Astrell Ingin Fokus Beri Edukasi Soal Kesehatan Mental
ASKARA - Kesadaran masyarakat mengenai kesehatan mental semakin meningkat belakangan ini. Hal itulah yang membuat influencer Astrellita Trisnawati Wijaya yang akrab disapa Astrell fokus memberikan edukasi mengenai kesehatan mental.
Selain bicara soal kesehatan mental, Astrell juga fokus membuat konten gaya hidup. Sebagai salah satu anggota Asosiasi Influencer Indonesia, Astrell ingin persoalan kesehatan mental menjadi hal yang biasa untuk dibicarakan, termasuk dalam komunitas.
"Saya gabungkan passion dan keahlian untuk memberi dampak positif lewat konten gaya hidup dan mental health,” kata Astrell.
Astrell pun terus mencoba mendalami topik-topik ini sembari tetap peka terhadap isu kekinian. Dengan menghadirkan konten tak ketinggalan zaman, Astrell ingin menjangkau lebih banyak anak-anak muda.
“Saya terjun ke dunia influencer lifestyle atau gaya hidup karena hasrat dan semangat. Saya selalu tertarik dengan hal-hal baru dan itu jadi motivasi utama saya," katanya.
"Terkait kesehatan mental, banyak teman curhat ke saya. Kemudian saya analisis penyebab masalah mereka, sampai akhirnya bertemu solusi. Itu seperti mencari behind the scene sebuah film," lanjutnya.
Melalui perjalanan hidup dan kariernya, Astrell ingin membuktikan jika setiap orang dapat melatih diri untuk fokus ke hal positif dan terus belajar. Sehingga dia bisa memberi manfaat kepada sesama.
"Saya berusaha mengedukasi orang tentang kesehatan mental. Harapannya, konten-konten saya menyemangati orang lain untuk mencapai potensi terbaik mereka dan menemukan kedamaian diri," tandasnya.
Secara global, diperkirakan 1 dari 7 (14%) anak usia 10–19 tahun mengalami gangguan kesehatan mental. Namun, gangguan ini sebagian besar belum dikenali dan tidak diobati. Semakin banyak faktor risiko yang dialami remaja, semakin besar pula potensi dampaknya terhadap kesehatan mental mereka.
Diperkirakan 3,6% remaja berusia 10–14 tahun dan 4,6% remaja berusia 15–19 tahun mengalami gangguan kecemasan. Depresi diperkirakan terjadi pada 1,1% remaja berusia 10–14 tahun, dan 2,8% remaja berusia 15–19 tahun.
Komentar