Rabu, 14 Mei 2025 | 14:30
COMMUNITY

PGI Sampaikan Rasa Duka atas Wafatnya Paus Fransiskus, Dunia Kehilangan Figur Ayah

PGI Sampaikan Rasa Duka atas Wafatnya Paus Fransiskus, Dunia Kehilangan Figur Ayah
Paus Fransiskus di saat akhir hidupnya tengah memberikan homili singkat (Dok Vaticannewspt)

ASKARA - Duka mendalam meliputi umat Katolik di seluruh dunia atas wafatnya pemimpin tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus, SJ, pada Senin pagi (21/4) pukul 07.35 waktu Vatikan. Rasa kehilangan atas kepergian tokoh kharismatik dunia itu juga dirasakan oleh gereja-gereja di berbagai belahan dunia, termasuk Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).

Dalam pernyataan resminya yang diterima askara.co, PGI menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas wafatnya Sri Paus Fransiskus. Di mata PGI, Paus Fransiskus adalah seorang gembala agung yang menjadikan kemanusiaan sebagai altar utamanya dan dunia sebagai ladang kasihnya.

Menurut PGI, pemimpin gereja bernama asli Jorge Mario Bergoglio ini bukan sekadar Paus ke-266 dalam sejarah Gereja Katolik. Putra Argentina yang sederhana itu adalah suara profetik di tengah dunia yang bising oleh politik identitas, ekonomi yang eksklusif, dan agama yang sering kali kehilangan kasih.

“Paus Fransiskus dikenal sebagai figur yang menolak kemewahan dan memilih memeluk kemiskinan Yesus. Ia menolak menjadi pangeran gerejawi, namun menjadi sahabat para migran, pelindung bumi yang terluka, dan advokat tanpa pamrih bagi perdamaian global, termasuk bagi negeri-negeri seperti Indonesia yang ia puji sebagai teladan kerukunan antaragama,” tulis PGI dalam pernyataan tertanggal 21 April, yang ditandatangani oleh Ketua Umum PGI, Pdt. Jacklevyn Manuputty, dan Sekretaris Umum PGI, Pdt. Darwin Darmawan.

PGI mengenang bahwa Paus Fransiskus beberapa kali menyebut Indonesia sebagai contoh pluralisme yang harus dirawat dan dipeluk—bukan sekadar ditolerir.

“Ia memahami bahwa damai bukanlah ketiadaan konflik, tetapi kehadiran keadilan. Dalam diplomasi diamnya, Indonesia dijadikannya cermin bagi dunia, bahwa iman tidak harus menjauhkan, tetapi dapat memeluk yang berbeda tanpa kehilangan kebenaran,” kenang Majelis Pekerja Harian PGI.

PGI juga menyatakan bahwa kepergian Paus Fransiskus merupakan kehilangan figur ayah dunia—a global father figure—bagi umat manusia lintas agama. Ia mampu menembus sekat identitas, bukan karena membaur, melainkan karena mencintai dari kedalaman spiritualitas Yesus yang menderita.

Secara khusus, lembaga aras gereja yang akan merayakan hari jadinya yang ke-75 pada bulan Mei mendatang itu, juga mengenang momen saat Paus Fransiskus berkesempatan melawat ke Indonesia. Menurut PGI, Paus telah menjadi sahabat spiritual bagi bangsa Indonesia dan selalu menunjukkan kasihnya melalui setiap pidato, ensiklik, serta gestur kerendahhatiannya.

“Kami, keluarga besar PGI, menyampaikan belasungkawa terdalam kepada seluruh umat Katolik di Indonesia dan di seluruh dunia. Kami berdoa agar warisan iman, pengharapan, dan kasih Paus Fransiskus terus menyala—bukan sebagai monumen masa lalu, tetapi sebagai gerakan hidup: Fratelli Tutti, kita semua bersaudara. Duka ini adalah duka bersama. Namun dari duka yang dalam, bangkitlah cinta yang lebih dalam. Selamat jalan, Paus Fransiskus. Engkau telah menyelesaikan pertandingan dengan indah. Kini dunia mengenangmu, bukan hanya sebagai Paus, tetapi sebagai manusia seutuhnya,” tutup PGI dalam pesannya.

Komentar