Senin, 29 April 2024 | 09:10
OPINI

Peradaban Islam Di Nusantara Dibangun Oleh Empat Pilar

Peradaban Islam Di Nusantara Dibangun Oleh Empat Pilar
Kanjeng Senopati

Oleh: Kanjeng Senopati *)

ASKARA - Masa kejayaan bangsa Nusantara dan memiliki identitas diri justeru pada masa pemerintahan raja sultan.

Bahwa perkembangan Peradaban Islam di Nusantara pada masa monarki (sebelum kemerdekaan) telah mengangkat derajat dan kejayaan bumi Nusantara di dunia.

Karena Peradaban Kerajaan Nusantara itu dibangun oleh para Ulama sebelum kemerdekaan.

Misalnya munculnya Mataram Islam itu berawal dari Bondan Kejawan (putranya raja Majapahit Prabu Brawijaya V). Yang berputra Ki Getas Pendowo. Beliau dipanggil Ki karena orang jawa kuno panggil Kyai  dengan Ki. Karena beliau adalah seorang tokoh _ulama Ahlus Sunnah kemudian memiliki putra bernama _Kyai Ageng Selo.

Kemudian Kyai Ageng Selo berputra Kyai Ageng Henis (adalah tokoh ulama besar termasuk dalam barisan masa Walisongo). Kemudian berputra Kyai Ageng Pamanahan dan kemudian berputra Panembahan Senopati dstnya..

Tokoh tokoh ulama keturunan Prabu Brawijaya V ini sebelum membangun sebuah tempat tinggal, pendopo dan kaputren mereka membangun masjid dahulu sebelum membangun keraton.

Jadi keturunan raja-raja Mataram Islam adalah keturunan para ulama besar Ahlus Sunnah Wal Jama'ah perpaduan dengan golongan bangsawan kerajaan Majapahit. Maka terbentuklah peradaban Kerajaan Nusantara dibangun melalui Tiga Pilar. Yaitu :

1. Masjid
2. Keraton
3. Pesantren

Kemudian pada masa Mahardikan (setelah kemerdekaan) atau masa milenial atau jaman modernisasi peradaban Islam di Nusantara dibangun melalui empat pilar (ditambah satu pilar) yaitu :

1. Masjid
2. Keraton  
3. Pesantren
4. Kampus.

Itulah Empat Pilar sumber Kekuatan Umat Islam Indonesia yang sampai hari ini telah memajukan dan memuliakan peradaban bangsa kita di bumi Nusantara. 

Ke Empat Pilar itu adalah simpul kekuatan Islam dan sumber kekuatan peradaban Nusantara di negeri ini. Adalah aset bangsa dan merupakan komponen strategis  didalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang berakhlak dan berbudaya. 

Empat Pilar ini adalah aset kejayaan bangsa dan modal bangsa ini menuju Indonesia baru dan jaya. 

Tidak akan jaya, kuat dan menjadi bangsa yang besar dan disegani jika salah satu pilar tersebut dihilangkan atau dikebiri.

Bila salah satu simpul atau pilar kekuatan Umat Islam Itu lepas atau dihilangkan maka satu persatu akan lepas pula seluruh simpul kekuatan Umat Islam di nusantara. Dan otomatis akan  runtuh dan punahlah seluruh peradaban kaum pribumi di Nusantara.

Harusnya pemerintah ini peduli, tanggap dan meng-apresiasi modal-modal aset bangsa seperti ini. 

Bertanggung jawab untuk mengawalnya dan melindunginya. Karena dari Empat Pilar inilah yang akan mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan landasan UUD 45  yang telah menanamkan  edukasi ilmu, akhlak, adab, budi pekerti luhur.

Kewajiban penguasa pemerintah untuk mengembangkan dan mensuport Empat Pilar tersebut dalam rangka mewujudkan generasi masyarakat Nusantara Madani yang bereligius dan berbudaya.

Peranan para Ulama dan Kerajaan sangat membantu pemerintah RI dalam "revolusi akhlak dan mental" dalam membentuk manusia Nusantara seutuhnya yang berilmu, berakhlak, bermoral dan berkepribadian luhur. 

Adalah kekeliruan besar bila pemerintah mulai mensikapi simpul pesantren dan keraton malah dicurigai, dibatasi, dimarginalkan dibelenggu dan kerdilkan.

Karena perkembangan dakwah Islamiah dan kebangkitan Kerajaan Nusantara dipandang sebagai ANCAMAN negara. Dengan "alasan underdog" membendung paham _radikalisme pada pesantren)_ dan feodalisme (pada kerajaan).

Karena Peradaban bangsa Nusantara ini di bidani dan bertumpu pada Empat Pilar tersebut, jika hilang salah satunya saja maka akan labil bangsa ini dan akan hilang peradaban bangsa ini.

Ada upaya rezim sekuler yaitu pemerintah oligarki  untuk mengkooptasi dan mengkebiri salah satu atau keempat Pilar tersebut. Ini namanya penghianatan penguasa pemerintah terhadap nilai asset budaya bangsa dan komponen bangsa Nusantara.

Jika empat Pilar itu telah terkooptasi, diibelenggu dan dikerdilkan oleh kekuasaan pemerintah maka HABISLAH garda dan benteng terdepan bangsa ini yaitu kekuatan Umat Islam di Nusantara ini sebagai kekuatan komponen cadangan didalam Sishankamrata. 

Komponen Umat Islam dibelenggu maka jangan harap negeri ini bisa stabil, kuat dan memiliki marwah dihadapan asing musuh-musuhnya.

Bila pemerintah sengaja mengkooptasi maka bisa dipastikan peradaban luhur Islam di nusantara akan semakin luntur dan punah. Jika peradaban Islam luntur maka pasti berimbas kepada Kerajaan Nusantara juga akan punah. 

Maka jangan merasa bangga Indonesia bisa menjadi negara maju dan mengakui sebagai bangsa yang besar dan berbudaya jika tanpa ada perananan peradaban Islam dinegeri ini. 

Jika peradaban Islam di negeri Nusantara punah maka otomatis akan punah pula peradaban Kerajaan di seluruh Nusantara. Dan endingnya akan punah pula peradaban kaum pribumi bangsa Nusantara, seperti nasib kaum Melayu yang terjadi di Singapura.

Maka tidak akan ada lagi yang patut dibanggakan bagi Indonesia sebagai bangsa yang disegani bagi pihak asing bila  dua elemen peradaban yaitu Kerajaan dan Pesantren (raja dan ulama) itu dikerdilkan, kecuali nama Indonesia atau Nusantara bakal hilang dari peta dunia alias not found !

 

Komentar