Sabtu, 18 Mei 2024 | 11:48
NEWS

Kenapa Puluhan Pocong Ada di Sekitar Pemkot Tangerang?

Kenapa Puluhan Pocong Ada di Sekitar Pemkot Tangerang?
Unjuk rasa di sekitar Pemkot Tangerang (Dok Askara)

ASKARA - Ratusan Warga Penunggangan Barat, Kecamatan Cibodas, Kota Tangerang, kembali menggeruduk kantor Pemerintahan Kota (Pemkot) Tangerang, Senin (31/10).

Kedatangan mereka untuk kembali menuntut Pemkot Tangerang agar tidak melakukan penggusuran atau relokasi makam Ki Buyut Jenggot.
 
Mereka, membentangkan 1.000 bendera kuning dan 50 replika pocong sebagai bentuk kekecewaan terhadap Pemkot Tangerang.

Aksi tersebut buntut kekecewaan atas putusan Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan, yang menetapkan Makam Ki Buyut Jenggot bukan sebagai cagar budaya. Hal ini mendapatkan reaksi negatif dari masyarakat.

Pasalnya, lokasi yang sudah sejak ratusan tahun sudah ada di lokasi ini dianggap memiliki sejarah dan kultur yang kental tentang perjuangan islam di Banten.

Namun kekecewaan masyarakat mecuat lantaran Pemkot Tangerang dianggap tidak berpihak pada masyarakatnya. Apalagi belakangan ini masyarakat dikejutkan tentang info relokasi yang akan dilakukan dalam waktu dekat.

“Kalau mereka niat berpihak pada rakyatnya kami tidak perlu penetapan cagar budaya. Cukup dengan menjadikan lokasi tersebut sebagai fasos dan fasum saya rasa itu bukan hal yang sulit jika Pemkot Tangerang memang niat berpihak kepada masyarakatnya,” ujar Saiful Basri.

Bung Marcel, sapaan akrabnya mengatakan dalam persoalan tersebut dirinya menduga Pemkot Tangerang bersekongkol dengan pengembang.

Apalagi sejak awal masyarakat sudah didukung berbagai pihak termasuk DPRD Kota Tangerang.

“Lalu kenapa hanya Pemkot Tangerang yang berpihak ke pengembang. Dengan itu kami akan menggelar aksi besar besaran selama satu minggu,” bebernya.

Ia mengaku dalam aksi ini melibatkan ribuan orang dari lintas organisasi dan unsur masyarakat.

“Kami juga akan mengelilingi Pemkot Tangerang dengan ribuan bendera kuning dan puluhan pocong.Hal ini sebagai bentuk kekecewaan masyarakat terhadap matinya hati nurani yang mengabaikan persoalan di masyarakat,” tandasnya.

Komentar