

Ketiga, bersyukur. Dengan sakitnya laptop, kurasa memantik kesadaran diri, bahwa si-laptop sudah begitu lama menemaniku berjuang. Mulai kelas dua menengah kejuruan di tahun 2014 hingga kini telah menyelesaikan pendidikan S1. Betapa kepalaku masih ingat, saat pertama kali kudapatkan laptop itu. Waktu itu aku duduk di kelas XI semester ganjil, rata-rata seluruh teman sekelas telah memiliki laptop. Kemudian aku bercerita kepada ayahku,"Teman-temanku sudah punya leptop semua," ceritaku waktu itu. Reaksi Ayah biasa saja, dan beberapa hari kemudian Ia mengatakan aku dibelikan laptop dari hasil menjual beberapa Pohon Sengon. Betapa senyumku melebar mendapatinya.

Bahkan bukan hanya itu, beragam tulisan pun telah lahir dari laptopku itu. Semenjak aku pertama belajar nulis, hingga saat ini beberapa antologi telah lahir baik puisi dan cerpen, beragam artikel telah terunggah di blog, website, dan masih banyak lagi yang tidak dapat kututurkan satu persatu. Jika dia tidak sakit, mana mungkin kuhitung jasanya selama menemaniku berjuang hingga detik ini.

Keempat, belajar tidak terikat pada dunia. Aku begitu tahu bahwa di laptopku itu beragam file tersimpan di sana, baik tulisanku, foto, dokumen organisasi, dokumen pondok, dokumen kuliah, serta banyak lagi. Benar-benar sangat disayangkan jika semua itu raib dari pandangan. Namun apalah diri, bukankah semuanya memang fana. Termasuk data-dataku di laptop itu. Disinilah kurasa berada di sebuah titik di mana diri belajar untuk tidak terikat pada kenikmatan dunia.

Inilah empat hal yang kurasakan saat ini, ketika mendapati laptopku lelah dengan semua keadaan.

Kukatakan pada diriku sendiri, laptop juga ciptaan, tentu dia juga merasa sampai pada titik di mana ia merasa lelah dengan keadaan. Biarlah dia memperbaiki diri, menenggelamkan diri pada istirahatnya. Seandainya ia menemaniku kembali berarti itu sebuah keajaiban. Guru TKJ-ku pernah berucap, usia laptop itu sekitar lima tahun saja. Nah, kurasa laptopku sudah berumur lima tahun, di mulai dari Sekolah Menengah Kejuruan kelas XI hingga aku menyelesaikan studiku sebagai seorang sarjana.

Jika kuhitung, hutang budinya menurutku aku tak kuasa, karena banyak sesuatu yang telah lahir berkat bantuannya. Tak masalah, namun lagi-lagi dahiku berkerut, secepat itukah kau akan meninggalkanku? Tidak ada jalan lainkah untuk sembuh? Aku berharap kau sembuh, untuk menemani perjuanganku selanjutnya.

Nurhalimah

Komentar