Minggu, 19 Mei 2024 | 09:50
NEWS

Mengenang Malam Nuzulul Qur’an

Tausiyah di Masjid Baabut Taubah Pulomas, Prof. Rokhmin Dahuri: Al-Qur’an Pedoman Hidup Manusia Meraih Kebahagiaan

Tausiyah di Masjid Baabut Taubah Pulomas, Prof. Rokhmin Dahuri: Al-Qur’an Pedoman Hidup Manusia Meraih Kebahagiaan
Prof. DR. Ir. Rokhmin Dahuri, MS

ASKARA - Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof. DR. Ir. Rokhmin Dahuri, MS menyampaikan tausiyah menjelang shalat tarawih berjamaah di Masjid Baabut Taubah, Pulomas, Jakarta Timur, Sabtu (8/4).

Dalam pesannya, Prof. Rokhmin Dahuri mengajak umat muslim menjadikan IAl-Qur’an sebagai pedoman hidup dalam meraih kebahagiaan dan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat dengan cara bertaqwa yaitu menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.

“Betapa beruntungnya kita menjadi seorang muslim, karena agama islam yang kita anut merupakan pedoman yang mengatur hidup manusia dari berbagai hal sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an,” ujarnya, membawakan tema  “Al-Qur’an Dan Kehidupan Modern”.

Pada kesempatan tersebut, Prof, RokhminDahuri mengajak umat islam senantiasa berpegang teguh pada al-Qur’an dan Hadist secara kaffah dan ittiba agar mendapatkan kebahagian sejati baik di dunia maupun di akhirat.

“Al-Qur’an pedoman hidup manusia karena berasal dari Allah SWT yang rinci (QS.6:114); Sempurna, benar dan adil, dan tidak ada yang dapat mengubahnya atau terpelihara keaslianya sepanjang masa (QS.6 : 115; QS.15 (Al-Hijr : 9), dan Petunjuk (Pedoman), dan Pembeda antara yang benar dan yang batil (QS.2 ; 185),” ucapnya.

Jelasnya, manusia yang hidupnya berpedoman pada Al-Qur’an secara kaffah & itibba, maka akan sukses & bahagia di dunia dan akhirat (QS.20:123 ; HR (Tafsir ath Thabari, 16/225). “Disamping itu berakhlak mulia,” terang Anggota Dewan Pakar ICMI Pusat itu.

Sementara, lanjutnya, manusia yang hidupnya  tidak berpedoman pada Al-Qur’an secara kaffah & itibba, maka: Hidup di Dunia akan stress, terasa sempit, bergelimang maksiat (QS. 20: 124) dan dii Akhirat, jadi penghuni Neraka.

Untuk itu Prof Rokhmin Dahuri mengajak umat muslim untuk kembali kepada islam dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dengan cara bertaqwa kepada Allah SWT sebagai kunci kebahagiaan dan kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat.

Karena, paparnya, Al-Qur’an relevan sepanjang masa dan mampu mengatasi permasalahan hidup manusia modern. Antara lain: A. Masalah individual : Stress, gundah, frustasi, bangkrut.

B.  Masyarakat, Bangsa, dan Dunia, terdiri: 1. Kelaparan dan Kemiskinan, 2. Ketimpangan Ekonomi semakin melebar, 3. Triple Ecological Crisis : Pollution, Biodiversity Loss, dan Global Warming, 4. Tensi geopolitik kian memanas, perang, 5. Inflasi Tinggi dan Resisi Ekonomi Global, dan 6. Kemajuan IPTEK kian pesat, tapi  tanpa IMPTAQ  Serakah, Hedonis, dan Menjajah.

Pada kesempatan itu, Ketua Dewan Pakar Ikhwanul Mubalighin tersebut menuturkan, hingga 2019 (sebelum Covid-19), sekitar 3 milyar penduduk dunia (37%) masih miskin (pengeluaran < US$ 2 per hari), dan sekitar 1 milyar orang masih miskin ekstrem atau fakir (pengeluaran < US$ 1.25 per hari).  Sekitar 700 juta warga dunia kelaparan (hungy). (World Bank, UNDP, dan FAO, 2020).

Sekitar 1,3 miliar penduduk dunia tidak memiliki akses terhadap listrik, 900 juta tidak memiliki akses terhadap air bersih, 2,6 miliar tidak memiliki akses terhadap sanitasi yang sehat, dan sekitar 800 juta penduduk pedesaan tidak memiliki akses terhadap jalan dan cuaca. terputus dari dunia pada musim hujan (IEA, 2016).

Saat ini, hampir setengah dari penduduk termiskin di dunia memiliki listrik, dan hanya satu dari lima yang mendapatkan akses ke internet. Bahkan, 2,3 miliar orang (28,75% dari populasi dunia) tinggal di negara-negara yang mengalami tekanan air (PBB, 2023).

Pada tahun 2020, menurut PBB, 2 miliar orang tidak memiliki akses ke air minum, 3,6 miliar orang (45% dari populasi dunia) tidak memiliki toilet di rumah, dan 2,3 miliar orang tidak memiliki cara untuk mencuci tangan di rumah, kondisi sanitasi yang buruk menyebabkan penyakit.

“Kondisi seperti itu jauh dari SDGs yang ditetapkan PBB pada 2015. Salah satunya adalah “menjamin akses air dan sanitasi untuk semua pada 2030”,” ujar Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia itu.

Dalam 270 tahun terakhir, tambahnya, ekonomi dunia tumbuh sangat tidak merata. Misalnya, pada tahun 2010, orang terkaya di dunia.

388 orang memiliki lebih banyak kekayaan daripada seluruh separuh populasi dunia terbawah (3,3 miliar orang). Pada tahun 2017, kelompok terkaya yang memiliki kekayaan melebihi separuh penduduk dunia terbawah telah menyusut menjadi hanya 8 orang. Ketimpangan kekayaan yang begitu tinggi tidak hanya terjadi antar negara, tetapi juga di dalam negara (Oxfam International, 2019).

 “Saat ini, negara-negara maju (kaya) dengan populasi hanya 18% dari populasi dunia mengkonsumsi sekitar 70% energi dunia, yang sebagian besar (87%) berasal dari bahan bakar fosil, yang merupakan faktor utama penyebab Pemanasan Global (IPCC, 2019 ).Kondisi Lingkungan Hidup Global,” kata Anggota Dewan Pembina Bamusi (Baitul Muslimin Indonesia) itu.

Kemudian, Prof. Rokhmin Dahuri menerangkan, pertumbuhan ekonomi global selama 270 tahun terakhir juga telah menyebabkan degradasi lingkungan secara masif yang mengakibatkan krisis ekologi tiga kali lipat (polusi, hilangnya keanekaragaman hayati, dan Pemanasan Global) yang didorong oleh kegagalan pasar dan kebijakan yang buruk. Hampir semua negara di dunia mengalami skala penipisan sumber daya alam, pencemaran lingkungan, dan dampak negatif dari Pemanasan Global.

Dari tahun 1970 hingga 2018, populasi satwa liar dunia menurun sebesar 68% (WWF, 2023). “Perubahan Iklim Global dapat secara langsung merugikan ekonomi dunia sebesar US$ 7,9 triliun pada pertengahan abad karena meningkatnya kekeringan, gelombang panas, wabah penyakit, banjir, dan gagal panen menghambat pertumbuhan dan mengancam infrastruktur (EIU, 2019),” ujarnya.

Lanjutnya, Jika suhu bumi meningkat lebih tinggi dari 1,50C dari pengukuran dasar, maka dampak negatif Pemanasan Global tidak dapat dikendalikan (IPCC, 2019). Maka, di seluruh dunia, khususnya di daerah perkotaan, terjadi peningkatan tingkat stres, ketegangan, dan perselisihan dalam urusan manusia, disertai dengan dan meningkatnya semua gejala anomie (penyakit sosial), seperti frustrasi, kriminalitas, alkoholisme, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, perceraian, pemukulan anak, penyakit mental dan bunuh diri, semuanya menunjukkan kurangnya kepuasan batin dalam kehidupan individu (Brown, 2003; Chapra, 1995).

Ketidakadilan ekonomi, pengangguran, kemiskinan absolut, dan diskriminasi politik telah banyak dilaporkan dan diyakini sebagai akar penyebab radikalisme dan terorisme.(Cavanagh dan Mander, 2004).

Pandemi Covid-19 menelanjangi kedok kemunafikan negara-negara maju kapitalis dengan cara memproduksi dan menimbun vaksin jauh melebihi dari kebutuhannya.  Sementara, negara-negara berkembang (miskin) sangat kekurangan vaksin (Sundaram and Chowdury, 2021).

Contoh: Uni Eropa menimbun 3 milyar dosis vaksin (6,6 dosis/orang); AS punya 1,3 milyar dosis vaksin (5 dosis/orang); Kanada memiliki 450 juta dosis vaksin (12 dosis/orang); Inggris punya 500 juta dosis vaksin (8 dosis/orang); dan Australia mengamankan 170 juta dosis vaksin (7 dosis/orang).

Pada 7 Juli 2021; lebih dari 3,32 miliar dosis vaksin telah diberikan, dengan 85% diberikan ke negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas, dan hanya 0,3% ke negara berpenghasilan rendah.

Tingkat vaksinasi Afrika (sejauh ini 4%) adalah yang paling lambat dari semua benua, dengan beberapa negara belum memulai, sementara tingkat infeksi meningkat dengan cepat.

Karena tingkat vaksinasi yang jauh lebih tinggi (> 60% total populasi, persentase minimal untuk membangun komunitas ternak), korban kematian di negara maju (kaya) turun dari 59% total resmi dunia pada Januari menjadi 15% pada Mei 2021. negara berkembang kematian pandemi sekitar 85%, namun tetap meningkat pesat (WHO, 2021).

“Akibatnya, pertumbuhan ekonomi negara-negara maju pada 2021 ini diproyeksikan akan meningkat, dari 5,1% menjadi 5,6%.  Sebaliknya, di negara-negara berkembang menurun dari 6,7% menjadi 6,3% (IMF, 2021)  Ketimpangan kaya vs. miskin bakal semakin melebar,” jelas Anggota Dewan Penasehat MN Kahmi itu.

Al-Qur’an Dan Hadits (Islam)

Menteri Kelautan dan Perikanan RI 2001-2004 ini  mengatakan bahwa Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat yang tetap relevan hingga akhir zaman, termasuk mengatasi permasalahan kehidupan manusia termasuk di era modern abad-21 ini.

“Sebagai contoh, permasalahan Individu Manusia: stress (tekanan jiwa), gelisah, cemas, frustasi, bunuh diri, dan melakukan tindakan kriminal  Solusi antara lain: QS. Ar-Ra’d (13): 28,” jelasnya.

Sementara terkait dengan masalah kolektif (masyarakat, bangsa dan dunia), seperti: Pertama, Kemiskinan. Solusi: Tugas Pemerintah bersama warga negara yang kaya (aghniya)  untuk membuat seluruh rakyatnya bekerja (yang usia produktif, 15 – 64 tahun), dan hidup sejahtera secara berkeadilan (QS. Quraisy [106]: 4; QS. Al-Ma’un [107]: 2,3, dan 7).

Kedua, Ketimpangan Ekonomi (Kesenjangan Kaya vs Miskin) semakin melebar  Solusi: (1) Rukun Islam ke-5 (Membayar Zakat) (QS.2: 43); (2) larangan menumpuk harta (QS. Al-Humazah [104]: 2) dan hidup bermegah-megah (QS. At-Takasur [102]: 1); dan (3) Infaq, shodaqoh, dan Waqaf (QS. 3: 133 – 135).

Ketiga, Triple Ecological Crisis (Pollution, Biodiversity Loss, dan Global Warming) akar masalahnya adalah karena Laju (Tingkat) Pembangunan melampui Daya Dukung suatu Wilayah (Desa, Kabupaten/Kota, Propinsi, Negara, dan Dunia).  Laju Pembangunan di suatu wilayah: f (Jumlah Penduduk, Tingkat Penggunahan Lahan atau Ruang [seperti untuk pemukiman, perkotaan, kawasan industri, dan infrastruktu], Konsumsi SDA perkapita, Laju Buangan Limbah perkapita, dan Laju Emisi GRK perkapita).  Solusi: manusia harus hidup sederhana, hemat, dan merawat lingkungan hidup (QS.2: 11).

Keempat, Tensi Geopolitik yang semakin memanas  Perang, Inflasi sangat tinggi, dan Resesi Ekonomi Global. Solusi:  QS. Al-Hujurat (49) : 13. “Kelima, Kemajuan IPTEK berdasarkan IMTAQ  Solusi: QS. Al – ‘Alaq (96): 1; QS. Al-Mujadilah (58): 11; dan QS. Az – Zumar (39) : 9,” kata Dosen Kehormatan Mokpo national University Korea Selatan itu.

Komentar