Jumat, 10 Mei 2024 | 06:17
NEWS

Khatib Jumat di Masjid Kalipasung Cirebon

Prof. Rokhmin Dahuri: Iman dan Takwa Kunci Kebahagiaan Hidup Dunia Akhirat

Prof. Rokhmin Dahuri: Iman dan Takwa Kunci Kebahagiaan Hidup Dunia Akhirat
Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS

ASKARA – Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan - IPB University, Prof. DR. Ir. Rokhmin Dahuri MS mengingatkan tentang memaknai kebahagiaan hidup dalam konsep Islam.

“Setiap manusia yang normal, setiap insan yang tidak mengalami gangguan jiwa pasti mendambakan  hidup untuk sukses dan bahagia. Tidak ada satupun di dunia ini manusia yang bercita-cita untuk hidupnya gagal,” ujar Prof Rokhmin Dahuri saat menjadi khatib Jumat di di Masjid Kalipasung Kecamatan Gebang, Cirebon, Jumat (12/1).

Kita seringkali memaknai kebahagiaan hidup dengan segala materi berlimpah dan kebutuhan yang jauh terpenuhi bahkan diatas kebutuhan dasar, tahta dan jabatan tinggi serta popularitas yang tersohor. Hal tersebut seringkali kita jadikan patokan seseorang sukses dan bahagia dalam hidupnya.

Sebagaimana kita saksikan di dalam belantara kehidupan ini pada dasarnya ada dua, yang muslim dan kafir. Untuk manusia yang kafir tentunya menggapai sukses dan bahagia yaitu dengan jalannya sendiri dengan jalan mencari harta, mencari tahta dan atribut-atribut dunia lainnya tanpa menghiraukan halal dan haram.

“Demikian juga ketika dia membelanjakan hartanya menggunakan power atau kekuasaannya pasti juga tidak menuruti kaidah-kaidah yang digariskan oleh Allah SWT,” sebut Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI itu.

Prof Rokhmin menegaskan bahwa dalam Islam konsep kebahagiaan dan kesuksesan hidup diukur dari keberkahan dan kemanfaatan hidup kita sendiri. Itu yang akan membuat kita tenang dan bahagia dalam hidup dan hal tersebut dapat kita capai dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Keimanan dan ketakwaan menurut Prof Rokhmin yang akan menuntun manusia menuju kebahagiaan sejati. Tidak menjadikan materi sebagai tujuan utama sehingga menghalalkan segala cara. Tentunya, bagi orang yang beriman yang  dimaksud kesuksesan dan kebahagiaan itu adalah bukan hanya di dunia tetapi juga memastikan diri di akhirat kelak yang lebih abadi, kita terhindar dari semua siksa kubur dan siksa neraka, kita pastikan diri untuk menjadi penghuni surganya Allah SWT.

“Buat kita muslim harus sangat gamblang bahwa untuk mencapai sukses dan kebahagian hidup kita turuti saja perintah Allah di dalam Alquran yaitu sukses dan kebahagian hidup dunia dan akhirat tidak lain dan tidak bukan adalah iman dan takwa,” tuturnya.

Tentunya, papar Prof. Rokhmin Dahuri, ada tiga alasan mengapa orang beriman bertakwa kepada Allah pasti akan mendapat kebahagiaan dan kesuksesan hidup. Alasan pertama, berdasarkan dalil naqli yang dituangkan di dalam Alquran. Kedua, alasan rasional, otak kita bahwa jalan iman dan takwa adalah kiat sukses dan kebahagiaan hidup. Ketiga, fakta impiris bahwa iman dan takwa membuat manusia baik secara individu maupun bermasyarakat hidup sukses dan bahagia.

Orang Bertakwa Tidak Pernah Merasa Miskin

Lalu apa hubungannya antara iman dan takwa dengan keberhasilan hidup manusia? Jawabannya, jelas Prod. Rokhmin  Dahuri, terletak pada definisi dan pengertian takwa itu sendiri. Allah melalui Alquran dan hadis mengajarkan bahwa takwa adalah melaksanakan setiap perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.

Mari kita lihat janji Allah didalam Alquran bagi orang beriman dan bertakwa sebagaiman Allah berfirman dalam QS. Ath-Thalaq (65) : 2-5, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya. Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu; barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya.”

Kemudian, Prof. Rokhmin Dahuri menguraikan. Pertama kita diberikan jalan keluar jika kita mendaptrkan kesulitan. Kedua rezeki yang datangnta tidak disangka-sangka. Ketiga, kecukupan hidup. Keempat, kemudahan dalam kehidupan kita. Kelima, kesalahan kita diampuni, kemudian pahala kita dilipatgandakan oleh Allah.

Pertanyaannya, kalau di dunia diberikan kesuksesan dan kebahagiaan bagi orang yang bertakwa, bagaiman di akhirat? Kita melihat Al Qur'an Surat Ali Imran ayat 133, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa."

Apalagi yang kita cari untuk beriman dan bertakwa kepada Allah. Itu adalah janji Allah untuk manusia secara individu, bagi orang yang beriman dan bertakwa akan sukses di dunia dan di akhirat. Alquran menerangkan jika penduduk negeri beriman dan bertakwa, maka Allah akan melimpahkan berkah dari langit dan bumi. 

“Dalam tafsir Surah Al-A'raf Ayat 96 dijelaskan bahwa jika penduduk negeri beriman kepada agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, maka Allah akan melimpahkan kepada mereka kebaikan yang banyak,” terang Prof. Rokhmin Dahuri.

Pemimpin Beriman dan  Bertakwa

Pada kesempatan tersebut, Prof Rokhmin mengingatkan, menjelang Pemilu pada bulan Februari 2024 harusnya masyarakat kita bagi yang muslim memilih pemimpin yang programnya nanti membuat orang Indonesia beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Selain itu kebijakannya itu harus memastikan bahwa jalan kemungkaran, jalan kemaksiatan harus ditutup rapat-rapat. 

“Itulah dalil yang diinformasikan oleh Allah langsung di dalam ayat-ayat Alquran. Lalu alasan rasioanl kita orang yang beriman dan bertakwa itu hidupnya pasti sukses dan bahagia di dunia dan akhirat,” kata Ketum Peguyuban Dulur Cirebonan Ciayumajakuning (Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan).

Karena kita merujuk dari definisi takwa itu. Bahwa takwa menurut jumhur para ulama definisinya adalah mengerjakan perintah Allah dan menjauhi seluruh laranganNya. Selain itu bahwa takwa berarti seluruh kemampuan kita harus mencegah jalannya maksiat dan kemungkaran, sebaliknya memudahkan individu dan masyarakat untuk berbuat hal-hal yang positif, amal saleh menurut koridor Allah. 

Maka yang harus kita ingat sebagai Muslim adalah perintah Allah itu bukan hanya ibadah mahdhah (salat, ibadah haji, dzikir, dan membaca Al-Qur’an); tetapi juga ibadah ghaira mahdhah (hablum minnas), seperti menuntut dan menguasai IPTEK, jujur, berkerja keras, menyayangi sesama makhluk, dan amal saleh muamalah lainnya.

Takwa di dalam Islam juga mencakup ha-hal ibadah yang sifatnya hablul minannas. termsuk menuntut ilmu, mencintai ilmu dan menebarkan ilmu. Ilmu bukan hanya bersifat fradhu ain tetapi juga ilmu-ilmu yang sifatnya fadhu kifayah, seperti dibidang teknologi kelautan 

“Sungguh ironisnya ketika hampir seluruh bidang kehidupan menurun, seperti bidang teknologi, ekonomi, dan di bidang hankam. Kita menjumpai suasana yang sangat ironis. Saudara-saudara kita lebih 50 ribu dibunuh oleh zionis Israel.,” tandasnya.

Soal bekerja keras, hampis seluruh Negara-negara muslim produktifitas tenaga kerjanya rendah sekali. Prof. Rokhmin Dahuri menegaskan, ayat-ayat Alquran yang mendorong umat Islam untuk menguasai sains teknologi dan inovasi dan diamalkannya untuk kebajikan umat manusia bukan untuk diri sendiri. Selain itu, katanya, umat Islam juga diperintahkan untuk bekerja keras. Allah SWT dan Rasulullah mencintai manusia yang bekerja keras dan pantang menyerah.

Sayangnya, kata Prof. Rokhmin Dahuri, umat Islam malas. Padahal, ungkapnya, Rasulullah SAW mencintai sahabatnya Sa’ad bin Mu’adz Ra, karena kedua tangannya lebam. Ketika bersalaman, terasa oleh beliau Nabi Muhammad SAW telapak tangan Mu’adz yang kasar karena habis bekerja memahat batu lalu dijual untuk menafkahi keluarganya. Mendengar itu Rasulullah SAW mencium tangan Sa’ad bin Mu’adz Ra dan bersabda, “Wallahi, tangan ini dicintai Allah dan RasulNya dan tidak akan disentuh api neraka!” 

“Subhanallah, begitu mulianya akhlak Islam menghormati orang-orang yang produktif bekerja keras secara halal untuk menafkahi dirinya dan keluarganya. Faktanya sekarang kita rendah dibidang produktifitas,” ujar Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020 – Sekarang

Disamping itu, kata Prof. Rokhmin Dahuri, kita dibidang ukhuwah Islamiyah juga rendah, padahal kesatuan dan persatuan Islmiyah sangat dianjurkan dalam Islam. Kemudian alasan empiris, pada saat umat Islam menjalankan Islam secara kaffah tidak pilih-pilih secara sekular dan itiba menurut Sunah Rasulullah, maka umat Islam mengalami apa yang dinamakan masa Kejayaan Umat Islam (Golden Age), yakni potret kehidupan masyarakat dunia yang maju, adil-makmur.

Ketika umat Islam pernah mencapai kejayaannya saat Fathu Mekkah atau Pembebasan Mekkah pada 630 M dan abad ke-7 hingga abad ke-17, tidak ada satu pun penduduk khilafah Islam yang miskin. Bahkan, zakat, infak, sedekah, dan iptek diekspor ke seluruh penjuru dunia. “Hampir seluruh iptek modern dari zaman revolusi industri sampai sekarang berasal dari karya-karya monumental ilmuwan muslim di era kejayaan umat Islam,” kata Anggota Dewan Penasihat Ilmiah Internasional Pusat Pengembangan Pesisir dan Laut, Universitas Bremen, Jerman itu. 

Pada saat umat Islam menjalanlan ketakwaan secara kaffah dan itiba maka berkembangkanya sains dan teknologi. Hampir semua ilmu pengetahuan yang saat ini asalnya dari penemuan Muslim, ulama, lmuan yang besar. Hampir semua ilmuwan juga sekaligus sebagai ulama yang zuhud. Tidak sedikit ilmuwan pada masa itu juga hafidz Al-Qur’an yang saleh.

Contohnya adalah Al-Khawarizmi (ahli Matematika, Astronomi, dan Geografi); Ibnu Sina (Kedokteran, dan Mekanika); Ibnu Khaldun (Ilmu Tata Negara); Ibnu Firnas (Aeronotika, Pesawat Terbang); Ibnu Batutah (Kelautan); Al-Khazini (Mekanika, Fisika, dan Hidrostatika); Al-Haytham (Optik, Lensa); AL-Jazari (Mesin Pompa Air, dan dikenal sebagai Father of Robotics); Ridwan Al-Sa’ati (the Big Water Clock pada 1250 M, yang menginspirasi pembangunan jam raksasa Big Ben di London pada 1859 M); Al-Muqaddasi (Tidal Power, Wind Power, dan Steam Power); Taqi Al-Din (Steam Turbine); dan Imam Syafii (Matematika) (Dan Donald R. Hill, 1986; Qureshi, 2007).

“Alasan inilah yang menjadikan umat islam optimis dan bangga, menjadi ceria, menjadi Rahmatan lil alamin. Masyarakat dan bangsanya menjadi baldatun toyyibatun,” ujar Guru Besar Kehormatan Mokpo National University, Korea Selatan itu.

Komentar