Nostalgia Sejarah dan Keindahan Alam Ada di Banda Neira
ASKARA – Banda Neira menjadi pusat perhatian dengan keunikan sejarahnya sebagai pusat perdagangan rempah-rempah dunia. Kalimat ikonik "Jangan Mati Sebelum ke Banda" dari Sutan Sjahrir seakan mengajak setiap orang untuk menyelami perjalanan panjang Banda yang pernah menjadi incaran bangsa Eropa karena cengkih dan pala.
Kisah menarik tentang Perjanjian Breda pada 1667 menjadi daya tarik sejarah tersendiri. Saat itu, Belanda menukar Pulau Rhun di Kepulauan Banda dengan Inggris untuk mendapatkan Pulau Manhattan, yang kini menjadi New York. Di Banda, pengunjung dapat menjelajahi sisa bangunan kolonial seperti Benteng Belgica, ikon yang berdiri sejak 1611 di dataran tinggi, menawarkan pemandangan indah saat matahari terbenam.
Selain sejarahnya yang kaya, Banda Neira juga dikenal dengan keindahan bawah lautnya. Terumbu karang alami berusia ratusan tahun menjadi daya tarik utama bagi penyelam internasional. Perairan Banda adalah salah satu surga bawah laut dengan keanekaragaman hayati laut yang luar biasa.
Kelezatan kuliner khas Banda turut menambah daya tarik. Hidangan seperti ikan kuah pala dan jus pala menjadi bukti kekayaan rempah yang dimiliki pulau ini. Cita rasa autentik ini mengingatkan kembali akan peran Banda sebagai pusat penghasil pala dunia pada masa kolonial.
Dengan perpaduan sejarah, keindahan alam, dan kekayaan budaya, Banda Neira menjadi destinasi yang wajib dikunjungi bagi mereka yang ingin mendalami salah satu bagian penting dari perjalanan sejarah Indonesia.
Komentar