Jumat, 03 Mei 2024 | 08:12
COMMUNITY

Mengusung Kembali Tema Islamophobia Dalam Perayaan Lima Abad Kota Jakarta

Mengusung Kembali Tema Islamophobia Dalam Perayaan Lima Abad Kota Jakarta
Perayaan Menjelang Lima Abad Usia Kota Jakarta

ASKARA - Semarak Aspirasi  pada HUT Jakarta ke-496 kini memiliki beragam suku dan etnis serta berbagai agama sehingga mengukuhkan Jakarta mempunyai identitas kota Metropolitan dengan gaya hidup masyarakatnya yang modern. Demikian ungkap Bunda Wati Imhar Burhanudin, selaku Ketua Aspirasi yang menjadi motor utama Aktivis Emak-emak dari berbagai usia yang tergabung bersama dalam organisasi kaum perempuan yang terbilang militan ini.

Aspirasi sendiri sebagai organisasi sosial tidak cuma mengkritisi kebijakan pemerintah, tapi juga mengembangkan usaha ekonomi bersama masyarakat. Seperti tampilannya kali ini, 25 Juni 2023 yang dikaitkan dengan  acara peringatan hari jadi kota Jakarta yang bermula dari sebutan Jayakarta itu, konon diunduh dari nama Dewanggari atas pemberian masyarakat Demak dan Cirebon ketika berada dibawah komando Fatahillah atau yang acap disebut juga dengan nama Faletehan ketika berhasil menduduki Sunda Kelapa pada 22 Juni 1527 dari cengkeraman bangsa Portugis. Tapi jauh sebelumnya, perjalanan sejarah kota Jakarta telah mengalami beberapa pergantian nama. Mulai dari Sunda Kelapa 1397-1527, hingga Jayakarta pada 1527-1619 lalu menjadi Batavia pada 1619-1942 kemudian resmi disebut Jakarta pada tahun 1942 sampai sekarang.

Konon ceritanya, pada tahun 2024 status Jakarta sebagai Ibu Kota Negara kelak akan diboyong ke Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Hingga yang tersisa mungkin hanya tinggal sebutan untuk Ibuku Kota DKI Jakarta saja.

Sebagai kota Metropolitan yang terbilang sangat pesat perkembangannya, bisa dipahami bila Jakarta mempunyai banyak potensi yang berasal dari daerah yang tumplek-pek semua di Jakarta.  Mulai dari manusia yang cerdas dan pintar, pengusaha yang kuat dan hebat di daerah, semua menjadikan Jakarta sebagai tumpuan utama. Maklumlah, semua petinggi di Republik ini adanya juga hanya di Jakarta.

Kalau pun Jakarta dapat dikata sebagai salah satu kota Melting pot -- pusat meleburnya berbagai jenis masyarakat yang berasal dari berbagai suku bangsa dan ras dan beragam etnis dengan wujud serta keberagaman agama, maka phobia terhadap  perbedaan agama, suku, ras, etnis dan kebangsaan tidaklah wajar masih terus terjadi sampai hari ini.

Setidaknya, tema sampiran yang dibawa Aspirasi Emak-emak pada perayaan HUT Jakarta ke-496 tahun ini adalah "15 Maret 2022 menjadi hari anti Islamophobia dunia dapat segera dijadikan hari libur nasional bagi Indonesia. Dasar pijakannya adalah resolusi PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa, United Nation) pada 15 Maret 2022 yang telah menjadikan tonggak sejarah "Hari Internasional Melawan Islamofobia". Sehingga Jakarta bisa diharap menjadi kota yang lebih ramah dan damai bagi pemeluk agama di Indonesia. Atau yang lebih populer disebut The Internasional Day to Combat Islamophobia", tandas Wati Imhar Burhanudin saat memandu kegiatan peserta pawai, jalan sehat, senam, fashion show dan acara baca puisi serta do'a bersama untuk Babe Riduan Saidi, tokoh masyarakat Betawi, yang gigih memperjuangkan Islamophobia di Indonesia semasa hidupnya bersama Aspirasi. Dan acara  Car Free Day disepanjang jalan Thamrin hingga ujung Sudirman, Minggu pagi, 25 Juni 2023. 

Begitulah acara Aspirasi dalam perayaan HUT  Kota Jakarta ke-496 yang diisi dengan beragam kegiatan bersama 1000 Emak-emak dan 1000 pemuda Jakarta.

Ketua Panitia, Kartini Wulandari didampingi  oleh Jatiningsih selaku Penasehat Aspirasi memandu anggota panitia, Dedy Mahe, Santi Mia Sipan, Nina, Jeanny, Engna, Diah, Nuning, Nesia, Yanti Bintara, Nia, Indah, Arma, Imey, Linda, Dr. Jovial, Marlina, Ain, Murni, Woelan,  Fransisca, Tris, Hetty, Purwa, Naysaroh, Riya', Bagus Mulyono,  Ida Saidah, Madi Ramadi, Arman, Sambil, Ratna, Zurai, Hadi dan Ja'far serta Riya. Diharapkan dari acara Aspirasi yang kedua kali ini -- setelah aksi pertama Islamophobia dari Aspirasi pada 15Maret 2022 silam -- kali ini kembali digaungkan upaya memperjuangkan Islamophobia agar setiap tanggal 15 Maret menjadi Hari Libur Nasional yang resmi di Indonesia, imbuh Jatiningsih dalam sambutan resminya di Panggung Terbuka Taman Sumenep, Jakarta. (Jacob Ereste)

Komentar