Sabtu, 20 April 2024 | 04:34
COMMUNITY

Azka Aufary Ramli: Partai Politik Harus Bangun Kepercayaan untuk Tingkatkan Minat Anak Muda Berpartai

Azka Aufary Ramli: Partai Politik Harus Bangun Kepercayaan untuk Tingkatkan Minat Anak Muda Berpartai
Azka Aufary Ramli

ASKARA - Partai Politik masih belum menjadi pilihan bagi generasi muda untuk menapaki karir. Hal itu terpotret dari hasil survei yang dipublikasikan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS).

Dari empat jenis perkumpulan yang ditanyakan, parpol dan organisasi sayapnya berada di posisi terendah dengan minat diangka 1,1 persen. Jauh di bawah organisasi kepemudaan, organisasi masyarakat atau organisasi mahasiswa/pelajar yang ada di kisaran 14 - 21 persen. 

Azka Aufary Ramli yang merupakan Dewan Kehormatan Badan Koordinasi Nasional Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan yang merupakan salah satu Lembaga Konsentrasi Kemahasiswaan dari Organisasi Pendiri Partai GOLKAR yaitu SOKSI, beranggapan bahwa minat kaum muda untuk menjadi kader partai politik tidak selalu menghasilkan tindakan nyata.

Banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk bergabung dengan partai politik, seperti keterbatasan waktu dan sumber daya, ketidakpercayaan terhadap politik, atau keengganan untuk terlibat dalam politik partai.

”Fakta bahwa rendahnya minat anak muda dalam berpartai merupakaan sebuah penurunan demokrasi, karena saat ini mayoritas penduduk Indonesia adalah anak muda. Untuk itu Partai politik yang mampu merepresentasikan kepentingan dan aspirasi anak muda dalam platform politiknya dapat lebih mudah memenangkan kepercayaan mereka. Anak muda juga cenderung mempercayai partai politik yang relevan dengan isu-isu penting bagi mereka, seperti pendidikan keterampilan, lapangan pekerjaan, lingkungan hidup, dan energi baru terbatukan lain-lain," ujar Azka.

Pilihan untuk tidak berpartai adalah hak individu yang dilindungi oleh undang-undang. Namun, penting untuk dipahami bahwa berpartai atau aktif berpatisipasi dalam roda politik adalah salah satu cara yang paling penting bagi warga negara untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi.

”Ketika seseorang memilih untuk apatis atau antipati, ia mungkin merasa bahwa suaranya tidak akan membuat perbedaan atau tidak memiliki kepentingan dalam hasil pemilihan. Namun, ketika terlalu banyak orang yang memilih untuk tidak aktif, hal ini dapat menyebabkan konsekuensi yang signifikan pada hasil pemilihan, termasuk pemilihan seorang pemimpin yang tidak mewakili keinginan mayoritas," tambah Tokoh Muda Golkar ini.

Masalah kepercayaan atau trust issue dalam politik dapat menjadi penghalang bagi partisipasi politik anak muda. Banyak anak muda yang merasa bahwa politisi tidak jujur, korup, atau tidak mewakili kepentingan mereka. Ini dapat menyebabkan rasa ketidakpercayaan terhadap sistem politik secara keseluruhan.

Namun, penting untuk diingat bahwa politik adalah bagian penting dari kehidupan masyarakat dan keputusan yang dibuat oleh para pemimpin politik dapat mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, meskipun mungkin sulit untuk mempercayai politisi, anak muda masih harus berpartisipasi dalam proses politik dan memberikan suaranya dalam pemilihan umum.

”Untuk mengatasi trust issue politik, penting untuk mempromosikan transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi aktif dalam politik. Pendidikan politik yang akurat dan tidak bias serta akses yang mudah ke informasi tentang kandidat dan masalah-masalah yang dipilih dapat membantu meningkatkan kepercayaan pada sistem politik," lanjut ketua DPP AMPI. 

”Wacana untuk menyelanggarakan debat calon pemimpin bangsa atau daerah di kampus-kampus merupakan satu hal yang konkrit dan perlu dilakukan. Alasannya sederhana, karena menguji kemampuan calon pemimpin dalam panggung akademis perlu dicoba, sehingga gagasan-gagasan yang keluar murni dan tidak dibuat-buat. Hal ini juga akan menarik ketertarikan generasi muda, karena merasa dilibatkan secara langsung," pungkasnya.

Komentar