Jumat, 19 April 2024 | 13:24
COMMUNITY

Dik Dik Kusnadi: Kejahatan Narkoba Tidak Mengenal Strata dan Profesi

 Dik Dik Kusnadi: Kejahatan Narkoba Tidak Mengenal Strata dan Profesi
Kepala BNN Jaksel, Dik Dik Kusnadi (baju putih), (Dok. Askara)

ASKARA - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Jakarta Selatan, Dik Dik Kusnadi BCIP SSos MM menyatakan, kejahatan narkoba tidak mengenal strata dan profesi. Semua dihajar tanpa kecuali, dan itu mengancam kita sekalian. Sebab, bahaya penyalahgunaan Narkoba sangat merugikan. Tak hanya pengguna, semua pihak, termasuk keluarga dan serta orang lain disekelilingnya akan terimbas dampaknya.

“Ibarat pohon narkoba yang dihajar itu akarnya, jadi jangan berharap, daunpun berguguran, ranting mongering dengan kata lain tidak akan ada kehidupan di atasnya,” tuturnya, dikutip Senin (31/10)

Dik Dik berpesan, jangan sampai mencoba. Sedangkan, yang saat ini sedang mengonsumsi, segeralah berhenti. Akibat penyalahgunaan narkoba, sekitar 33 sampai 55 orang meninggal setiap hari. "Ini sudah menjadi bencana sebenarnya dan ini mengancam kita semua. Jadi tidak ada alasan lagi kita untuk berdiam diri,” tandasnya.

Maka, katanya, cara yang paling efektif adalah kita harus melibatkan seluruh kalangan tanpa kecuali, baik kelompok agamawan, akademiksi, bisnisman, goverment, komunitas,  dan wartawam untuk melakukan upaya pencegahan. “Oleh karena itu saya  meminta semua pihak saling berkolaborasi menjadikan Indonesia, khususnya wilayah Jakarta Selatan Bersinar (Bersih dari Narkoba). Karena penjegahan itu lebih baik dari segalanya,” katanya.

Dikdik juga menyampaikan, bagi siapapun yang sudah terlanjur ketergantungan dengan narkoba baik ringan maupun berat apabila dengan kesadaran datang ke BNN tidak akan diproses hukum dan tidak akan dipenjarakan, tapi mereka akan diobati sekaligus direhabilitasi.

“Kepada siapa pun yang sudah ketergantungan, baik ringan, sedang mau pun yang berat. Apa bila datang dengan kesadaran ke BNN tidak akan diproses hukum dan tidak akan dipenjarakan. Mereka akan dibantu diobati secara geratis melalui rehabilitasi,” papar Dik Dik.

Bagi mereka yang sudah terkena narkoba, lanjut Dik Dik, hanya ada tiga pilihan hidup: Rehabilitasi, penjara, atau mati, hanya itu. Dik Dik juga mengungkapkan, banyak korban penyalahgunaan narkoba yang hidup segan, mati pun tak mau saat ini. Gara-gara narkoba, antara otak dan hatinya tidak nyambung.

“Bukan kami mentolerir pengguna, tapi mereka secara undang-undang mereka sakit, mereka yang harus diobati bukan dipenjara, karena penjara itu tempat bagi mereka yang dengan sengaja melakukan memproduksi dan pengedaran,” sambungnya.

Kalau pengguna, lanjutnya, dipaksakan masuk penjara apa yang terjadi? Napi di seluruh lapas Indonesia over kapasitas. Dengan kasus narkoba yang didominasi oleh pengguna. Yang pasti mereka akan terkontaminasi karena dimanapun di lembaga pemasyarakatan di seluruh Indonesia ada satu kelompok yang ingin meningkatkan kualitas kejahatan.

“Di luar sepengetahuan petugas mereka melalukan diskusi-diskusi supaya lebih professional di bidang kejahatan masing-masing. Kelihatannya banyak yang bertranformasi dari pidana umum ke narkoba dengan alasan barangnya kecil duitnya gede,” ungkapnya.

Apa yang terjadi? Saat ini di over kapasitas dan jumlah pegawai yang terbatas bisa terjadi “sekolah tinggi ilmu kejahatan”. Artinya pemerintah akan mendapatkan PR yang lebih besar menghadapi lebih sulit dari sebelumnya. “Karena ada peningkatan, pengguna menjadi pengedar, pengedar jadi Bandar, dari bandar kemudian berkembang,” katanya.

Dia berharap, aparat penegak hukum betul-betul proporsional dan profesional. Mana yang harus direhabilitasi dan mana yang harus dipenjarakan. “Alhamdulillah, sekarang sudah ada kesadaran melalui kerjasama BNN dan Bareskrim untuk restorasi justice. Bagaimana tidak semangat memenjarakan tetapi bagi pengguna mereka ditempatkan di rehabilitasi,” jelasnya.

Dik Dik juga mengungkapkan, ketika terkena narkoba, doa-doa baik orang tua akan berubah. ''Ada yang berdoa, Tuhan cepat ambil nyawa anak saya. Bahkan, ada juga orang tua yang datang ke BNN bukan untuk merehabilitasi anaknya, tapi justru minta agar anaknya ditembak,'' ungkapnya.

Keterlibatan kelompok masyarakat dalam menangkal penyalahgunaan narkoba semakin hari terus meningkat. Dik Dik mengungkapkan, tidak sedikit orang tua yang datang ke BNN minta anaknya direhabilitasi.

“Pak sesungguhnya inilah yang disebut neraka dunia, ketika anak terlibat narkoba dunia serasa kiamat. Tidak ada nama baik lagi, karena tidak hari tanpa air mata. Suami saya yang saya cintai meninggal gara-gara stroke, kemudian kakak-kakaknya yang sudah menikahpun rusak gara-gara narkoba. Saya mendengarnya merinding karena kasih sayang orang tua tidak ada batasnya, tapi di dunia narkoba ada batasnya,” ucap Dikdik.

Bagaimanakah sakitnya ketika mengalami sakau? Boleh dibilang mirip dengan kondisi saat seluruh sendi tubuh mau lepas, seperti makan paku payung atau mirip urat yang hampir putus.

"Jadi, kesimpulannya narkoba hanya menyisakan penderitaan dan air mata. Apa pun bisa dilakukan demi mendapatkan barang itu. Jadi, jangan heran kalau barang di rumah banyak yang hilang, dari yang gampang diangkat sampai yang sulit diangkat akan dijual dengan harga murah," jelas Dik Dik.

Komentar