Sabtu, 27 April 2024 | 00:33
NEWS

Siti Fadilah Supari: IDI Pembina, Bukan Pembinasa Dokter

Vaksin Nusantara Mungkin Ganggu Pedagang Vaksin Konvensional

Siti Fadilah Supari: IDI Pembina, Bukan Pembinasa Dokter
Siti Fadilah Supari (Dok tangkapan layar)

ASKARA - Mantan Menteri Kesehatan (Menkes), Siti Fadilah Supari mengkritik keras pemecatan dokter Terawan secara permanen dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 

Menurut Siti Fadilah, apa yang dilakukan IDI terhadap mantan Menkes Terawan sama seperti "membinasakan dokter". 

Organisasi profesi seperti IDI, kata Siti Fadilah, seharusnya membina dokter jika memang yang bersangkutan melakukan kesalahan alih-alih memecatnya seumur hidup.

"Padahal sebetulnya IDI kan pembina dokter, bukan pembinasa dokter. IDI adalah pembina dokter, memeluk. Kalau dokternya salah diajarin, kalau dokternya ada kesulitan ditolongin. Seharusnya IDI itu begitu," ujar Siti Fadilah, dikutip dari kanal Youtube TvOne, Senin (4/4).

"Kita bayar loh tiap bulan. Tapi bukan untuk kemudian memecat seumur hidup. Bagaimana memecat seumur hidup orang sekolahnya aja lama, pasiennya saja sudah banyak. Apa nanti namanya Dukun Terawan? Kan nggak lucu," lanjutnya.

Siti Fadilah khawatir, pemecatan dokter Terawan akan memengaruhi produksi Vaksin Nusantara. Kata dia, jika Vaksin Nusantara tak jadi diedarkan karena hal ini, rakyat justru akan kecewa terhadap IDI.

"Saya khawatir kalau pemecatan ini akan mempengaruhi diproduksinya Vaksin Nusantara oleh dokter Terawan. Padahal ini adalah karya anak bangsa dan sudah diakui di luar negeri. Dan semuanya berdasarkan suatu fakta-fakta ilmiah yang jelas dan tegas," katanya.

"Kalau sampai memengaruhi beredarnya Vaksin Nusantara, haduh ini rakyat sudah menanti-nanti, rakyat akan banyak kecewa terhadap IDI," sambungnya.

Menteri Era Susilo Bambang Yudhoyono itu menduga, ada permainan bisnis di balik terhambatnya Vaksin Nusantara. Dia menyebut kemunculan Vaksin Nusantara kemungkinan besar "mengganggu" para pedagang konvensional.

"Saya heran kenapa Vaksin Nusantara ini susah banget berkembang di Indonesia. Padahal ini kalau di Indonesia berkembang maka segera cepat sekali ke mana-mana (distribusinya) dan akan menguntungkan Indonesia. Saya takutnya persoalan pribadi atau persoalan profesi ditumpangi dengan kepentingan bisnis kelompok tertentu," pungkasnya.

Komentar