Rabu, 15 Mei 2024 | 21:29
NEWS

Prof. Syafii Antonio: Ramadhan Sebagai Transformasi Diri dan Perbaikan Negeri

Prof. Syafii Antonio: Ramadhan Sebagai Transformasi Diri dan Perbaikan Negeri
Prof. Dr. KH. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec

ASKARA – Pakar Ekonomi Syariah, Prof. Dr. KH. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec menyampaikan negeri Islam adalah negeri yang besar, negeri yang penduduknya 1,5 Miliar Global.  Menurutnya ini adalah satu maket yang luar biasa, Indonesia dan negara-negara OPEC, khususnya Timur Tengah adalah negara-negara yang mengusai energi dan sangat besar sekali dari sisi geneting nya.

Demikian dikatakan Guru besar bidang ekonomi syariah Institut Agama Islam (IAI) Tazkia itu dalam tausiyahnya pada acara puasa bersama dan silaturahmi ICMI dan KAHMI Bogor di  kediaman Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS, di Perumahan Villa Indah Padjadjaran, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3) malam.

“Akan tetapi, qadarullah negeri-negeri Muslim sekarang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Kalau kita melihat misalnya bagaimana Libya ada tiga pemerintahan, demikian juga Yaman masih tercabik-cabik. Kita juga melihat Pelestina  di Gaza dalam keadaan yang sangat berat. Demikian juga saudara kita di Rohingya, Khasmir, Masya Allah sangat berat,” ujar Prof. Syafii Antonio yang juga  anggota Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia  (MUI) dengan mengambil tema “Ramadhan Sebagai Transformasi  Diri Dan Perbaikan Negeri”.

Yang sangat ironi, katanya, negara-negara besar seperti Saudi Arabia, Mesir, Emirat Arab, Bahrain, sekarang sangat mengenaskan. Tidak bisa memakai shall Palestina dan tidak  aksi nyata yang konkrit terhadap Palestina. Yang pulang umroh pun ketika memakai shal juga bermasalah.  Begitu banyak yang kita kirim bantuan terhadap Raffah tetapi tidak bisa dibuka. Akhirnya saudara-saudara kita di Gaza menderita yang sangat luar biasa.

“Jadi saudara-saudara kita di Gaza hari ini puasa dalam keadaan dingin dan lapar. Itu yang sangat luar biasa. Mereka disuruh berhijrah ke Mesir. Ketika masuk tidak bisa keluar lagi. Sementara di negeri kita sendiri, Masya Allah kita melihat begitu banyak di Jabodetabek sebagai sentral metropolitan keadaan tidak terlalu tampak mengenaskannya,” tuturnya.

Tetapi jika kita masuk ke daerah Jawa Barat bagian selatan, Sukabumi selatan juga di Sumatera, Sulawesi dan daerah lainnya kemiskinan sangat terasa. “Kenapa kemiskinan begitu banyak? Buktinya Bansos masih laku. Karena kalau Bansos tidak laku berarti tidak ada lagi yang miskin,” ungkapnya.

Berapa jumlah miskin yang benar? Prof. Syafii menjelaskan menurut BPS hanya 25 juta orang.  Tetapi angka ini sesungguhnya kembali kepada satu patokan siapa yang menkonsumsi 210 kalori tidak miskin lagi. Atau jika dia punya uang 550 ribu per bulan, maka dia tidak miskin. “Jika memakai pedoman Bank Dunia, maka yang miskin di republik ini adalah 115 juta orang sekitar 40 persen. Ini adalah yang sangat berbahaya. Karena miskin harta berpotensi kepada miskin iman. Dan miskin ekonomi itu bisa menjadi satu yang sangat mudah untuk diombang-ambingkan,” kata suami dari Ir. Hj. Mirna Rafki, MM; Khadija El Khayati itu.

BACA JUGA: https://www.askara.co/read/2024/03/16/44131/perkuat-tali-silaturahmi-icmi-dan-kahmi-bogor-gelar-buka-puasa-bersama?preview=1

Ini, menurutnya, yang menjasdi konsen terutama bagi keluarga besar ICMI sebagai tanggung jawab intelektual, tanggung jawab moral juga tanggung jawab finansial. “Karena pepatah mengatakan bil fulusi lulus. Tanpa pulus kurus. Terus menerus kurus bisa mampus. Oleh karena itu harus mencari rezeki dengan ikhlas dan tulus agar nanti masuk Surga Firdaus, serta diridhai oleh Allah Rabulqudus,” sebutnya.

Apa peran yang bisa dilakukan oleh intelektual? Ternyata, paparnya, intelektual ini merupakan salah satu golongan yang sangat vital. Sesungguhnya kerusakan satu negeri itu karena rusaknya pemerintah, rusaknya satu negeri karena rusaknya ulama dan cendikiawan. Rusaknya cendikiawan karena mereka masih suka tergoda dengan kedudukan dan uang. “Ulama ini bisa menjadi penyeimbang, bisa juga menjadi penguat pemerintahan kalau dia bisa amar maruf nahi munkar. Tetapi ketika amar maruf nahi munkar itu terkendala dengan kedudukan , terkendala den gan posisi menjadi rector harus manut, kalau tidak bahaya,” ujar anggota Dewan Pengawas Syariah Bank Syariah Mandiri itu.

“Nah, banyak diantara kita ulama dan intelektualnya masih belum istiqomah. Kenapa? Tidak ada kemandirian tanpa ada finansial. Maka disinilah saya banyak mempelajari shirah Imam Abu Hanifah, Shirah Imam Malik, juga shirah para ulama-ulama pengusaha,” ujarnya.

Inilah yang harus kita tanamkan di keluarga besar ICMI bahwa kita adalah seorang intelektual  dan interpreneur. Hanya dengan itu maka kita akan punya satu keistikomahan. Kalau kita tidak mandiri secara finansial kita masih suka tergoda dengan posisi, maka selama itu kita tidak pernah amar maruf nahi munkar dengan baik. Akibatnya negeri ini tidak ada penyeimbang dan tidak ada watawa saubil haq watawa saubil shabr.

“Apakah ini berbahaya? Jawabanya sangat berbahaya. Imam Abu Hanifah dahulu ditawari untuk menjadi qadi, tetapi karena bentuknya koruptif akhirnya dia menolak kemudian dipenjara. Demikain juga Imam Syafii dapat satu fitnah bahwa karena cintanya kepada keluarga besar Rasulullah SAW dianggap Rafidah. Tetapi beliau bukan Syiah, tetapi cinta kepada keluarga besar Rasulullah SAW.Beliau sempat dipenjara juga, Alhamdulillah beliau selamat dari fitnah tersebur. Demikian juga Imam Ahmad bin Hambal sangat menegakkan bahwa Alquran itu adalah Qalamullah, Alquran itu adalah Azali dan dia bukan makhluk. Sementara penguasa waktu itu rada-rasa iseng membuat pengaturan yang sebenarnya tidak perlu diatur. Akhirnya beliau dipenjara juga. Demikian juga dengan Ibnu Taimiyah berasal  dari Kairo lalu pindah ke Damaskus memiliki murid yang sangat banyak dipenjara juga, karena beliau amar maruf nahi munkar. Tetapi di dalam penjara masih sempat nulis dengan kertas dan tinta sampai berjilid-jilid, saking luar biasanya ada 30 jilid. Hal ini, menunjukkan bahwa Scolarship dalam Islam ada pembela negeri,” papar Sarjana bidang Syariah dan Hukum, University Jordan, tahun 1990.

Ramadhan, jelas pendiri  Asuransi Takaful dan reksa dana syariah tersebut, bisa mengingatkan kembali kepada Islam, kembali ke halal. Dan hanya dengan itu negeri ini akan lebih baik. Dia mencontohkan, bukankah yang tidak kita makan ini adalah halal. Yang dilarang ini adalah yang halal semua. Tetapi Allah menjadikan yang halal ini dari jam 4.30 sampai jam 06.00 itu haram, tetapi setelah jam 06.00 hahal lagi.

Apa hikmah yang kita bisa lihat dari yang tadinya halal kemudian diharamkan oleh Allah untuk sementara. “Kata Allah, Aku sengaja menahan makanan yang halal untuk beberapa jam pada Ramadhan, agar setelah Idul Fitri kamu bisa menahan dari yang haram. Pertqanyaannya, setelah Ramadhan bangsa Indonesia korupsinya turun atau tidak? Apakah setelah Ramadhan di jalanana menjadi lebih disiplin atau tidak? Ternyata, Ramadhan itu belum banyak mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara. Seharusnya semangat Ramadhan ini yang membahana. Jadi, sesungguhnya Power of Ramadhan bisa menghemat anggaran Republik Indonesia,” katanya.

Bayangkan kalau kekuatan Allah melihat ini ada di BUMN, ada di pengadilan, ada di kantor pajak, ada di pemda, pas mau korupsi astaghfirullah, Allah melihat saya, ketika akan mengatur Sirekap astaghfirullah, Allah melihat. Ketika akan mealokasikan suatu anggaran yang bukan pada tempatnya, astaghfirullah. Apalagi jumlah korupsi di APBN kita sangat besar. Dahulu zaman Sumitro korupsinya 30 persen, sekarang korupsinya 50 persen. Tetapi korupsi itu ada beberapa level, yang paling rendah mencuri ayam. Kemudian yang menengah mengutak atik APBN-APBD.  “Tetapi ada korupsi yang lebih canggih yaitu korupsi kebijakan. Yaitu merubah undang-undang kebijakan untuk kepentingan pengusaha penguasa sehingga diuntungkan baginya. Contoh kasus pajak batu bara, aneh bin ajaib pajaknya bisa zero persen. Bayangkan berapa potensi pajak batu bara? Ternyata pajak batubara potensinya 1000 triliun, 1/3 APBN. Itu menjadi illegal,” ungkap Syafii Antonio.

Menurutnya, disinilah sesungguhnya bagaimana intelektual dan teknokrat menyadarkan bahwa sesungguhnya Ramadhan itu untuk menghindarkan yang haram. Baginda Rasulllah menegaskan, "Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agamanya dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya di sekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang  Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati “. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

“Sesungguhnya Ramadhan mengingatkan kita untuk halal oriented , semuanya berasal dari yang halal dan semuanya harus halal dan Insya Allah kita akan dihisab di yaumil qiamah. Mudah-mudahan kalau ini sudah terjadi saya takut, saya dilihat, saya harus amanah inilah transpormasi diri, transpormasi anggaran, transpormasi good government. Kalau sudah mentranspormasi diri kita mudah-mudahan negeri ini akan lebih baik. Dan ternyata peran intelektual itu menjadi sangat penting karena dia adalah pilar yang amar maruf nahi munkar dan dia adalah penyeimbang dari umaro, Rusaknya penduduk suatu negeri karena tidak amanahnya pemerintah dan rusaknya pemerintah karena rusaknya cendikiawan dan ulama, dan rusaknya cendikiawan karena masih tergoda dengan posisi dan kedudukan, masih tergoda dengan uang,” ujar Doktor Banking & Micro Finance, University Melbourne, Australia, tahun 2004.

Komentar