Rabu, 15 Mei 2024 | 23:54
NEWS

Lucy Kurniasari Tekankan Pentingnya Toleransi Beragama di Indonesia

Lucy Kurniasari Tekankan Pentingnya Toleransi Beragama di Indonesia
Anggota MPR RI Lucy Kurniasari
ASKARA  – Di Indonesia ada enam agama yang diakui negara, yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Keberadaan enam agama itu menciptakan corak yang berbeda, mulai dari kitab suci, tempat ibadah, dan hari besarnya.
 
Karena itu, keberagaman dalam beragama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dihindari. Setiap umat beragama mau tidak mau harus mengakui dan menghormati agama lain. Hal itu dapat diwujudkan kalau setiap umat beragama tertanam sikap toleransi.
 
Demikian disampaikan Anggota MPR RI Lucy Kurniasari saat melakukan Sosialisasi Empat Pilar di Balong Bendo, Sidoarjo, beberapa waktu lalu yang dihadiri oleh 150 orang ini.
 
Menurut Lucy, toleransi beragama merupakan sikap saling menghormati, saling menghargai setiap keyakinan orang, tidak memaksakan kehendak, serta tidak mencela, ataupun menghina agama lain dengan alasan apapun.
 
"Sikap demikian tercermin pada sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ini memberi kebebasan kepada setiap individu atau warga negara untuk meyakini kepercayaannya masing-masing, menjalankan ajaran agamanya, dan menjunjung tinggi keyakinan umat lain," kata Ketua DPC Partai Demokrat Kota Surabaya ini.
 
Karena itu, tutur Lucy, sila pertama Pancasila pada dasarnya menanamkan toleransi kepada setiap warga negara Indonesia. 
 
"Warga negara yang toleran seharusnya tidak akan mengganggu aktifitas agama warga lain, tidak merusak tempat ibadah, dan tidak mengganggu keyakinan orang beragama," jelas Lucy.
 
Lucy menerangkan, toleransi beragama berarti setiap orang memiliki persamaan hak dan harus diperlakukan sama dalam hidupnya demi kedamaian, kenyamanan, dan kesejahteraan bersama.
 
Lucy mengatakan, toleransi beragama seperti itu bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. 
 
"Misalnya, bergaul dengan semua orang tanpa membedakan kepercayaan masing-masing, menghargai dan memberikan kesempatan kepada teman yang berbeda agama tanpa ada diskriminasi," sebut Anggota Komisi IX DPR RI ini.
 
"Saat umat Islam berpuasa, umat agama lain tidak mempertontonkan makan dan minum di depan umum. Ini mencerminkan toleransi beragama antar umat bergama," sambung Lucy.
 
Lucy menyebut, toleransi beragama itu juga dapat dilihat dalam satu agama. 
 
"Hal itu ditunjukkan saat lebaran yang baru saja kita laksanakan.
Muhamadiyah misalnya, menetapkan lebaran pada 21 April 2023, sementara pemerintah melalui Menteri Agama menetapkan Lebaran pada 22 April 2023," ungkap Ning Kota Surabaya 1986 ini.
 
Meskipun berbeda dalam menetapkan Lebaran, lanjut Lucy, namun para pengikut Muhamadiyah dapat melaksanakan ibadah Sholat Ied dengan tenang, aman, dan nyaman. 
 
"Pemerintah juga menyampaikan selamat menunaikan Lebaran kepada Muhamadiyah.
Sebaliknya, Muhamadiyah juga tetap menghormati sesama muslim lainnya yang masih menjalankan ibadah Puasa. Muhamadiyah tidak melakukan makan dan minum bersama di depan umum," papar Lucy.
 
Legislator asal Dapil Jatim 1 ini pun memberikan contoh indahnya toleransi apabila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
 
"Menghargai dan menghormati perayaan hari besar keagamaan umat lain; memberi rasa aman kepada umat lain yang sedang beribadah; menjaga silaturahmi dengan tetangga yang berbeda agama; dan menolong tetangga beda agama yang sedang kesusahan," tutup Lucy Kurniasari.

Komentar