Selasa, 15 Oktober 2024 | 01:40
COMMUNITY

Festival Kue Bulan di Jakarta Suguhkan Akulturasi Budaya Tionghoa dan Nusantara

Festival Kue Bulan di Jakarta Suguhkan Akulturasi Budaya Tionghoa dan Nusantara
Festival Kue Bulan di Glodok suguhkan akulturasi budaya Tionghoa dan Nusantara (Dok Yuni)

ASKARA – Gajah Mada Plaza di Jakarta menjadi saksi kemeriahan festival kue bulan yang digelar oleh Pokdarwis Pecinan Glodok, beberapa waktu lalu. Festival ini menghadirkan berbagai kesenian tradisional, seperti barongsai, wayang potehi, serta angklung, yang menggambarkan perpaduan budaya Tionghoa dan Indonesia.

Festival ini merupakan perayaan tahunan masyarakat Tionghoa dalam rangka menyambut bulan purnama pada bulan kedelapan dalam kalender lunar. Acara yang berlangsung hingga 15 September ini mengangkat tema “Purnama di Molenvliet,” sebuah referensi historis terhadap kontribusi masyarakat Tionghoa di Jakarta sejak abad ke-17.

“Kami berharap festival ini dapat mempererat rasa kebersamaan dan menegaskan pentingnya keberagaman budaya di Jakarta,” ujar Ng Andre Hutama, perwakilan Pokdarwis Pecinan Glodok dalam keterangan yang diterima, Rabu (18/9).

Acara ini menampilkan kesenian seperti tari tradisional, liongsai, guzheng, parade lampion, hingga busana kebaya. Selain itu, pengunjung juga dimanjakan dengan suguhan seni silat dan musik angklung, yang memperkaya suasana festival.

Banyak pengunjung yang datang bersama keluarga, seperti Ai Siti, yang rela menempuh perjalanan panjang untuk menyaksikan pertunjukan. “Saya baru tahu tentang wayang potehi dari acara ini, dan sangat tertarik dengan keseniannya,” katanya.

Sanggar Budaya Rumah Cinwa turut berkontribusi dengan penampilan wayang potehi yang menjadi daya tarik bagi pengunjung muda. Festival ini pun semakin menegaskan pentingnya keberagaman budaya sebagai bagian dari identitas masyarakat Jakarta.

 

 

Komentar