Sabtu, 20 April 2024 | 18:01
COMMUNITY

Lewat Tradisi “Ngudek” Jenang, Warga Dusun Wates Jalin Kerukunan Beragama

Lewat Tradisi “Ngudek” Jenang, Warga Dusun Wates Jalin Kerukunan Beragama
Tradisi “Ngudek” Jenang Warga Dusun Wates (ist)

ASKARA – Warga Dusun Wates, Desa Wonorejo Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung tetap semangat jaga tradisi “Ngudek” Jenang bersama dalam rangka selamatan sebagai ucapan syukur dan memohon perlindungan dari Sang Pencipta.

Selain itu tujuan yang tak kalah penting yaitu sebagai uri-uri budaya yang sudah merupakan tradisi masyarakat yang turun temurun sejak dari nenek moyangnya terdahulu.

“Bukan hanya keselamatan, tapi warga berharap terciptanya kerukunan umat beragama lebih terjalin,” ujar Munardi (45) salah satu tokoh lingkungan di Dusun Wates, Minggu (18/9).

Dia mengatakan, tradisi “Ngudek” Jenang di wilayahnya hingga kini masih banyak dijumpai apalagi di saat bulan – bulan Jawa masyarakat mengadakan hajatan baik itu pernikahan maupun khitanan.

“Ini sudah jadi tradisi warga masyarakat sini sejak jamannya embah – embah kami terdahulu. Untuk itu kita sebagai generasi penerusnya sudah seharusnya kita menguri – uri atau melestarikannya,” tuturnya.

Menurutnya, dalam tradisi “Ngudek Jenang” juga mengandung nilai sikap kegotong royongan atau kerukunan antar warga dan saudara.

“Biasanya pada setiap ada warga yang punya hajat, saudara atau tetangga sekitar selalu datang untuk bergotong royong membantu dari mulai sebelum hingga acara hajatan selesai, atau istilah orang sini menyebutnya dengan “Rewang” (membantu — red),” ujar Munardi.

Ia memaparkan, ngudek jenang yang dalam bahasa Indonesia berarti mengaduk jenang merupakan tradisi masyarakat Desa Wonorejo dahulu kala. Tradisi ini selalu dilakukan saat ada hajatan pernikahan atau saat merayakan hari raya.

"Ada filosofi dari ngudek jenang ini. Yakni seberat-berat mengaduk jenang itu, akan menjadi ringan, karena jenang itu harus dimatangkan dengan sekuat tenaga kita secara bersama. Dari situlah terciptanya guyub," terangnya.

Ditambahkannya, dalam tradisi Rewang dan Ngudek Jenang ini juga digunakan sebagai ajang silaturahmi antar saudara, tetangga atau teman.

“Sekaligus untuk mempererat tali silaturahmi, yang mana biasanya dalam acara – acara hajatan seperti ini saudara atau teman yang lama tidak ketemu bisa ketemu dan saling menanyakan kabar satu sama lainnya,” jelasnya.

Cara Membuat Jenang

Munardi mengatakan untuk membuat Jenang, ada beberapa bahan yang harus dipersiapkannya. Biasanya untuk membuat jenang satu Kawah atau wajan besar.

Selanjutnya dibutuhkan bahan – bahan berupa 20 Kg tepung beras, 10 Kg tepung beras ketan, 30 biji kelapa untuk bahan santan, 5 Kg gula putih, 2 Kg gula jawa dan 2 helai daun pandan.

Kemudian bahan yang telah disiapkan tersebut dimasukkan ke dalam wajan besar.

Selanjutnya bahan jenang siap untuk proses pematangan diatas perapian berupa pawonan atau tungku besar yang terbuat dari batu – bata dan tanah menggunakan api dari kayu bakar.

Jenang yang sudah masak ini akan dibungkus dengan menggunakan bungkus daun pisang, kemudian dibagikan kepada semua warga untuk disantap bersama.

“Biasanya dalam suatu acara hajatan baik mantu atau khitanan, warga disini membuat jenang sebanyak satu hingga dua kawah masih ditambah satu kawah lagi yakni wajik,” paparnya.

Setelah jenang yang diaduk secara bergantian tersebut matang, biasanya jenang akan dicicipi bersama – sama seusai dibagikan di pelepah pohon pisang sebagai wadah atau alasnya.

Komentar