Minggu, 28 April 2024 | 23:28
OPINI

Edukasi Bahasa Isyarat untuk Perkembangan Komunikasi yang Adil

Edukasi Bahasa Isyarat untuk Perkembangan Komunikasi yang Adil
Bahasa isyarat (Dok Pixabay)

Oleh: Annisa Dwi Rahma Gissela
Mahasiswi program studi Komunikasi Digital dan Media SV IPB University

ASKARA - Kedudukan penggunaan bahasa isyarat masih tergolong rendah sebagai salah satu cara berkomunikasi, dikarenakan bahasa isyarat hanya sering digunakan oleh sahabat disabilitas yang memiliki keterbatasan dalam mendengar ataupun berbicara. Faktor yang mempengaruhi jarangnya bahasa isyarat untuk digunakan adalah kemampuan masyarakat Indonesia yang mayoritas tidak menguasai atau bahkan tidak mengetahui apa itu bahasa isyarat. Hal tersebut menimbulkan isu perbedaan dan ketimpangan sosial dalam cara berkomunikasi di dalam masyarakat, terkhususnya untuk sahabat disabilitas.

Mengutip dari pernyataan Anies Baswedan pada debat capres (Calon Presiden) terakhir pada 4/2/2024 yang menyatakan bahwa “Membantu disabilitas itu bukan charity, tapi pemenuhan hak asasinya.” tuturnya.

Penggunaan bahasa isyarat berkorelasi dengan pemenuhan hak asasi yang sepantasnya mereka dapatkan, kita sebagai masyarakat dapat memulai dari memahami cara komunikasi yang mereka gunakan. Bahasa isyarat untuk mereka merupakan cara agar mereka bisa mengakses informasi dan juga berkomunikasi dengan satu sama lain.

**Urgensi Bahasa Isyarat di Indonesia**

Pernyataan Konvensi Hak Penyandang Disabilitas, No.19 Tahun 2011 Pasal 24 ayat 3, Perserikatan Bangsa Bangsa, menyatakan bahwa negara-negara wajib mengambil langkah-langkah yang tepat dan layak, termasuk menyediakan pembelajaran bahasa isyarat dan kemajuan identitas linguistik masyarakat disabilitas (Zulpicha, 2017). Indonesia sepantasnya merealisasikan hal tersebut untuk kemajuan sumber daya manusia bangsa, terutama dalam pemenuhan haknya.

Hadirnya berbagai macam sekolah inklusif yang menyediakan fasilitas untuk terciptanya keadilan untuk sahabat disabilitas merupakan wujud nyata usaha agar negara memberikan ruangan yang tersedia untuk mereka. Namun, berkomunikasi secara umum di kehidupan sehari-hari dengan sahabat disabilitas masih belum terpenuhi. Adanya keterbatasan atau kekurangan mereka dalam berkomunikasi bukanlah suatu hal yang seharusnya dijadikan perbedaan.

Kenyataan yang ada di lapangan justru berbeda dengan apa yang seharusnya dipenuhi oleh kita semua sebagai masyarakat yang hidup berdampingan dengan sahabat disabilitas. Stigma asing yang tertanamkan oleh masyarakat terhadap bahasa isyarat sangat melekat dengan hebat sehingga bahasa isyarat seringkali dianggap sebagai penghambat ataupun hal yang terlalu sulit untuk dipelajari atau diimplementasikan kepada kehidupan sehari-hari. Bahasa isyarat yang tergolong sangat penting untuk kaum disabilitas sangatlah dibutuhkan tetapi masyarakat yang berperan sebagai mayoritas masih belum mampu untuk menggunakannya.

**Menjunjung Tinggi Hak Asasi Dan Komunikasi Yang Adil Dan Setara**

Hubungan antara hak asasi dan keadilan dalam berkomunikasi harus ditekankan kembali, terutama di dalam keseharian masyarakat. Contoh yang ada di dalam masyarakat ada di kalangan anak-anak, sahabat disabilitas yang ditandai sebagai orang yang ‘dibedakan’ dikarenakan kekurangannya, ditandakan sebagai minoritas karena perbedaan yang signifikan dari anak-anak lainnya. Contoh tersebut memberikan perspektif tentang diskriminasi yang seringkali dialami oleh sahabat disabilitas, bahkan jika kita melihat dari sudut pandang lain pun banyak sekali hal tentang diskriminasi yang sering mereka alami di kehidupan sehari-hari mereka. Bahkan, masyarakat yang sekiranya hanya mengetahui bahwa seseorang itu adalah kaum disabilitas, perpektif masyarakat langsung menekankan bahwa seseorang itu adalah manusia yang ‘berbeda’.

Tak banyak masyarakat yang sadar bahwa kepentingan dalam mengerti tentang bahasa isyarat saja dapat menjadi langkah besar untuk mensejahterakan sahabat disabilitas yang membutuhkan kesetaraan dalam kehidupan mereka. Mempelajari bahasa isyarat yang sekedar kata sapaan, kata kerja, atau hanya mencoba mempelajarinya saja sudah merupakan cara dari kita untuk memenuhi hak asasi mereka yang seharusnya didapatkan sejak dahulu.

**Langkah Edukasi Bahasa Isyarat  Sejak Dini**

Satu langkah kecil untuk mengerti akan adanya bahasa yang menjadi salah satu cara untuk ssahabat disabilitas adalah memahaminya dan mempelajarinya sejak dini. Bahasa isyarat tentunya kurang diperkenalkan kepada masyarakat dikarenakan sahabat disabilitas tergolong sebagai minoritas yang ada. Pemberian pemahaman tentang elaktibilitas bahasa isyarat terlebih dahulu dapat menarik perhatian agar semakin tingginya rasa ingin tahu terhadap penggunaan bahasa isyarat tersebut. Masyarakat diharapkan untuk tumbuh dan terbiasa dengan adanya pembelajaran dan edukasi tentang bahasa isyarat.

Hadirnya berbagai macam sekolah inklusif yang menyediakan fasilitas untuk terciptanya keadilan untuk sahabat disabilitas merupakan wujud nyata usaha agar negara memberikan ruangan yang tersedia untuk mereka. Namun, berkomunikasi secara umum di kehidupan sehari-hari dengan sahabat disabilitas masih belum terpenuhi. Adanya keterbatasan atau kekurangan mereka dalam berkomunikasi bukanlah suatu hal yang seharusnya dijadikan perbedaan.

Melibatkan edukasi secara interaktif dapat memberikan kesempatan kepada sahabat disabilitas untuk berkolaborasi dengn masyarakat agar dapat memberikan sebuah pemahaman dan wawasan baru tentang bagaimana mereka berkomunikasi di kehidupan sehari-hari. Masyarakat tentunya hidup berdampingan dengan sahabat disabilitas, namun tak menutup kemungkinan bahwa keduanya sebagai manusia tidak membutuhkan satu sama lain. Halnya manusia sebagai makhluk sosial, ada keterbatasan apapun dalam berkomunikasi tidak menjadi alasan untuk tidak membutuhkan.

Penanaman pemahaman tentang adanya bahasa isyarat sudah termasuk sebagai pemenuhan hak asasi untuk teman-teman kita yang termasuk sahabat disabilitas. Memberikan mereka ruang kesempatan untuk bisa berkomunikasi dengan kita secara perlahan dapat menimbulkan kesetaraan dan keadilan yang perlahan-lahan terbentuk. Kesadaran dan tindakan tersebut dapat kita lakukan untuk menjalankan dan menumbuhkan sikap toleran, menghargai, dan menjunjung tinggi hak asasi berkomunikasi yang setara dan adil untuk semua. Implementasinya dapat menimbulkan dampak-dampak positif yang nantinya diharapkan menjadi pemicu perubahan agar sahabat disabilitas mendapatkan keadilan yang sama seperti masyarakat pada umumnya, terkhusus pada cara berkomunikasi.

Komentar