Jumat, 26 April 2024 | 00:27
OPINI

Perbedaan Kain Jarik Dengan Batik

Perbedaan Kain Jarik Dengan Batik
Dalam kegiatan budaya nya KRH Aryo Gus Ripno selalu memakai kain jarik. Motif kesayangan nya ialah Kain jarik Wahyu Temurun sebab bagus di pakai dalam busana adat jawa / keraton

Oleh : KRH Aryo Gus Ripno Waluyo, SE, SPd, S.H, C.NSP, C.CL, C.MP *)

ASKARA - Kain jarik adalah salah satu jenis kain khas Indonesia yang berasal dari pulau Jawa. Pada umumnya, kain jarik ini banyak dipergunakan oleh warga masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kain jarik ini juga mempunyai motif batik dengan beragam corak.

Jarik sendiri juga memiliki makna, yakni aja gampang sirik di dalam bahasa Jawa dan arti di dalam bahasa Indonesia, yakni jangan mudah iri. Kain jarik merupakan istilah ataupun simbol tentang status sosial di zaman dahulu. Kain khas daerah Jawa seringkali dimanfaatkan untuk acara-acara sakral ritual adat Jawa.

Artinya jangan mudah iri terhadap orang lain. Selain itu juga menanggapi segala masalah yang terjadi mesti berhati-hati dan tidak grusa grusu apalagi emosional. Jarik digunakan selalu dengan cara diwiru yaitu ujungnya diwiru sedemikian rupa.

Kini jarik hanya digunakan pada saat hari pernikahan dan acara-acara di keraton. Dulu, masyarakat Jawa menggunakan kain Indonesia ini dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari dipakai sebagai bawahan, alas tidur bayi, alat gendong bayi, hingga alas dan kain penutup untuk orang meninggal.

Jarik merupakan pakaian adat Jawa berwujud sebuah kain panjang yang dikenakan untuk menutupi tubuh hingga sepanjang kaki. Jarik sendiri berarti serik atau tidak mudah iri dengan orang lain. Sifat iri hati hanya akan membuat rasa emosional atau buru-buru dalam menanggapi segala permasalahan hidup.

Memosisikan kaki kiri di depan kaki kanan. Tujuannya agar nantinya ketika wanita berjalan, caranya berjalan masih terlihat nyaman, anggun dan sopan. Kain jarit dililitkan dari kanan ke kiri, wiru dijatuhkan pada tengah, di antara kedua kaki.

wiru jarik untuk perempuan harus memiliki lebar dari lipatan atau wiruan jarik sebesar dua jari. Kemudian, jumlah lipatannya harus berjumlah ganjil dan menghadap kanan. “Sebab, filosofinya arah lipatan ini menghadap pada posisi laki-laki sebagai pengantinnya,” Jumlah wiru /wiron (perempuan 7 lipatan, laki-laki 5 lipatan).

Wiru merupakan lipatan-lipatan kecil pada tepian kain jarik. Kain jarik yang berwiru dipakai untuk pakaian adat Jawa dalam acara resmi resepsi, pengantin, uoacara adat dan untuk menari.  Kesenian batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya serta raja-rajanya.

perebedaan jarik dengan batik terletak pada fungsinya yang pada dasarnya jarik adalah batik itu sendri dimana memilik corak khas dengan warna yang cenderung coklat. Biasanya digunakan untuk penutup bawahan dalam kegiatan sehari orang jawa.

Motif Batik Wahyu Tumurun. Filosofinya menggambarkan pengharapan agar para pemakainya mendapat petunjuk, berkah, rahmat, dan anugrah yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Pengharapan untuk mencapai cita-cita, kedudukan ataupun pangkat. Kain Jarik/Jarit,terbuat dari kain mori(lembaran kain putih) yang sudah di buat dengan berbagai macam motif batik tertentu diatasnya. Filosofi dalam pola batik merupakan harapan dan doa-doa yang menyebabkan batik selalu dihadirkan dalam berbagai upacara adat masyarakat Jawa.

Penemu batik pertama di Indonesia adalah K.R.T. Hardjonagoro atau lebih dikenal dengan nama Go Tik Swan. Beliau merupakan seniman asal Surakarta yang membangkitkan era seni batik klasik dan modern di Tanah Air.

Motif parang adalah salah satu motif batik tertua di Indonesia yang sudah ada sejak kepemimpinan Keraton Mataram. Batik merupakan salah satu jenis karya seni rupa yang berkembang di Indonesia. Batik sendiri diprakirakan sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Dalam catatan sejarah, batik telah ditemukan sejak zaman Majapahit dan populer pada akhir abad XVIII atau permulaan abad XI.

Ragam hias batik Jawa Tengah bersifat naturalis dan dipengaruhi berbagai kebudayaan diluar Jawa Tengah maupun asing. Warna-warna yang dipakai tampak lebih cerah bila dibandingkan dengan daerah Jawa lainnya. Motif yang dihasilkan banyak terinsiparsi dari alam.

*) Budayawan, Spiritualis, Penulis, Pengacara, PERADI Perjuangan Jawa Timur 

Komentar