Wisata Edukatif Petik Kelengkeng Grobogan

ASKARA - Dibuka sejak 22 Juni 2025, Agrowisata Petik Kelengkeng “Jowo Dhuwur View” di Desa Sumberagung, Ngaringan, Grobogan, menghadirkan sensasi wisata alam yang menyenangkan dan mendidik. Dengan lebih dari 3.000 pohon kelengkeng siap panen, pengunjung bebas memetik dan menikmati langsung buah segar dari kebun, lengkap dengan spot foto dan kolam renang alami.
Terletak di kaki perbukitan Grobogan yang sejuk, Agrowisata Petik Kelengkeng Jowo Dhuwur View menjadi primadona baru di Jawa Tengah bagi wisatawan keluarga, pelajar, hingga komunitas pencinta alam. Dibuka setiap hari pukul 08.00 sampai 17.30 WIB, lokasi ini tak hanya menawarkan pengalaman memetik buah kelengkeng langsung dari pohonnya, tetapi juga menghadirkan nuansa edukatif, santai, dan sarat nilai ekologis yang semakin langka di tengah laju urbanisasi.
Memasuki kawasan seluas lebih dari 5 hektare ini, pengunjung disambut oleh aroma khas kelengkeng yang matang di pohon. Terdapat lebih dari 3.000 pohon kelengkeng jenis Kateki dan Pingpong, dua varietas unggulan yang dikenal karena rasanya yang manis, tekstur dagingnya tebal, dan biji kecil.
Para pengunjung cukup membayar Rp 30.000 untuk tiket masuk dan bisa memetik serta makan sepuasnya langsung dari pohon selama berada di dalam area kebun.
Bagi yang ingin membawa buah segar sebagai oleh-oleh, pihak pengelola menyediakan fasilitas penimbangan buah dengan harga yang sangat bersaing, yaitu Rp 40.000 per kilogram. Harga ini jauh lebih murah dibandingkan harga pasar kelengkeng premium di kota-kota besar yang bisa mencapai Rp 60.000 hingga Rp 90.000 per kilogram. Hal ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang dari luar daerah.
Namun daya pikat Jowo Dhuwur View tak hanya berhenti pada sensasi memetik buah. Di tengah area agrowisata ini, tersedia kolam renang alami yang bersumber dari air pegunungan, sangat cocok untuk relaksasi, terutama bagi anak-anak dan remaja. Sambil menikmati suasana pedesaan yang asri, pengunjung juga dapat bersantai di gazebo-gazebo yang tersebar di berbagai sudut kebun, menjadikannya lokasi ideal untuk piknik keluarga.
Untuk generasi muda yang gemar berswafoto, tempat ini juga menyediakan sejumlah spot foto Instagramable. Latar belakang perbukitan hijau, barisan pohon kelengkeng rapi, dan desain artistik dari gardu pandang menjadikan setiap sudut kebun layak diabadikan.
Bahkan beberapa influencer lokal sudah merekomendasikan tempat ini sebagai destinasi unggulan “healing time” di Jawa Tengah.
Menurut Sugeng Hartono, pengelola Jowo Dhuwur View, konsep agrowisata ini tidak sekadar menjual tiket masuk dan buah, tetapi lebih pada membangun kesadaran ekologis dan pertanian berkelanjutan. “Kami ingin anak-anak dan generasi muda mengenal langsung proses pertanian.
Dari menanam, merawat, sampai memanen. Ada nilai kerja keras dan kecintaan pada bumi yang ingin kami tanamkan,” jelasnya.
Tak heran jika tempat ini juga mulai dilirik oleh sekolah-sekolah dan instansi pendidikan sebagai lokasi field trip tematik. Pihak pengelola bahkan menyediakan paket edukatif khusus untuk rombongan, termasuk sesi edukasi hortikultura, praktik menanam kelengkeng dalam pot (tabulampot), serta tur kebun dengan pemandu.
Kegiatan ini memberi kesempatan kepada peserta untuk tidak hanya melihat, tetapi juga memahami prinsip pertanian organik dan keanekaragaman hayati.
Bagi wisatawan luar daerah, akses menuju lokasi ini cukup mudah. Terletak di Desa Sumberagung, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, lokasi ini bisa dijangkau dalam waktu sekitar 1,5 jam dari pusat Kota Purwodadi atau sekitar 2,5 jam dari Kota Semarang. Untuk mempermudah navigasi, pengunjung cukup mencari “Jowo Dhuwur View” di Google Maps.
Selain berwisata, banyak pengunjung yang memanfaatkan kunjungan ke agrowisata ini sebagai sarana rekreasi spiritual. Pasalnya, kawasan Sumberagung dikenal sebagai salah satu daerah yang masih memegang teguh nilai-nilai kearifan lokal dan spiritualitas Jawa.
Beberapa warga bahkan menyebut kebun kelengkeng ini sebagai “kebun berdoa”, karena suasananya yang damai dan jauh dari hiruk-pikuk perkotaan.
Wisata agrowisata seperti ini bukan hanya memberi dampak ekonomi lokal yang positif, tapi juga mendorong transformasi pertanian menjadi sektor pariwisata produktif.
Menurut data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, model integrasi pertanian dan wisata berbasis komunitas seperti di Grobogan ini terbukti mampu meningkatkan pendapatan petani hingga 2-3 kali lipat dibanding model konvensional.
Tidak hanya itu, sektor ini juga menyerap tenaga kerja lokal secara signifikan, mulai dari pemeliharaan kebun, penjaga parkir, pengelola kolam, hingga tenaga pemandu dan edukator. Ini adalah contoh nyata bahwa wisata berbasis lokal, jika dikelola dengan visi dan partisipasi masyarakat, bisa menjadi sumber keberdayaan dan ketahanan ekonomi desa.
Salah satu pengunjung dari Yogyakarta, Yuni Kurniawati (34), mengungkapkan kekagumannya setelah mencoba pengalaman memetik buah sendiri. “Saya kira ini cuma tempat makan kelengkeng, ternyata lebih dari itu. Anak saya jadi tahu pohon kelengkeng itu seperti apa, bisa tanya-tanya langsung ke petaninya. Ini liburan yang mendidik dan menyenangkan,” katanya.
Sebagai tambahan, pihak pengelola juga berencana untuk mengembangkan fasilitas tambahan seperti kafe berbasis produk lokal, penginapan bernuansa pedesaan, serta workshop kebun mini untuk anak-anak dan keluarga. Harapannya, Jowo Dhuwur View bisa menjadi model agrowisata terpadu dan berkelanjutan yang mampu menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia.
Bagi kamu yang ingin merasakan sensasi menyatu dengan alam, belajar langsung dari petani, dan menikmati manisnya kelengkeng segar dari pohon, Jowo Dhuwur View adalah jawabannya. Di sini, wisata bukan hanya soal foto dan makanan, tapi juga pengalaman dan pengetahuan yang mencerahkan.
Alamat Lengkap:
Jowo Dhuwur View
Desa Sumberagung, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah
Jam Operasional: Setiap hari, pukul 08.00 – 17.30 WIB
HTM: Rp 30.000 (makan sepuasnya di kebun), oleh-oleh Rp 40.000/kg
Google Map: Jowo Dhuwur View. (Dwi Taufan Hidayat)
Komentar