Terima Masukan, Pimpinan Ponpes Riyadussibyan Berniat Lapor Pelaku Pengigitan Guru
ASKARA - Seorang guru pesantren yang kini mendekam di balik jeruji, akan mendapat pembelaan penuh dari pimpinan pondok pesantren (Ponpes) Riyadussibyan di Cipetir, Cianjur, Jawa Barat.
Bermula dari klarifikasi penjelasan bahwa di pesantren tersebut bukan berkali-kali terjadi kehilangan handphone, tetapi sebelumnya berbentuk uang, namun dia mengaku tidak menuduhkan ke anak tersebut.
“Saya perjelas ya, disini memang beberapa kali kehilangan, tapi bukan seluruhnya handphone, ada juga uang. Dan, dalam kejadian yang berbeda, saya tidak menyangkakan mantan anak didik saya itu pelakunya. Biarlah pihak kepolisian yang nanti akan mencari tau,” ucapnya, Jum'at (29/11).
Terlanjur terucap, H. Asep sebagai pimpinan pesantren kini tengah mempertimbangkan masukan dari sekelompok orang yang bersimpati terhadap ustadz Cecep, untuk melaporkan perbuatan anak itu tentang dugaan pencurian dan perbuatan yang membuat luka sobek terhadap tenaga pengajarnya itu.
“Memang saya akui, banyak masukan agar saya turun langsung untuk membela ustadz Cecep, bahkan sampai hal yang di luar pemikiran saya untuk melaporkan balik atas perbuatan anak tersebut. Tapi itu nanti, kuasa hukum kami untuk Cecep yang akan melaporkan, kan sudah ada kuasa hukum,” ungkapnya.
“Dalam wawancara kemarin, ada kekeliruan. Memang saya menyebut beberapa kali terjadi kehilangan di ponpes kami, tapi sekarang saya perjelas detailnya. Kehilangan sebelumnya berupa uang santri, dan tentang kronologis, saya menceritakan kembali. Jadi bukan saya menyaksikan,” ujarnya.
Untuk keterbukaan publik dan keakuratan berita, wartawan yang melakukan investigasi menyatakan bahwasanya investigasi awal memiliki kekeliruan. Dan kini sudah bertahap mendapat keterangan lebih jelas dengan bersedianya pimpinan pesantren menjawab pertanyaan kami yang lebih spesifik.
Terkini, ada rencana pelaporan terhadap pelaku menggigitan tersebut, dimana tentang masalah pencurian memang diakui oleh anak tersebut, tapi tidak keseluruhan.
Pimpinan pondok pesantren tidak melihat kejadian, namun, melihat luka pasca kejadian pengigitan yang dialami tenaga pengajarnya. Dirinya hanya menceritakan kembali keterangan dari saksi.
Beberapa pihak berharap jika ada pelaporan tentang anak tersebut, penegak hukum bisa memberikan hukuman yang sesuai.
Komentar