Jumat, 03 Mei 2024 | 18:33
OPINI

Menilik Integritas Kepemimpinan Retno Marsudi Sang Menteri Luar Negeri Perempuan Pertama Indonesia

Menilik Integritas Kepemimpinan Retno Marsudi Sang Menteri Luar Negeri Perempuan Pertama Indonesia
Retno Marsudi sang Menteri Luar Negeri perempuan pertama Indonesia (Dok Kemenlu RI)

Oleh: Joice Margareta *

ASKARA - Efektivitas pemimpin, sebagai figur dengan peran paling signifikan dalam organisasi atau lembaga, sangatlah bergantung pada etika dan integritas yang ditampilkannya. Lebih dari sekadar mengatur dan mengendalikan anggota, pemimpin juga diliputi sederet tuntutan sebagai representasi dari organisasi ataupun lembaganya, yang secara otomatis akan berimplikasi terhadap reputasi dan citra organisasi atau lembaganya. Akibatnya, dalam konteks kepemimpinan, integritas bermakna fundamental dan krusial dalam menciptakan pengaruh serta mewujudkan visi dan misi organisasi.

Kepemimpinan yang beretika dan berintegritas.

Seorang pemimpin akan selalu menjadi pusat perhatian, pedoman, dan acuan bagi anggota dalam organisasi. Apapun yang diputuskan atau dilakukannya akan selalu menjadi referensi bagi para anggota dalam bertindak (Gea, 2014). Sebagai konsekuensinya, pemimpin dituntut dapat memberikan petunjuk dan gambaran yang ideal, sehingga apa yang diteladani oleh para anggotanya haruslah bersumber pada etika dan integritas yang tertanam dalam diri pemimpinnya.

Terlepas dari realitas seorang pemimpin sebagai wujud representasi dari organisasi ataupun lembaga, bagaimanapun, integritas yang dimilikinya merupakan sesuatu yang terbentuk dan tercipta secara personal pada diri individu, bukan pada kelompok maupun organisasi. Kepemilikan integritas pada hakikatnya berasal dari dalam individu sang pemimpin, telah menjadi atribut individu dan tidak dapat dilepaskan begitu saja. Integritas ibarat cerminan dari karakter dan moralitas seseorang, maka ketika pemimpin menunjukkan integritas, sama artinya dengan membangun kepercayaan yang mendalam kepada para pengikutnya.

Menurut Becker (1998) “Integrity is commitment in action to a morally justifiable set of principles and values.” Dalam pengertian ini, integritas dimaknai sebagai lambang konsistensi antara kata dan tindakan, kejujuran, dan sportivitas yang terinternalisasi dalam diri pemimpin. Integritas juga berlaku sebagai modal bagi pemimpin mewujudkan kepemimpinan yang etis dan ideal. Serta keberadaan integritas juga berhubungan erat dengan standar-standar moral dan kejujuran intelektual yang menjadi kerangka tingkah laku kita (Bennis, 2019).

Karir yang berawal dari Integritas

Terlahir dari keluarga sederhana, Retno Lestari Priansari Marsudi berhasil membuktikan bagaimana kompetensi dan merit menjadi modal utama dalam merintis karir dan memperoleh kesuksesan, tetap relevan hingga saat ini. Pengabdiannya pada kementerian luar negeri kini telah berlangsung selama kurang lebih 31 tahun, bahkan sejak dirinya masih mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan, beliau telah terpilih sebagai salah satu penerima rekrutmen langsung diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri pada saat itu. Kinerjanya yang baik, menuntunnya pada posisi-posisi yang kian strategis dalam Kementerian Luar Negeri.

Bukan tanpa hambatan dan tantangan, dunia diplomasi yang kental dengan dominasi oleh laki-laki, tentunya menimbulkan kekhawatiran bagi Bu Retno sebagai perempuan dalam meneruskan karir hubungan luar negerinya. Kendati demikian, kepiawaian dalam berdiplomasi dan mengatur hubungan luar negeri yang terpancar dalam dirinya, menjadi semangat bagi beliau dan sekitarnya untuk terus mendukung karir diplomatnya, yang juga merupakan cita-cita kecilnya.

Dalam usianya yang masih 38 tahun, beliau telah menjadi Direktur Kerjasama Intra dan Antar Regional Amerika dan Eropa di tahun 2001-2003, yang selanjutnya menuntunnya untuk dipromosikan sebagai Direktur Eropa Barat. Empat tahun berselang, beliau kemudian menjabat sebagai duta besar, dan memperoleh gelar duta besar perempuan pertama Indonesia untuk kerajaan Belanda tahun 1997-2001.

Tak hanya sekadar memenuhi tanggung jawab karirnya saja, dedikasi beliau bagi kementerian luar negeri memang tidak dapat diragukan. Nampak dari sejumlah prestasi serta pencapaian yang berhasil diperolehnya selama menjabat, Mulai dari penghargaan Order of Merit dari Raja Norwegia pada 2011, yang diperolehnya saat sebelum menjadi menteri, yang juga menjadikannya orang Indonesia pertama yang memperoleh penghargaan tersebut. Hingga menjadi "The Best Ambassador" dalam penghargaan Certificate of Merit yang diadakan oleh majalah Diplomat Magazine pada tahun 2015.

Setelah 22 tahun masa abdi Retno Marsudi teruji di Kementerian Luar Negeri, tahun 2014 Retno kemudian dilantik sebagai Menteri Luar Negeri RI, sekaligus mencatat sejarah menteri luar negeri perempuan pertama di Indonesia.

Dalam jabatannya sebagai menteri luar negeri, Retno Marsudi menjadikan urusan perlindungan terhadap warga negara termasuk buruh migran Indonesia sebagai salah satu prioritasnya (Anita, 2021).

Harus diakui, beliau memiliki empati sekaligus semangat yang luar biasa dalam membantu para WNI yang menghadapi masalah ketenagakerjaan dan keimigrasian, terlebih lagi mengingat fakta, buruh migran yang mayoritas adalah perempuan. Sebagai bagian dari Kementerian Luar Negeri, untuk menyediakan perlindungannya terhadap warga negara secara total, seperti memberikan pendampingan misalnya kepada warga negara yang mengalami kendala secara hukum, hingga benar-benar teratasi.

Terus terjaga oleh integritas

Kini, Retno Marsudi masih terus aktif melaksanakan tugasnya dalam mengatur dan membela urusan luar negeri Indonesia pada periode yang kedua sebagai Menteri Luar Negeri. Atas dedikasi dan integritasnya. Kinerjanya selama satu periode silam berhasil memperoleh kepercayaan dari presiden, untuk yang kedua kalinya melanjutkan legasi dan tanggung jawab dalam berdiplomasi di kancah internasional.

Dari kiprah yang telah beliau torehkan, memberikan gambaran bagaimana Retno merintis karirnya dari tingkatan demi tingkatan secara penuh melalui integritas dan kompetensi. Hal ini membuktikan bahwa sukses berkarier dan integritas pada dasarnya adalah sesuatu berjalan secara beriringan, atau “Integrity is a top leadership attributes” (Aualawi, 2022) benar adanya. Sama dengan apa yang Bu Retno berhasil lakukan, seseorang yang memiliki integritas dapat menunjukkan bahwa mereka membuat pilihan-pilihan etis dalam kehidupan kerja mereka tiap hari. (Gea, 2014)

Dari integritas yang aktif dipromosikan melalui melalui sikap dan tindakan pribadi mereka, menuntunnya pada kepercayaan dan komitmen pada kesempatan-kesempatan baru. (Gauss, 2000) Integritas dan akuntabilitasnya, menjadi motivasi dan inspirasi bagi sistem serta anggotanya di Kementerian Luar Negeri untuk terus mengutamakan kompetensi dan merit, serta menjaga kualitas yang baik tersebut dengan menginternalisasikannya sebagai bentuk integritas.

Mustahil bagi pemimpin untuk bertahan dan memperoleh dukungan serta kepercayaan tanpa integritas. Sebab integritas menciptakan fondasi yang kokoh untuk kepemimpinan, sehingga pemimpin dapat mengatasi berbagai tantangan dengan integritas sebagai pemandu.

Menjadi sosok yang mewakili bangsa dan negara di dunia internasional bukanlah persoalan yang mudah, apalagi ditambah dengan kenyataan dominasi gender dalam profesinya ini. Dengan menjadikan integritas sebagai landasan, pemimpin dapat menjadi panutan yang kuat dan memberikan dampak positif yang berkelanjutan dalam organisasi atau komunitas yang dipimpinnya. Seperti yang terjadi pada Retno, keputusan untuk terus berjuang dan berusaha demi negaranya, pada akhirnya berhasil membawa beliau pada posisinya sebagai menteri hingga hari ini.

 

* Mahasiswa FIA Universitas Indonesia

 

 

Komentar